PENGERTIAN
INDIVIDU DAN MASYARAKAT
A.
Pengertian
Individu
“Individu” berasal dari kata latin, “individium” artinya
“yang tak terbagi”. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat digunakan untuk
menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam ilmu sosial,
individu menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majamuk, memegang
peranan dalam pergaulan hidup manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan
penyelidikan kepada kenyataan-kenyataan hidup yang istimewa, yang tak seberapa
mempengaruhi kehidupan.
Individu merupakan bagian dari
masyarakat. Individu dianggap satu sel satu atom, dan kumpulan sel-sel itu
merupakan struktur, merupakan suatu organisasi, ialah organisme (Ahmadi,
2004:26). Uraian tersebut menunjukkan bahwa individu bagian terkecil dari
masyarakat. Disebutkan bahwa individu merupakan satu sel atau satu atom dari
masyarakat. Lebih lanjut disebutkan: “untuk dapat mengerti tata kehidupan
masyarakat (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi
pembentuk masyarakat itu” (Ahmadi, 2004:26). Maka dapat dikatakan tata
kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh tata kehidupan individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku individu adalah
faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor-faktor biologis dan
psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan fisik
dan lingkungan sosial (Ahmadi, 2004:27). Faktor biologis adalah faktor yang ada
hubungannya dengan jasmaniah seseorang, sedangkan faktor psikologis berkaitan
dengan rohaniah. Lingkungan fisik yaitu berkaitan dengan lingkungan tempat
individu berada, adapun lingkungan sosial adalah menyangkut lingkungan tempat
ia berhubungan sosial, berhubungan dengan masyarakat sekelilingnya.
B.
Pengertian Masyarakat
Kata
masyarakat merupakan terjemahan dari kata (community atau komunitas). Secara
definitif dapat didefinisikan sebagai sekelompok manusia yang terdiri dari
sejumlah keluarga yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu baik di desa
ataupun di kota yang telah terjadi interaksi sosial antar anggotanya atau
adanya hubungan sosial (social relationship) yang memilki norma dan nilai
tertentu yang harus dipatuhi oleh semua anggotanya dan memiliki tujuan tertentu
pula. Menurut Selo Soemarjan (1962)
mengemukakan bahwa: “Masyarakat adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang
ditandai oleh suatu derajat hubungan tertentu”.
Adapun
unsur-unsur dari masyarakat, Mac Iver dan Page mengemukakan sebagai berikut:
a.
Seperasaan
b.
Sepenanggungan
c.
Saling
memerlukan
Disamping
ada beberapa tipe masyarakat setempat menurut Davis (1960:313) sebagai berikut:
a.
Sejumlah
penduduk
b.
Luas,
kekayaan dan kepadatan pendudukan
c.
Memilki
fungsi khusus dari masyarakat setempat terhadap seluruh organisasi masyarakat
yang bersangkutan.
Menurut Soejono Soekanto (1987) beberapa ciri masyarakat
perkotaan yang menonjol adalah:
a.
Kehidupan
keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan pedesaan Hal ini disebabkan adanya
cara berpikir yang rational, yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan
eksak.
b.
Orang
kota umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus tergantung pada orang
lain.
c.
Pembagian
kerja lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d.
Kemungkinan
untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh dari pada warga desa.
e.
Jalan
pikiran yang rational menyebabkan interaksi sosial berdasar kepentingan dari
pada faktor pribadi.
f.
Jalan
kehidupan yang cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu.
g.
Perubahan
sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat terbukanya pengaruh dari luar.
A.
Struktur Sosial
Struktur
berasal dari bahasa inggris, “ structure” yang berarti susunan atau tingkatan
dari sesuatu, baik itu berupa organisasi maupn mengenai susunan suatu kelompok masyarakat.
Sosial berasal
dari kata “socius” yang artinya berkawan. Jadi secara etimologis struktur sosial dapat diartikan
susunan dari berkawan.
Menurut
Koentjaraningrat (1990:172) struktur sosial merupakan susunan masyarakat
dilihat dari berbagai sisi seperti : kedudukan, peranannya, tipe masyarakat
tersebut sehingga kita dapat menggambarkan kaitan dari berbagai unsur
masyarakat.
Disisi lain
struktur sosial dapat pula menggambarkan suatu susunan masyarakat dilihat dari
lapisan-lapisan yang ada dalam suatu masyarakat. Dikenal tiga
lapisan masyarakat yaitu
: Lapisan sosial rendah,
lapisan sosial menengah, dan
lapisan sosial tinggi.
Terdapat beberapa teori tentang pelapisan sosial sebagai berikut :
1.
Teori Fungsionalis, dikemukakan leh
Emile Durkheim dalam bukunya “The division of labor in society”, yang
menyatakan bahwa tiap masyarakat memandang aktivitas yang satu lebih penting
dari pada yang lainnya.Tinggi rendahnya kedudukan (lapisan sosial) seseorang
tergantung pada kepentingan pandangannya itu. Selain itu
Durkheim memandang bakat dapat menimbulkan ketidakmerataan. Orang yang
berbakat biasanya lebih berhasil dalam melakukan pekerjaan atas tugasnya
dibanding dengan orang yang tidak berbakat. Kingsley Davis
dan Robert Moore mengemukakan bahwa posisi-posisi yang paling penting dalam
masyarakat diisi oleh orang yang paling berwenang. Orang yang
memegang posisi tersebut, meskipun paling banyak memerlukan latihan, akan
mendapat penghargaan tertinggi. Selanjutnya dikatakan bahwa posisi
kunci/terpenting adalah yang paling penting bagi berfungsinya sistem sosial. Disetiap
masyarakat tokoh agama,
tokoh
pemerintahan, serta teknis mempunyai kedudukan paling penting. Karenanya mereka
paling dihargai oleh masyarakat itu.
2.
Teori
Reputasi atau nama baik menurut Wamer: Status seseorang ditetapkan oleh
pendapat (pertimbangan) orang lain. Dasar pertimbangannya pendapat, prestise,
dan pendidikan. Ia mengemukakan 6 macam tingkatan status :
a.
Upper-upper,
contohnya orang kaya karena warisan/turunan
b.
Lower-upper,
kaya karena hasil usaha
c.
Upper-middle,
ahli-ahli terdidik dan pengesahan yang berpendidikan tinggi
d.
Lower-Middle,
golongan pekerja halus seperti sekretaris, pegawai kantor
e.
Upper-lower,
yaitu pekerja kasar dengan status tetap
f.
Lower-lower,
orang-orang miskin yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
3.
Teori
Struktur Sosiolog yang mengembangkan teori ialah Treiman. Dari hasil
penelitiannya ia mengambil kesimpulan, bahwa dalam masyarakat yang berlainan, tidak
ada perbedaan dalam penyusunan tingkatan prestise pekerjaan. Dalil yang dikemukakan
adalah :
a.
Setiap
masyarakat mempunyai kebutuhan yang sama, karena ada pembagian kerja yang sama
b.
Pembagian
kerja yang terspesialisasi cenderung melahirkan perbedaan penguasaan akan
sumber-sumber yang langka. Jadi pembagian kerja melahirkan perbedaan kekuasaan/wewenang dan lain-lain, hingga karenanya timbul
hierarki.
c.
Orang
yang mempunyai kedudukan penting
mempunyai kesempatan untuk lebih maju disamping memperoleh penghargaan
yang baik.
d.
Kekuasan
dan kesempatan yang baik dinilai tinggi dalam setiap masyarakat.
Beberapa
karakteristik pelapisan sosial, Robin William mengemukakan bahwa untuk
mengetahui proses-proses stratifikasi dalam masyarakat adalah:
a.
Sistem
pelapisan sosial mungkin berpatok pada sistem pebedaan atau petentangan dalam
masyarakat
b.
Pelapisan
sosial dapat diamati dalam pengertian berikut :
1)
Distribusi
hak-hak istimewa
2)
Sistem
hierarki yang disusun oleh masyarakat itu sendiri
c.
Kriteria
sistem-sistem pengembangan misalnya
kualitas pribadi, milik, keanggotaan dalam kelompok,kekuasaan dan wewenang
d.
Lambang
kedudukan jabatan misalnya gaya hidup. rumah, atribut pakaian.
e.
Mudah
tidaknya mobilitas social
f.
Solidaritas
Pengaruh
pelapisan sosial tampak dalam setiap segi kehidupan. Karena pergaulan sosial
akan lebih banyak terjadi antara individu dari lapisan sosial yang sama,maka
akan terdapat kesamaan corak kehidupan. Kesamaan ini mungkin bertumpu pada
adanya kesalahan kelas (class-conciousness).
Contoh masyarakat dengan system stratifikasi sosial
tertutup dapat ditunjukkan dengan sistem kasta pada masyarakat India. Apabila
ditelaah pada masyarakat India, sistem lapisan di sana sangat kaku dan menjelma
dalam sistem kasta. Kasta di India mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu:
a.
Keanggotaan pada kasta diperoleh karena
warisan/kelahiran. Anak yang lahir akan memperoleh kedudukan secara otomatis
dari orang tuanya.
b.
Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup,
oleh karena seseorang tak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia
dikeluarkan dari kastanya.
c.
Perkawinan bersifat endogami, artinya harus dipilih
dari orang yang sekasta.
d.
Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta, sangat nyata
terutama dari nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri
yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
e.
Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara
tradisional telah ditetapkan.
f.
Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
B.
Pranata
Sosial
Pranata
sosial berasal dari istilah Inggris “social institution” Istilah social
institution ini diterjemahkan secara berbeda-beda oleh para ahli ilmu
sosial di Indonesia, ada yang mengartikannya sebagai lembaga
kemasyarakatan (Selo Soemardjan dan Soemardi, 1964; Soerjono Soekanto,
1982), lembaga sosial (Abdul Syani, 1994), pranata sosial
(Koentjaraningrat, 1985), dan bangunan sosial. Istilah yang akan
digunakan di sini adalah pranata sosial, karena social institution menunjuk
pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat.
Menurut
Koentjaraningrat pranata sosial adalah satu sistem tata kelakuan dan
hubungan yang berpusat kepada. aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Soerjono
Soekanto (dengan menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan) adalah
himpunan dari norma-norma dari segala tindakan yang berkisar pada suatu
kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
Pranata
sosial dalam pengertian ilmu sosial tidaklah sama persis dengan istilah lembaga
dalam arti wadah atau badan. Pranata sosial pada dasarnya bermula dari adanya
kebutuhan-kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Pemenuhan-pemenuhan kebutuhan
tersebut perlu dalam keteraturan, sehingga akhirnya diperlukan adanya
norma-norma yang menjamin keteraturan tersebut. Norma-norma tersebut akhirnya
berkembang menjadi pranata sosial, yang pada dasarnya diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia itu.
Kebutuhan
manusia sangatlah beraneka ragam, sehingga pranata sosial yang mendukungnya pun
beraneka ragam pula. Manusia misalnya mempunyai kebutuhan untuk berkembang biak
atau mengembangkan keturunan. Manusia memerlukan aturan dalam menyalurkan:
nafsu seks dalam menghasilkan keturunan itu, supaya tidak sama seperti kelakuan
binatang. Oleh karena itu manusia membentuk pranata keluarga yang akan mengatur
pemenuhan kebutuhan pokoknya itu. Dalam pranata keluarga maka ada sejumlah
norma yangmengaturnya mulai dari kegiatan meminang, melamar, pernikahan,
upacara adat,mas kawin, hubungan kekerabatan, dan sebagainya.
Manusia
juga memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan Tuhannya,maka lahirlah pranata
agama. Pranata-pranata yang ada di bidang agama ini misalnya Mesjid, zakat,
wakaf, gereja, dan sebagainya. Kebutuhan manusia lainnya, misalnya di bidang
pendidikan, maka melahirkan pranata pendidikan yang dapat berwujud dalam bentuk
sekolah dasar, sekolah lanjutan, sekolahmenengah, universitas, pondok
pesantren, madrasah, dan sebagainya. Kebutuhan untuk mendapatkan dan mendistribusikan
barang (sandang, pangan, jasa, dll) merupakan dasar bagi lahirnya pranata
ekonomi. Kebutuhan di bidang politik akan melahirkan pranata politik yang
berkaitan dengan pengaturan penggunaan kekuasaan; Pranata politik ini akan
berkaitan dengan pranata negara, pemerintah,parlemen, desa dan sebagainya.
Dari
uraian di atas, anda dapat menemukan beberapa contoh pranata sosial, misalnya:
pranata keluarga, pranata agama, pranata ekonomi, pranatapendidikaan pranata
politik, dan sebagainya. Banyaknya pranata sosial dalam masyarakat tergantung
dari kompleksitas masyarakat. Semakin kompleks suatu masyarakat, maka semakin
banyak kebutuhannya, berarti semakin banyak pula pranata sosialnya. Apa
sebenarnya fungsi pranata sosial itu bagi kehidupan manusia.
Pranata sosial yang dibentuk oleh masyarakat
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, mempunyai
fungsi-fungsi sebagai berikut:
a.
Memberikan
pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku
atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat yang
bersangkutan.
b.
Menjaga
keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
c.
Memberikan
pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social
control) yaitu sistem pengawasan: dari masyarakat terhadap tingkah laku
anggota-anggotanya.
C.
Proses Sosial Budaya
Manusia senantiasa saling berhubungan dengan manusia lain
atau melakukan kontak sosial. Hubungan antar individu yang saling mempengaruhi
dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku disebut interaksi sosial. Interaktif
sosial dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, dan
antarkelompok. Dua orang yang saling bercakap-cakap adalah contoh interaksi
antara individu dengan individu. Guru sedang mengajar di depan kelas adalah
contoh interaksi individu dengan kelompok, sedangkan dua kelompok siswa sedang
berdiskusi adalah contoh interaksi kelompok dengan kelompok. Komunikasi tidak
selamanya dalam bentuk langsung atau tatap muka (face to face) seperti
berbicara atau bersalaman. Ada pula komunikasi tidak langsung yaitu melalui
perantara seperti surat, telepon, surat kabar, televisi atau radio. Perantara
itu disebut sebagai media komunikasi.
Kebudayaan secara etimologis adalah daya cipta, rasa ,
karsa manusia dalam mengolah lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial
agar menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat serta menyenangkan baik lahir
maupun batin.
Kebudayaan telah melembaga disuatu masyarakat perlu
disosialisasikan kepada warga
masyarakatnya baik secara horizontal yaitu penyebarluasan kebudayaan antara
anggota masyarakat yang satu kepada anggota masyarakat yang lain secara
horizontal dan secara vertical yaitu proses sosialisasi kebudayaan dari orang
tua kepada anaknya.
Proses
sosialisasi budaya ini ada yang dinamakan asimilasi dan akulturasi.
Asimilasi adalah suatu proses sosial dimana ada dua
golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul
secara intensif dalam waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing
berubah sifatnya khas dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujud
menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.
Sedangkan
akulturasi adalah dimana suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan
dengan
unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur dari kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu
sendiri (koentjaraningrat:1990:248).
Terdapat perbedaan antara kebudayaan dan peradaban.
Peradaban adalah sama dengan istilah civilization yang biasanya dipakai untuk
menyebut bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan
indah seperti: kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat istiadat dan
sebagainya. Istilah peradaban sering pula dipakai untuk menyebut suatu
kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi , ilmu pengetahuan, seni rupa sistem
kenegaraan dan sebaginya.
D.
Interaksi
Individu dan Masyarakat
Dalam
melangsungkan kehidupannya dan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat kompleks,
manusia harus melakukan interaksi atau saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnya. Berbicara tentang interksi, maka perlu ditelaah dulu apa
sebenarnya arti interaksi itu. Menurut ahli ilmu psikologi sosial bahwa interaksi
sosial adalah saling berhubungan antar dua manusia atau lebih, dimana manusia
yang satu terhadap yang lain saling mempengaruhi.
Proses
sosial dimaksudkan bahwa “cara-cara interaksi (aksi dan reaksi), yang dapat
kita amati apabila individu-indivu dan kelompok-kelompok bertemu dan mengadakan
sistem perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Apabila dua orang
atau lebih saling berhubungan (mengadakan interaksi) maka akan terjadi apa yang
dinamakan proses sosial. Proses ini dapat terjadi antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Masyarakat
dalam aspeknya yang dinamis, terdiri dari individu-individu dan
kelompok-kelompok yang berada dalam interaksi.
Jenis yang
paling umum dari proses sosial adalah interaksi sosial. Dengan interaksi sosial
dimaksudkn bahwa adanya pengaruh timbal balik antara individu dengan
kelompok dalam upaya memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidup
sehari-hari secara bersama-sama. Setiap interaksi dua arah akan menstimulir
yang lain untuk mengubah tingkah laku dari orang-orang yang sedang
berinteraksi.
Interaksi sosial yang terjadi antara
individu dan masyarakat antara lain :
a.
Interaksi
yang melibatkan sejumlah orang, misalnya; individu dengan individu, indivdu
dengan group, dan group dengan group.
b.
Adanya
tingkat keintiman, misalnya ada yang bersifat primer, ada yang bersifat
sekunder, ada yang bersifat gemeinschaft dan ada yang bersifat gesselschaft dan
sebagainya.
c.
Adanya
proses sosial. Dalam hal ini terdapat beberapa bentuk proses sosial, yang
berbentuk positif dinamakan integrasi atau assosiatif proses, yaitu proses yang
menyatukan. Sedangkan yang negatif dinamakan disintegratif atau disassosiatif
process, yaitu proses yang memisahkan.
Bentuk
–bentuk interaksi sosial yang menyatukan (Integrasi) :
a.
Coperation
(Koperasi)
Koperasi
adalah bentuk kerjasama dimana satu sama lain saling membantu guna mencapai
suatu tujuan bersama. Koperasi merupakan usaha bersama dari satu orang atau
lebih untuk melaksanakan suatu tugas untuk mencapai suatu tujuan bersama. Terdapat
tiga jenis kerja sama yang di dasarkan pada organisasi kelompok atau di dalam
setiap kelompok, yaitu : Kerja sama primer, kerja sama sekunder, kerja sama
tersier.
b.
Consensus
(Kesepakatan)
Consensus
dimaksudkan suatu persetujuan, baik yang diucapkan maupun tidak. Consensus
mungkin dilaksanakan bila ada 2 pihak atau lebih yang ingin memelihara hubungan
masing-masing memandangnya sebagai kepentingan sendiri. Contoh : Courtship dari
aliansi internasional.
c.
Assimilation
(Asimilasi)
Asimilasi
adalah perpaduan dari dua kebudayaan atau lebih melebur menjadi satu-satunya
yang homogen. Oleh Mayor polak dikemukakan bahwa asimilasi adalah proses
perpaduan dua kebudayaan yang berbeda, lama kelamaan berkembang sehingga menjadi
sejarah . Jadi asimilasi hanya terdapat diantara orang-orang atau golongan yang
datang dari berbagai kebudayaan yang berbeda, misalnya :
1)
Kebudayaan
Arab dengan kebudayaan Indonesia
2)
Kebudayaan
Barat dengan kebudayaan Indonesia
Bentuk-bentuk
interaksi sosial yang memisahkan (Disintegrasi)
a.
Konflik
(Persengketaan)
Konflik
adalah usaha yang dengan sengaja menantang, melawan, atau memaksa kehendaknya
kepada orang lain. Biasanya konflik itu timbul dari adanya kepentingan yang
bertentangan, terutama kepentingan ekonomi dan sering juga perbuatan kedudukan
dan kekuasaan. Dipandang dari segi terjadinya, konflik di bagi atas dua macam :
1)
Corparete
conflict, yaitu konflik yang terjadinya antara group dengan group dalam suatu
masyarakat.
2)
Personal
conflict, yaitu konflik yang terjadi antara individu dengan individu. Biasanya
hal ini disebabkan soal-soal sexual, kekuasaan, kekayaan, iri hati dan
sebagainya.
b.
Kompetisi
(Persaingan)
Persaingan
ada hubungannya dengan konflik, tetapi berbeda. Kompetisi merupakan usaha yang disengaja
untuk menentang kehendak orang lain, dan tidak mengandung paksaan. Kompetisi
selalu dikuasai dan diatur oleh norma-norma moral, sedangkan konflik tidak
demikian halnya. Contohnya dalam pertandingan pertandingan olah raga, melamar
pegawai negeri, berusaha mencari kekayaan dan sebagainya.
Pola
interaksi antara individu dengan masyarakat dapat di bagi dalam 3 (tiga) macam,
yaitu :
1)
Pola
interaksi individu dan individu di mana yang berhubungan secara langsung adalah
antar individu dan keduanya saling mempengaruhi.
2)
Pola
interaksi antara individu dengan kelompok. Dimana yang sedang melakukan
hubungan langsung adalah seorang individu dengan kelompok masyarakat tertentu.
Misalnya seseorang sedang menyampaikan gagasannya kepada sebuah kelompok
tertentu.
c.
Pola
interaksi antara kelompok dengan kelompok. Dimana yang sedang berhubungan
langsung adalah kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Misal dalam rapat
desa yang terdiri dari beberapa kampung, maka yang menyampaikan gagasannya
dalam rapat tersebut adalah para wakil dari masyarakat kampung yang ada di desa
tersebut.
1)
Pola
tingkat interaksi antar individu
2)
Pola
tingkat antar individu dengan kelompok
3)
Pola tingkat interaksi antar kelompok
Dalam
kehidupan manusia bermasyarakat kondisi interaksi sosial yang telah dikemukakan
di atas mungkin saja terjadi, tergantung bagaimana iklim psikologis yang
terjadi dalam kelompok masyarakat itu dan bagaimana visi dan manusia kelompok
masyarakat untuk mencapai tujuan hidup bersama.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurul, Ulfah
wahdah. (2014). individu dan masyarakat. [Online].
Tersedia: http://ulfahrilova.blogspot.co.id/2014/12/individu-dan-masyarakat-struktur.html [diakses
06 desember 2014].
Sapriya.
(2006). Konsep Dasar IPS. Bandung:
UPI Press.
Sumaatmadja, Nursid. (2006). Konsep dasar IPS. Jakarta:Universitas terbuka.
0 komentar:
Posting Komentar