Selasa, 24 Oktober 2017

fenomena fisik dan manusia

By Unknown di Oktober 24, 2017


FENOMENA FISIK (LINGKUNGAN ALAM) DAN FENOMENA MANUSIA (LINGKUNGAN SOSIAL)

Permukaan bumi merupakan tempat hidup berbagai makhluk hidup. Menurut ilmu lingkungan, permukaan bumi adalah ekosistem yang sangat luas dan dapat dibedakan atas sejumlah ekosistem yang lebih kecil. Di dalam ekosistem terdapat interaksi antara makhluk hidup dengan alam lingkungannya. Ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan interaksi tersebut dikenal dengan istilah ekologi.
Istilah ekologi, pada awalnya diperkenalkan oleh salah seorang ahli biologi Jerman, yang bernama Ernest Haekel. Menurut Haekel, ekologi berasal dari kata oikos yang artinya rumah tangga dan logos yang berarti pengetahuan. Jadi ekologi, adalah ilmu pengetahuan mengenai hubungan timbal balik yang dinamis antara makhluk hidup dengan rumah tangga atau lingkungannya.
Di dalam ekosistem terdapat tatanan kesatuan yang utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur-unsur lingkungan hidup tersebut diantaranya adalah manusia, unsur alam hayati, dan unsur alam non hayati, serta sumber daya buatan. Singkat kata, di lingkungan ekosistem kehidupan akan dijumpai fenomena fisik (lingkungan alamiah) dan fenomena manusia (lingkungan sosial).
Unsur dan atau komponen lingkungan hidup sebagaimana telah disinggung diatas secara lebih rinci terdiri atas: (1) komponen lingkungan fisik (abiotik environment) seperti tanah, batuan, dan iklim, (2) komponen biologi (biotic environment) seperti tumbuhan, hewan, dan jasad renik, dan (3) sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan sebagai hasil karya dan karsa manusia sebagai lingkungan budaya (cultural environment).
Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi memiliki saling keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya, dan komponen yang satu akan dipengaruhi yang lain. Jadi, dengan demikian, lingkungan hidup itu merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri atas berbagai subsistem. Subsistem itulah yang dinamakan dengan unsur atau komponen lingkungan hidup.
Dengan penjelasan di atas, hidup manusia di permukaan bumi tidak sendirian, melainkan ditemani makhluk lain, yaitu tumbuhan, hewan, dan jasad renik. Makhluk hidup yang lain itu, bukanlah hanya sekedar teman biasa yang berposisi netral terhadap manusia, melainkan kelangsungan hidup kita itu sangat tergantung kepada mereka.
Hubungan antara makhluk hidup, terutama manusia dengan lingkungannya, sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Ketika manusia hadir untuk pertama kalinya di permukaan bumi, maka pada saat itu pulalah manusia sudah membutuhkan bantuan lingkungan, seperti membutuhkan udara bersih untuk bernafas, membutuhkan air untuk minum dan mandi, serta membutuhkan pakaian dan tempat tinggal yang semua bahan-bahannya berasal dari alam, baik diambil langsung maupun tidak.
Ketika awal pertumbuhan penduduk masih sedikit, hubungan itu masih berlangsung dalam suasana penuh keseimbangan dan keakraban, bahkan ada kesan bahwa nampaknya alam tidak akan pernah habis. Namun, ketika jumlah umat manusia makin banyak, sementara pertumbuhan dan perkembangan sumber-sumber alam relatif tetap, maka kelangsungan kehidupan manusia mulai mengalami ancaman, sebab sumber daya alam kian menipis, sementara yang membutuhkan makin banyak. Akhirnya munculah berbagai anjuran dan atau himbauan untuk mulai menghemat dan mengkonservasi sumberdaya alam.
Dari uraian di atas, jelas telah nampak bahwa manusia itu pada dasarnya dapat bertahan hidup karena peranan unsur-unsur lingkungan hidup. Hubungan timbal balik antara unsur makhluk hidup termasuk manusia dengan unsur-unsur fisik, adalah sebagai berikut :

                                            
Menurut Carl Ritter seorang ilmuan geografi dengan aliran fisis determinisnya, menyatakan bahwa manusia adalah cerminan dari keadaan buminya. Segala hal yang menyangkut hidup manusia ditentukan oleh alam. Aliran fisis determinis, didukung oleh Friederich Ratzel (1844-1904) seorang tokoh Geografi Jerman yang menyatakan bahwa alam menentukan kehidupan manusia. Para pendukung aliran fisis determinis selalu mengatakan bahwa keadaan alam suatu daerah seperti cuaca, iklim, persediaan air, jenis tanah, jenis batuan, flora dan fauna, dimana manusia itu berada akan menentukan sifat lahir dan rohaninya.
Aliran fisis determinis kurang populer di Eropa. Ferdinan Von Richthofen menyarankan bahwa aliran fisis determinis tidak selalu benar bahkan banyak kekeliruan. Ia menyatakan bahwa permukaan bumi merupakan landschaft yang didalamnya mempelajari tentang keadaan alam dan aktivitas manusia yang ada pada alam yang didiaminya (Pasya, 1996; 35). Sejalan dengan Hetter, Paul Vidal de la Blache (1854-1918) menentang faham fisis determinis. Ia mengatakan bahwa alam bukan merupakan penentu suatu kebudayaan, fisik atau rohani manusia, tetapi alam hanya berfungsi sebagai pemberi kemungkinan terhadap aktivitas manusia yang akan melahirkan kebudayaan. Karena itu manusia adalah makhluk yang dapat bertindak aktif, tidak menunggu segala sesuatu yang disediakan oleh alam (Pasya, 1996; 53). Aliran ini memandang manusia sebagai makhluk yang berakal dan mampu mengatasi alam serta berusaha mngubah keadaan sekelilingnya demi masa depan kehidupan yang lebih baik. Aliran ini kemudian dikenal sebagai faham posibilis.
Hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya yang berbeda diyakini mempengaruhi kebudayaan manusia. Oleh karena lingkungan alam berbeda maka kebudayaan tercipta juga akan berbeda satu dengan yang lainnya. Bronislaw Malinowski dalam Mutakin dan Pasya (2002) mengatakan bahwa lahirkan kebudayaan tercipta karena tuntutan kebutuhan dasar yang direspon oleh budaya manusia. Respon budaya ini sebagai suatu tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dialami setiap manusia semenjak kemunculannya.
Adapun kebutuhan dasar akan mendapat respon budaya dari setiap masyarakat, menurut Mutakin dan Pasya (2002) sebagai berikut :
1.             Respon budaya terhadap kebutuhan yang menunjang terhadap kehidupannya yang melahirkan mata pencaharian.
2.             Kebutuhan dasar kedua menyangkut keinginan untuk melanjutkan keturunan yang pada dasarnya terjadi pada setiap manusia, tetapi disetiap masyarakat menanggapinya dengan perkawinan yang disesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku beserta system kekerabatannya.
3.             Kondisi alam di berbagai belahan bumi walaupun umum nampaknya sama, tetapi setiap masyarakat yang berada diberbagai daerah dan kebudayaannya akan menanggapi lingkungannya sendiri, baik yang berada di tepi pantai, dataran rendah, maupun pegunungan, bahkan mereka yang berada di daerah yang memiliki curah hujan tinggi atau di daerah yang curah hujan rendah ataupun daerah yang memiliki suhu udara tinggi atau di daerah yang suhu udaranya rendah.
4.             Manusia tidak akan selamanya terhindar dari kecelakaan yang mungkn menimpanya, karena itu mererka harus menjaga keselamatannya sendiri.
5.             Setiap manusia semenjak dilahirkan sampai menjadi dewasa mengalami pertumbuhan, setiap pertumbuhannya memerlukan pendidikan dan latihan yang sesuai dengan perkembangan kejiwaannya.
6.             Selanjutnya setiap masyarakat memiliki cara tersendiri untuk menjadi sehat, baik dalam hal mengolah makanan, kebersihan lingkungan, ataupun pengetahuan tentang pengobatan.

Kebutuhan yang mendapat respon budaya dan setiap masyarakat tidak lepas dan kondisi lingkungan alam di mana setiap masyarakat berada, karena setiap kebutuhan tersebut akan selalu dihadapkan pada lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan perkembangan budaya pada setiap masyarakat yang bersangkutan. Demikianlah adanya fenomena alam dan sosial manusia yang memunculkan kebudayaan yang berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan yang lainya.














DAFTAR PUSTAKA


Sapriya. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Press.















0 komentar:

Posting Komentar

Pages

 

MBAK EKA IDRIS 1922 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos