IDENTIFIKASI PAHLAWAN PERGERAKAN NASIONAL
Ir. Soekarno
Dr.(HC)
Ir. Soekarno (ER, EYD: Sukarno,
nama lahir: Koesno Sosrodihardjo)
(lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta,
21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting dalam
memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal
17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.
Soekarno menandatangani Surat
Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial,
yang isinya—berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan
Darat—menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga
keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan
Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan
mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah
pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya
sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto
menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia.
Bung Tomo
Sutomo (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3
Oktober 1920 – meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981
pada umur 61 tahun). lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang
terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan
kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan
pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari
Pahlawan. Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya
bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia
pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah
perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai
kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah
dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di
Malang. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.dan batak
Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di
kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke
Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer.
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto
Raden Hadji Oemar Said
Tjokroaminoto (lahir di
Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882 – meninggal di Yogyakarta,
Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun) bernama lengkap Raden Hadji
Oemar Said Tjokroaminoto, pahlawan nasional sekarang lebih dikenal dengan nama
H.O.S Cokroaminoto, lahir Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882. Ia
merupakan seorang pemimpin salah satu organisasi yaitu Sarekat Islam
(SI). Ia kemudian meninggal pada umur 52 tahun yaitu tanggal 17 Desember 1934
di Yogyakarta. Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah
bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu.
Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo.
De Ongekroonde van Java atau "Raja Jawa Tanpa
Mahkota" bernama Tjokroaminoto adalah salah satu pelopor pergerakan di
indonesia dan sebagai guru para pemimpin-pemimpin besar di indonesia, berangkat
dari pemikiran ialah yang melahirkan berbagai macam ideologi bangsa indonesia
pada saat itu, rumah ia sempat dijadikan rumah kost para pemimpin besar untuk
menimbah ilmu padanya, yaitu Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Kartosuwiryo,
bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya, ia adalah orang yang pertama kali
menolak untuk tunduk pada Belanda, setelah ia meninggal lahirlah warna-warni pergerakan
indonesia yang dibangun oleh murid-muridnya, yakni kaum sosialis/komunis yang
dianut oleh Semaoen, Muso, Alimin, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo
yang islam merangkap sebagai sekretaris pribadi. Namun, ketiga muridnya itu
saling berselisih menurut paham masing-masing. Pengaruh kekuatan politik pada
saat itu memungkinkan para pemimpin yang sekawanan itu saling berhadap-hadapan
hingga terjadi Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan Partai komunis
Indonesia karena memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" yang
dipimpin Muso dan dengan terpaksa presiden Soekarno mengirimkan pasukan elite
TNI yakni Divisi Siliwangi yang mengakibatkan "abang" sapaan akrab
Soekarno kepada Muso pemimpin Partai komunis pada saat itu tertembak mati 31
Oktober, dan dilanjutkan pemberontakan oleh Negara Islam Indonesia(NII) yang
dipimpin oleh Kartosuwiryo dan akhirnya hukuman mati yang dijatuhkan oleh
Soekarno kepada kawannya Kartosuwiryo pada 12 September 1962.
Pada bulan Mei 1912, HOS Tjokroaminoto mendirikan organisasi
Sarekat Islam yang sebelumnya dikenal Serikat Dagang Islam dan terpilih menjadi
ketua.
Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin. Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.
Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin. Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.
Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah Soekarno
hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni Siti Oetari, istri pertama
Soekarno.
Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator" perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya yaitu Muso, Alimin, Kartosuwiryo, Darsono, dan yang lainnya terbangung dan tertawa menyaksikannya.
Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah "jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator" perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya yaitu Muso, Alimin, Kartosuwiryo, Darsono, dan yang lainnya terbangung dan tertawa menyaksikannya.
Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu (lahir di Nusa Laut, Maluku, 4
Januari 1800 – meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818 pada
umur 17 tahun) adalah seorang gadis dari Desa Abubu di Pulau Nusalaut. Lahir
sekitar tahun 1800 dan pada waktu mengangkat senjata melawan penjajah Belanda
berumur 17 tahun. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari
negeri Abubu yang juga pembantu Thomas Matulessy dalam perang Pattimura tahun
1817 melawan Belanda.
Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang
kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung terjun dalam
medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun
1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia
dikenal sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.
Sejak
awal perjuangan, ia selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur. Dengan
rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain
berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di
Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua. Siang dan malam ia selalu hadir dan
ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata,
tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut
membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan
menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.
Di dalam pertempuran yang sengit di Desa Ouw – Ullath
jasirah Tenggara Pulau Saparua yang nampak betapa hebat srikandi ini menggempur
musuh bersama para pejuang rakyat. Namun akhirnya karena tidak seimbang dalam
persenjataan, tipu daya musuh dan pengkhianatan, para tokoh pejuang dapat
ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang harus mati digantung dan ada yang
dibuang ke Pulau Jawa. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati tembak. Martha
Christina berjuang untuk melepaskan ayahnya dari hukuman mati, namun ia tidak
berdaya dan meneruskan bergerilyanya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan
diasingkan ke Pulau Jawa.
Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui
ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda
menjelang tanggal 2 Januari 1818. Menghargai jasa dan pengorbanan, Martha
Christina dikukuhkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
dr. Tjipto Mangoenkoesoemo
dr. Tjipto Mangoenkoesoemo (EYD: Cipto Mangunkusumo) (Pecangakan, Ambarawa, Semarang, 1886 –
Jakarta, 8 Maret 1943) adalah seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia.
Bersama dengan Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai
"Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri
dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh
dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan
ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Pada
tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda
akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917.
Dokter Cipto menikah dengan seorang Indo pengusaha batik,
sesama anggota organisasi Insulinde, bernama Marie Vogel pada tahun
1920. Berbeda dengan kedua rekannya dalam "Tiga Serangkai" yang
kemudian mengambil jalur pendidikan, Cipto tetap berjalan di jalur politik
dengan menjadi anggota Volksraad. Karena sikap radikalnya, pada tahun
1927 ia dibuang oleh pemerintah penjajahan ke Banda.
Ia
wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa.
Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai
Kolonel TNI Anumerta I Gusti
Ngurah Rai
(lahir di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda, 30
Januari 1917 – meninggal di Marga, Tabanan, Bali, Indonesia, 20
November 1946 pada umur 29 tahun) adalah seorang pahlawan Indonesia dari
Kabupaten Badung, Bali. Ngurah Rai memiliki pasukan yang bernama
"TOKRING" KOTOK GARING melakukan pertempuran terakhir yang dikenal
dengan nama Puputan Margarana. (Puputan, dalam bahasa bali, berarti
"habis-habisan", sedangkan Margarana berarti "Pertempuran di
Marga"; Marga adalah sebuah desa ibukota kecamatan di pelosok Kabupaten
Tabanan, Bali).
Bersama 1.372 anggotanya pejuang MBO (Markas Besar Oemoem)
Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) dibuatkan nisan di
Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga, Tabanan. Detil
perjuangan I Gusti Ngurah Rai dan resimen CW dapat disimak dari beberapa buku,
seperti "Bergerilya Bersama Ngurah Rai" (Denpasar: BP, 1994)
kesaksian salah seorang staf MBO DPRI SK, I Gusti Bagus Meraku Tirtayasa peraih
"Anugrah Jurnalistik Harkitnas 1993", buku "Orang-orang
di Sekitar Pak Rai: Cerita Para Sahabat Pahlawan Nasional Brigjen TNI
(anumerta) I Gusti Ngurah Rai" (Denpasar: Upada Sastra, 1995), atau buku
"Puputan Margarana Tanggal 20 November 1946" yang disusun oleh Wayan
Djegug A Giri (Denpasar: YKP, 1990). Pemerintah Indonesia menganugerahkan
Bintang Mahaputra dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (anumerta). Namanya
kemudian diabadikan dalam nama bandar udara di Bali, Bandara Ngurah Rai.
Jenderal Besar Raden Soedirman
Jenderal Besar Raden Soedirman (EYD: Sudirman; lahir 24 Januari 1916 – meninggal 29 Januari
1950 pada umur 34 tahun) adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa
Revolusi Nasional Indonesia. Menjadi panglima besar Tentara Nasional Indonesia
pertama, ia secara luas terus dihormati di Indonesia. Terlahir dari pasangan
rakyat biasa di Purbalingga, Hindia Belanda, Soedirman diadopsi oleh pamannya
yang seorang priyayi. Setelah keluarganya pindah ke Cilacap pada tahun 1916,
Soedirman tumbuh menjadi seorang siswa rajin; ia sangat aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler, termasuk mengikuti program kepanduan yang dijalankan oleh
organisasi Islam Muhammadiyah. Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai
menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi, dan dihormati oleh
masyarakat karena ketaatannya pada Islam. Setelah berhenti kuliah keguruan,
pada 1936 ia mulai bekerja sebagai seorang guru, dan kemudian menjadi kepala
sekolah, di sekolah dasar Muhammadiyah; ia juga aktif dalam kegiatan
Muhammadiyah lainnya dan menjadi pemimpin Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada
tahun 1937. Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942, Soedirman tetap
mengajar. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA)
yang disponsori Jepang, menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas. Selama
menjabat, Soedirman bersama rekannya sesama prajurit melakukan pemberontakan,
namun kemudian diasingkan ke Bogor.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, Soedirman melarikan diri dari pusat penahanan,
kemudian pergi ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Ia ditugaskan
untuk mengawasi proses penyerahan diri tentara Jepang di Banyumas, yang
dilakukannya setelah mendirikan divisi lokal Badan Keamanan Rakyat. Pasukannya
lalu dijadikan bagian dari Divisi V pada 20 Oktober oleh panglima sementara
Oerip Soemohardjo, dan Soedirman bertanggung jawab atas divisi tersebut. Pada
tanggal 12 November 1945, dalam sebuah pemilihan untuk menentukan panglima
besar TKR di Yogyakarta, Soedirman terpilih menjadi panglima besar, sedangkan
Oerip, yang telah aktif di militer sebelum Soedirman lahir, menjadi kepala
staff. Sembari menunggu pengangkatan, Soedirman memerintahkan serangan terhadap
pasukan Inggris dan Belanda di Ambarawa. Pertempuran ini dan penarikan diri
tentara Inggris menyebabkan semakin kuatnya dukungan rakyat terhadap Soedirman,
dan ia akhirnya diangkat sebagai panglima besar pada tanggal 18 Desember.
Selama tiga tahun berikutnya, Soedirman menjadi saksi kegagalan negosiasi dengan
tentara kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia, yang pertama
adalah Perjanjian Linggarjati –yang turut disusun oleh Soedirman –
dan kemudian Perjanjian Renville –yang menyebabkan Indonesia harus
mengembalikan wilayah yang diambilnya dalam Agresi Militer I kepada Belanda dan
penarikan 35.000 tentara Indonesia. Ia juga menghadapi pemberontakan dari
dalam, termasuk upaya kudeta pada 1948. Ia kemudian menyalahkan
peristiwa-peristiwa tersebut sebagai penyebab penyakit tuberkulosis-nya; karena
infeksi tersebut, paru-paru kanannya dikempeskan pada bulan November 1948.
Pada tanggal 19 Desember 1948, beberapa hari setelah
Soedirman keluar dari rumah sakit, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk
menduduki Yogyakarta. Di saat pemimpin-pemimpin politik berlindung di kraton
sultan, Soedirman, beserta sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya,
melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama
tujuh bulan. Awalnya mereka diikuti oleh pasukan Belanda, tetapi Soedirman dan
pasukannya berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, di dekat
Gunung Lawu. Dari tempat ini, ia mampu mengomandoi kegiatan militer di Pulau
Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh
Letnan Kolonel Soeharto. Ketika Belanda mulai menarik diri, Soedirman dipanggil
kembali ke Yogyakarta pada bulan Juli 1949. Meskipun ingin terus melanjutkan
perlawanan terhadap pasukan Belanda, ia dilarang oleh Presiden Soekarno.
Penyakit TBC yang diidapnya kambuh; ia pensiun dan pindah ke Magelang.
Soedirman wafat kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan
Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Kematian Soedirman menjadi duka bagi seluruh rakyat
Indonesia. Bendera setengah tiang dikibarkan dan ribuan orang berkumpul untuk
menyaksikan prosesi upacara pemakaman. Soedirman terus dihormati oleh rakyat
Indonesia. Perlawanan gerilyanya ditetapkan sebagai sarana pengembangan esprit
de corps bagi tentara Indonesia, dan rute gerilya sepanjang 100-kilometer
(62 mil) yang ditempuhnya harus diikuti oleh taruna Indonesia sebelum
lulus dari Akademi Militer. Soedirman ditampilkan dalam uang kertas rupiah
keluaran 1968, dan namanya diabadikan menjadi nama sejumlah jalan, universitas,
museum, dan monumen. Pada tanggal 10 Desember 1964, ia ditetapkan sebagai
Pahlawan Nasional Indonesia.
Dr.(H.C) Drs. H. Mohammad Hatta
Dr.(H.C) Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama Muhammad Athar, populer sebagai Bung Hatta; lahir di Fort de Kock (sekarang
Bukittinggi, Sumatera Barat), Hindia Belanda, 12 Agustus
1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah
pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia
bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia
dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia
juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II,
dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena
berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
Bandar udara internasional Jakarta, Bandar Udara
Soekarno-Hatta, menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasa-jasanya.
Selain diabadikan di Indonesia, nama Mohammad Hatta juga diabadikan di Belanda
yaitu sebagai nama jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder, Haarlem dengan nama
Mohammed Hattastraat. Pada tahun 1980, ia meninggal dan dimakamkan di
Tanah Kusir, Jakarta. Bung Hatta ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan
Nasional Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1986 melalui Keppres nomor
081/TK/1986/
dr. Wahidin Sudirohusodo
dr. Wahidin Sudirohusodo (lahir di Mlati, Sleman,
Yogyakarta, 7 Januari 1852 – meninggal di Yogyakarta, 26 Mei 1917
pada umur 65 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya
selalu dikaitkan dengan Budi Utomo karena walaupun ia bukan pendiri organisasi
kebangkitan nasional itu, dialah penggagas berdirinya organisasi yang didirikan
para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Jakarta itu.
Untung Surapati
Untung Surapati terlahir Surawiroaji, lahir di Bali, 1660 – meninggal dunia di Bangil, Jawa Timur, 5 Desember 1706 pada umur 45/46 tahun) adalah seorang tokoh dalam sejarah Nusantara yang dicatat dalam Babad Tanah Jawi. Kisahnya menjadi legendaris karena
mengisahkan seorang anak rakyat jelata dan budak VOC yang menjadi seorang bangsawan dan Tumenggung (Bupati) Pasuruan.
Kisah Untung Surapati yang legendaris dan perjuangannya melawan kolonialisme VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Kisah Untung Surapati yang legendaris dan perjuangannya melawan kolonialisme VOC di Pulau Jawa membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia berdasarkan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang bernama asli Raden
Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1752 -
Yogyakarta, 1828) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah anak Pangeran
Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di
Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya wafat
Nyi Ageng Serang menggantikan kedudukan ayahnya. Nyi Ageng Serang adalah salah
satu keturunan Sunan Kalijaga, ia juga mempunyai keturunan seorang Pahlawan
nasional yaitu Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara.
Dr.Soetomo
Beliau lahir di Nganjuk, 30 Juli 1888. Lalu beliau masuk
STOVIA pada tahun 1903. Pada tahun 1908, beliau bersama beberapa mahasiswa
mendirikan Budi Utomo. Tahun 1930, beliau mendirikan Partai Bangsa Indonesia
dan pada tahun 1935, beliau mendirikan Partai Indonesia Raya yang menjadi wadah
perjuangannya merintis kemerdekaan.
KH. Samanhudi
Beliau lahir di Laweyan, Solo pada tahun 1868 dari keluarga
pedagang. Pada tahun 1905, beliau mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI),
organisasi yang menentang Belanda dan memperjuangkan martabat pedagang pribumi.
SDI berubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1912 dan pada kongres tahun
1913, beliau terpilih menjadi ketua. KH. Samanhudi juga terlibat dalam gejala
politik pasca kemerdekaan dengan membentuk Barisan Pemberontak Indonesia yang
melawan Belanda NICA, dan lascar rakyat yang bernama Gerakan Kesatuan Alap-Alap.
KH.Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan adalah tokoh pergerakan nasional yang lama
belajar pengetahuan Agama di Mekkah. Beliau mendirikan Muhammadiyah pada
tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhammadiyah adalah mengajarkan
Agama Islam dengan Al-Qur’an dan Hadist.
DAFTAR PUSTAKA
Raden
Silaban, (2014). Foto Dan Keterangan Pahlawan Indonesia. [Online]. Tersedia:
https://raden76ban.blogspot.co.id/2014/10/foto-dan-keterangan-pahlawan-indonesia.html. [diakses 08
Oktober 2014].
Mirnawati, (2012). Kumpulan Pahlawan
Indonesia Terlengkap (dalam Indonesia). Jakarta: CIF. ISBN 978-979-788-343-0.
0 komentar:
Posting Komentar