Selasa, 24 Oktober 2017

Induvidu dan masyarakat

By Unknown di Oktober 24, 2017


PENGERTIAN INDIVIDU DAN MASYARAKAT

A.           Pengertian Individu
Individu” berasal dari kata latin, “individium” artinya “yang tak terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial, individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majamuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa, yang tak seberapa mempengaruhi kehidupan.
 Individu merupakan bagian dari masyarakat. Individu dianggap satu sel satu atom, dan kumpulan sel-sel itu merupakan struktur, merupakan suatu organisasi, ialah organisme (Ahmadi, 2004:26). Uraian tersebut menunjukkan bahwa individu bagian terkecil dari masyarakat. Disebutkan bahwa individu merupakan satu sel atau satu atom dari masyarakat. Lebih lanjut disebutkan: “untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat  (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk masyarakat itu” (Ahmadi, 2004:26). Maka dapat dikatakan tata kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh tata kehidupan individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku individu adalah faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor-faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial (Ahmadi, 2004:27). Faktor biologis adalah faktor yang ada hubungannya dengan jasmaniah seseorang, sedangkan faktor psikologis berkaitan dengan rohaniah. Lingkungan fisik yaitu berkaitan dengan lingkungan tempat individu berada, adapun lingkungan sosial adalah menyangkut lingkungan tempat ia berhubungan sosial, berhubungan dengan masyarakat sekelilingnya.



B.            Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat merupakan terjemahan dari kata (community atau komunitas). Secara definitif dapat didefinisikan sebagai sekelompok manusia yang terdiri dari sejumlah keluarga yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu baik di desa ataupun di kota yang telah terjadi interaksi sosial antar anggotanya atau adanya hubungan sosial (social relationship) yang memilki norma dan nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya dan memiliki tujuan tertentu pula.  Menurut Selo Soemarjan (1962) mengemukakan bahwa: “Masyarakat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan tertentu”.
Adapun unsur-unsur dari masyarakat, Mac Iver dan Page mengemukakan sebagai berikut:
a.              Seperasaan
b.             Sepenanggungan
c.              Saling memerlukan
Disamping ada beberapa tipe masyarakat setempat menurut Davis (1960:313) sebagai berikut:
a.              Sejumlah penduduk
b.             Luas, kekayaan dan kepadatan pendudukan
c.              Memilki fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh organisasi masyarakat yang bersangkutan.
Menurut Soejono Soekanto (1987) beberapa ciri masyarakat perkotaan yang menonjol adalah:
a.              Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan pedesaan Hal ini disebabkan adanya cara berpikir yang rational, yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan eksak.
b.             Orang kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada orang lain.
c.              Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d.             Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh dari pada warga desa.
e.              Jalan pikiran yang rational menyebabkan interaksi sosial berdasar kepentingan dari pada faktor pribadi.
f.              Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu.
g.             Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat terbukanya pengaruh dari luar.

STRUKTUR, PRANATA DAN PROSES SOSIAL BUDAYA

A.           Struktur Sosial
Struktur berasal dari bahasa inggris, “ structure” yang berarti susunan atau tingkatan dari sesuatu, baik itu berupa organisasi maupn mengenai susunan suatu kelompok masyarakat.
Sosial berasal dari kata “socius” yang artinya berkawan. Jadi secara etimologis struktur sosial dapat diartikan susunan dari berkawan. Menurut Koentjaraningrat (1990:172) struktur sosial merupakan susunan masyarakat dilihat dari berbagai sisi seperti : kedudukan, peranannya, tipe masyarakat tersebut sehingga kita dapat menggambarkan kaitan dari berbagai unsur masyarakat.
Disisi lain struktur sosial dapat pula menggambarkan suatu susunan masyarakat dilihat dari lapisan-lapisan yang ada dalam suatu masyarakat. Dikenal tiga lapisan masyarakat yaitu : Lapisan sosial rendah, lapisan sosial menengah, dan lapisan sosial tinggi.
Terdapat beberapa teori tentang pelapisan sosial sebagai berikut :
1.             Teori Fungsionalis, dikemukakan leh Emile Durkheim dalam bukunya “The division of labor in society”, yang menyatakan bahwa tiap masyarakat memandang aktivitas yang satu lebih penting dari pada yang lainnya.Tinggi rendahnya kedudukan (lapisan sosial) seseorang tergantung pada kepentingan pandangannya itu. Selain itu Durkheim memandang bakat dapat menimbulkan ketidakmerataan. Orang yang berbakat biasanya lebih berhasil dalam melakukan pekerjaan atas tugasnya dibanding dengan orang yang tidak berbakat. Kingsley Davis dan Robert Moore mengemukakan bahwa posisi-posisi yang paling penting dalam masyarakat diisi oleh orang yang paling berwenang. Orang yang memegang posisi tersebut, meskipun paling banyak memerlukan latihan, akan mendapat penghargaan tertinggi. Selanjutnya dikatakan bahwa posisi kunci/terpenting adalah yang paling penting bagi berfungsinya sistem sosial. Disetiap masyarakat tokoh agama, tokoh pemerintahan, serta teknis mempunyai kedudukan paling penting. Karenanya mereka paling dihargai oleh masyarakat itu.
2.             Teori Reputasi atau nama baik menurut Wamer: Status seseorang ditetapkan oleh pendapat (pertimbangan) orang lain. Dasar pertimbangannya pendapat, prestise, dan pendidikan. Ia mengemukakan 6 macam tingkatan status :
a.             Upper-upper, contohnya orang kaya karena warisan/turunan
b.             Lower-upper, kaya karena hasil usaha
c.             Upper-middle, ahli-ahli terdidik dan pengesahan yang berpendidikan tinggi
d.            Lower-Middle, golongan pekerja halus seperti sekretaris, pegawai kantor
e.             Upper-lower, yaitu pekerja kasar dengan status  tetap
f.              Lower-lower, orang-orang miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
3.             Teori Struktur Sosiolog yang mengembangkan teori ialah Treiman. Dari hasil penelitiannya ia mengambil kesimpulan, bahwa dalam masyarakat yang berlainan, tidak ada perbedaan dalam penyusunan tingkatan prestise pekerjaan. Dalil yang dikemukakan adalah :
a.             Setiap masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama, karena ada pembagian kerja yang sama
b.             Pembagian kerja yang terspesialisasi cenderung melahirkan perbedaan penguasaan akan sumber-sumber yang langka. Jadi pembagian kerja melahirkan perbedaan kekuasaan/wewenang  dan lain-lain, hingga karenanya timbul hierarki.
c.             Orang yang mempunyai kedudukan penting  mempunyai kesempatan untuk lebih maju disamping memperoleh penghargaan yang baik.
d.            Kekuasan dan kesempatan yang baik dinilai tinggi dalam setiap masyarakat.
Beberapa karakteristik pelapisan sosial, Robin William mengemukakan bahwa untuk mengetahui proses-proses stratifikasi dalam masyarakat adalah:
a.              Sistem pelapisan sosial mungkin berpatok pada sistem pebedaan atau petentangan dalam masyarakat
b.             Pelapisan sosial dapat diamati dalam pengertian berikut :
1)            Distribusi hak-hak istimewa
2)            Sistem hierarki yang disusun oleh masyarakat itu sendiri
c.              Kriteria sistem-sistem pengembangan  misalnya kualitas pribadi, milik, keanggotaan dalam kelompok,kekuasaan dan wewenang
d.             Lambang kedudukan jabatan misalnya gaya hidup. rumah, atribut pakaian.
e.              Mudah tidaknya mobilitas social
f.              Solidaritas
Pengaruh pelapisan sosial tampak dalam setiap segi kehidupan. Karena pergaulan sosial akan lebih banyak terjadi antara individu dari lapisan sosial yang sama,maka akan terdapat kesamaan corak kehidupan. Kesamaan ini mungkin bertumpu pada adanya kesalahan kelas (class-conciousness).
Contoh masyarakat dengan system stratifikasi sosial tertutup dapat ditunjukkan dengan sistem kasta pada masyarakat India. Apabila ditelaah pada masyarakat India, sistem lapisan di sana sangat kaku dan menjelma dalam sistem kasta. Kasta di India mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
a.              Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/kelahiran. Anak yang lahir akan memperoleh kedudukan secara otomatis dari orang tuanya.
b.             Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.
c.              Perkawinan bersifat endogami, artinya harus dipilih dari orang yang sekasta.
d.             Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta, sangat nyata terutama dari nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
e.              Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
f.              Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

B.            Pranata Sosial
Pranata sosial berasal dari istilah Inggris “social institution” Istilah social institution ini diterjemahkan secara berbeda-beda oleh para ahli ilmu sosial di Indonesia, ada yang mengartikannya sebagai lembaga kemasyarakatan (Selo Soemardjan dan Soemardi, 1964; Soerjono Soekanto, 1982), lembaga sosial (Abdul Syani, 1994), pranata sosial (Koentjaraningrat, 1985), dan bangunan sosial. Istilah yang akan digunakan di sini adalah pranata sosial, karena social institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat pranata sosial adalah satu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada. aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (dengan menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan) adalah himpunan dari norma-norma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
Pranata sosial dalam pengertian ilmu sosial tidaklah sama persis dengan istilah lembaga dalam arti wadah atau badan. Pranata sosial pada dasarnya bermula dari adanya kebutuhan-kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Pemenuhan-pemenuhan kebutuhan tersebut perlu dalam keteraturan, sehingga akhirnya diperlukan adanya norma-norma yang menjamin keteraturan tersebut. Norma-norma tersebut akhirnya berkembang menjadi pranata sosial, yang pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia itu.
Kebutuhan manusia sangatlah beraneka ragam, sehingga pranata sosial yang mendukungnya pun beraneka ragam pula. Manusia misalnya mempunyai kebutuhan untuk berkembang biak atau mengembangkan keturunan. Manusia memerlukan aturan dalam menyalurkan: nafsu seks dalam menghasilkan keturunan itu, supaya tidak sama seperti kelakuan binatang. Oleh karena itu manusia membentuk pranata keluarga yang akan mengatur pemenuhan kebutuhan pokoknya itu. Dalam pranata keluarga maka ada sejumlah norma yangmengaturnya mulai dari kegiatan meminang, melamar, pernikahan, upacara adat,mas kawin, hubungan kekerabatan, dan sebagainya.
Manusia juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhannya,maka lahirlah pranata agama. Pranata-pranata yang ada di bidang agama ini misalnya Mesjid, zakat, wakaf, gereja, dan sebagainya. Kebutuhan manusia lainnya, misalnya di bidang pendidikan, maka melahirkan pranata pendidikan yang dapat berwujud dalam bentuk sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolahmenengah, universitas, pondok pesantren, madrasah, dan sebagainya. Kebutuhan untuk mendapatkan dan mendistribusikan barang (sandang, pangan, jasa, dll) merupakan dasar bagi lahirnya pranata ekonomi. Kebutuhan di bidang politik akan melahirkan pranata politik yang berkaitan dengan pengaturan penggunaan kekuasaan; Pranata politik ini akan berkaitan dengan pranata negara, pemerintah,parlemen, desa dan sebagainya.
Dari uraian di atas, anda dapat menemukan beberapa contoh pranata sosial, misalnya: pranata keluarga, pranata agama, pranata ekonomi, pranatapendidikaan pranata politik, dan sebagainya. Banyaknya pranata sosial dalam masyarakat tergantung dari kompleksitas masyarakat. Semakin kompleks suatu masyarakat, maka semakin banyak kebutuhannya, berarti semakin banyak pula pranata sosialnya. Apa sebenarnya fungsi pranata sosial itu bagi kehidupan manusia.
 Pranata sosial yang dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:
a.              Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.
b.             Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
c.              Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control) yaitu sistem pengawasan: dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

C.           Proses Sosial Budaya
Manusia senantiasa saling berhubungan dengan manusia lain atau melakukan kontak sosial. Hubungan antar individu yang saling mempengaruhi dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku disebut interaksi sosial. Interaktif sosial dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, dan antarkelompok. Dua orang yang saling bercakap-cakap adalah contoh interaksi antara individu dengan individu. Guru sedang mengajar di depan kelas adalah contoh interaksi individu dengan kelompok, sedangkan dua kelompok siswa sedang berdiskusi adalah contoh interaksi kelompok dengan kelompok. Komunikasi tidak selamanya dalam bentuk langsung atau tatap muka (face to face) seperti berbicara atau bersalaman. Ada pula komunikasi tidak langsung yaitu melalui perantara seperti surat, telepon, surat kabar, televisi atau radio. Perantara itu disebut sebagai media komunikasi.
Kebudayaan secara etimologis adalah daya cipta, rasa , karsa manusia dalam mengolah lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial agar menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat serta menyenangkan baik lahir maupun batin.
Kebudayaan telah melembaga disuatu masyarakat perlu disosialisasikan kepada warga masyarakatnya baik secara horizontal yaitu penyebarluasan kebudayaan antara anggota masyarakat yang satu kepada anggota masyarakat yang lain secara horizontal dan secara vertical yaitu proses sosialisasi kebudayaan dari orang tua kepada anaknya. Proses sosialisasi budaya ini ada yang dinamakan asimilasi dan akulturasi.
Asimilasi adalah suatu proses sosial dimana ada dua golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya khas dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Sedangkan akulturasi adalah dimana suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur dari kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri (koentjaraningrat:1990:248).
Terdapat perbedaan antara kebudayaan dan peradaban. Peradaban adalah sama dengan istilah civilization yang biasanya dipakai untuk menyebut bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti: kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat istiadat dan sebagainya. Istilah peradaban sering pula dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi , ilmu pengetahuan, seni rupa sistem kenegaraan dan sebaginya.
D.           Interaksi Individu dan Masyarakat
Dalam melangsungkan kehidupannya dan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat kompleks, manusia harus melakukan interaksi atau saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Berbicara tentang interksi, maka perlu ditelaah dulu apa sebenarnya arti interaksi itu. Menurut ahli ilmu psikologi sosial bahwa interaksi sosial adalah saling berhubungan antar dua manusia atau lebih, dimana manusia yang satu terhadap yang lain saling mempengaruhi.
Proses sosial dimaksudkan bahwa “cara-cara interaksi (aksi dan reaksi), yang dapat kita amati apabila individu-indivu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadakan sistem perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Apabila dua orang atau lebih saling berhubungan (mengadakan interaksi) maka akan terjadi apa yang dinamakan proses sosial. Proses ini dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Masyarakat dalam aspeknya yang dinamis, terdiri dari individu-individu dan kelompok-kelompok yang berada dalam interaksi.
Jenis yang paling umum dari proses sosial adalah interaksi sosial. Dengan interaksi sosial dimaksudkn bahwa adanya pengaruh timbal balik antara individu  dengan kelompok dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidup sehari-hari secara bersama-sama.  Setiap interaksi dua arah akan menstimulir yang lain untuk mengubah tingkah laku dari orang-orang yang sedang berinteraksi.
Interaksi sosial yang terjadi antara individu dan masyarakat antara lain :
a.              Interaksi yang melibatkan sejumlah orang, misalnya; individu dengan individu, indivdu dengan group, dan group dengan group.
b.             Adanya tingkat keintiman, misalnya ada yang bersifat primer, ada yang bersifat sekunder, ada yang bersifat gemeinschaft dan ada yang bersifat gesselschaft dan sebagainya.
c.              Adanya proses sosial. Dalam hal ini terdapat beberapa bentuk proses sosial, yang berbentuk positif dinamakan integrasi atau assosiatif proses, yaitu proses yang menyatukan. Sedangkan yang negatif dinamakan disintegratif atau disassosiatif process, yaitu proses yang memisahkan.
Bentuk –bentuk interaksi sosial yang menyatukan (Integrasi) :
a.              Coperation (Koperasi)
Koperasi adalah bentuk kerjasama dimana satu sama lain saling membantu guna mencapai suatu tujuan bersama. Koperasi merupakan usaha bersama dari satu orang atau lebih untuk melaksanakan suatu tugas untuk mencapai suatu tujuan bersama. Terdapat tiga jenis kerja sama yang di dasarkan pada organisasi kelompok atau di dalam setiap kelompok, yaitu : Kerja sama primer, kerja sama sekunder, kerja sama tersier.
b.             Consensus (Kesepakatan)
Consensus dimaksudkan suatu persetujuan, baik yang diucapkan maupun tidak. Consensus mungkin dilaksanakan bila ada 2 pihak atau lebih yang ingin memelihara hubungan masing-masing memandangnya sebagai kepentingan sendiri. Contoh : Courtship dari aliansi internasional.
c.              Assimilation (Asimilasi)
Asimilasi adalah perpaduan dari dua kebudayaan atau lebih melebur menjadi satu-satunya yang homogen. Oleh Mayor polak dikemukakan bahwa asimilasi adalah proses perpaduan dua kebudayaan yang berbeda, lama kelamaan berkembang sehingga menjadi sejarah . Jadi asimilasi hanya terdapat diantara orang-orang atau golongan yang datang dari berbagai kebudayaan yang berbeda, misalnya :
1)            Kebudayaan Arab dengan kebudayaan Indonesia
2)            Kebudayaan Barat dengan kebudayaan Indonesia




Bentuk-bentuk interaksi sosial yang memisahkan (Disintegrasi)
a.              Konflik (Persengketaan)
Konflik adalah usaha yang dengan sengaja menantang, melawan, atau memaksa kehendaknya kepada orang lain. Biasanya konflik itu timbul dari adanya kepentingan yang bertentangan, terutama kepentingan ekonomi dan sering juga perbuatan kedudukan dan kekuasaan. Dipandang dari segi terjadinya, konflik di bagi atas dua macam :
1)            Corparete conflict, yaitu konflik yang terjadinya antara group dengan group dalam suatu masyarakat.
2)            Personal conflict, yaitu konflik yang terjadi antara individu dengan individu. Biasanya hal ini disebabkan soal-soal sexual, kekuasaan, kekayaan, iri hati dan sebagainya.
b.             Kompetisi (Persaingan)
Persaingan ada hubungannya dengan konflik, tetapi berbeda. Kompetisi merupakan usaha yang disengaja untuk menentang kehendak orang lain, dan tidak mengandung paksaan. Kompetisi selalu dikuasai dan diatur oleh norma-norma moral, sedangkan konflik tidak demikian halnya. Contohnya dalam pertandingan pertandingan olah raga, melamar pegawai negeri, berusaha mencari kekayaan dan sebagainya.
Pola interaksi antara individu dengan masyarakat dapat di bagi dalam 3 (tiga) macam, yaitu :
1)            Pola interaksi individu dan individu di mana yang berhubungan secara langsung adalah antar individu dan keduanya saling mempengaruhi.
2)            Pola interaksi antara individu dengan kelompok. Dimana yang sedang melakukan hubungan langsung adalah seorang individu dengan kelompok masyarakat tertentu. Misalnya seseorang sedang menyampaikan gagasannya kepada sebuah kelompok tertentu.
c.              Pola interaksi antara kelompok dengan kelompok. Dimana yang sedang berhubungan langsung adalah kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Misal dalam rapat desa yang terdiri dari beberapa kampung, maka yang menyampaikan gagasannya dalam rapat tersebut adalah para wakil dari masyarakat kampung yang ada di desa tersebut.
1)            Pola tingkat interaksi antar individu
2)            Pola tingkat antar individu dengan kelompok
3)            Pola tingkat interaksi antar kelompok
Dalam kehidupan manusia bermasyarakat kondisi interaksi sosial yang telah dikemukakan di atas mungkin saja terjadi, tergantung bagaimana iklim psikologis yang terjadi dalam kelompok masyarakat itu dan bagaimana visi dan manusia kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan hidup bersama.


DAFTAR PUSTAKA


Nurul, Ulfah wahdah. (2014). individu dan masyarakat. [Online]. Tersedia: http://ulfahrilova.blogspot.co.id/2014/12/individu-dan-masyarakat-struktur.html [diakses 06 desember 2014].
Sapriya. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Press.

Sumaatmadja, Nursid. (2006). Konsep dasar IPS. Jakarta:Universitas terbuka.




0 komentar:

Posting Komentar

Pages

 

MBAK EKA IDRIS 1922 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos