IDENTIFIKASI
PAHLAWAN PERGERAKAN DI MASA PENJAJAHAN BELANDA
Tokoh Pejuang Pada Penjajahan Belanda Dan Jepang
Indonesia yang dahulu disebut Nusantara merupakan suatu
wilayah yang sangat subur dan banyak menghasilkan rempah-rempah. Waktu itu,
wilayah Nusantara dipimpin oleh raja-raja sebagai penguasa negara atau penguasa
wilayah. Banyak pedagang, baik dari wilayah Nusantara sendiri maupun dari
bangsa lain.
Pedagang Eropa yang datang pertama kali memasuki wilayah
Nusantara adalah bangsa Portugis dan Spanyol. Kedua bangsa ini bersaing untuk
merebut daerah hasil rempah-rempah. Lalu, bangsa Spanyol tersingkir dan bangsa
Portugis dapat menguasai daerah penghasil rempah-rempah. Namun, bangsa
Indonesia dengan para raja dan penguasa daerah sebagai pemimpin tidak senang
dengan kelakuan Portugis yang ingin menjajah. Rakyat Indonesia pun berjuang
mengusir Portugis dari bumi Nusantara dengan mengangkat senjata dan mengadakan
perlawanan.
Perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia pada waktu itu
antara Lain:
1.
Perjuangan
Pati Unus dari Demak menentang penjajahan Portugis (1513);
2.
Perjuangan
Panglima Fatahillah dari Kerajaan Demak menentang penjajahan Portugis
(1526-1527);
3.
Perjuangan
Sultan Baabullah dari Kerajaan Ternate menentang penjajahan Portugis
(1575);
4.
Perjuangan
Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh menentang penjajahan Portugis
(1607-1636).
Para
pedagang dari negeri Belanda juga berduyun-duyun memasuki wilayah Nusantara,
maka terjadilah persaingan yang sangat ketat di antara pedagang kedua negara
tersebut. Pada akhirnya, para pedagang dari Portugis tersingkir dalam perebutan
kekuasaan di wilayah Nusantara. Secara lambat tapi pasti, Belanda mulai
menancapkan kuku kekuasaannya untuk melakukan penjajahan. Penjajahan Belanda
terhadap Indonesia berlangsung kurang lebih 350 tahun.
Komentar
Saya :
Indonesia adalah Negara yang sangat subur begitu banyak
bangsa-bangsa asing yang ingin menjajah silih berganti. Belanda adalah Negara
yang paling lama menjajah bangsa kita, mengeruk semua hasil bumi yang ada di
Indonesia dan akhirnya kini kita telah merdeka dengan perjuangan-perjuangan
oleh para pahlawan yang kita kenang jasa-nya hingga sekarang.
Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera
Barat, Indonesia 1772 – wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak,
Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), adalah salah seorang ulama, pemimpin dan
pejuang yang berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan
nama Perang Padri di tahun 1803-1837.
Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional
Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6
November 1973. “Tuanku Imam Bonjol” adalah sebuah gelaran yang diberikan kepada
guru-guru agama di Sumatra. Nama asli Imam Bonjol adalah Peto Syarif Ibnu
Pandito Bayanuddin.
Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan
dakwah di Sumatera, yang pada mulanya menentang perjudian, laga ayam,
penyalahggunaan dadah, minuman keras, dan tembakau, tetapi kemudian mengadakan
penentangan terhadap penjajahan Belanda.
Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin.
Kemudian dari beberapa orang ulama lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam
Bonjol adalah pengasas negeri Bonjol.
Pahlawan nasional, bernama asli Muhammad Sahab. Lahir di
Tanjung Bunga, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, pada tahun 1772. Setelah
belajar agama pada beberapa orang nulama di Sumatera Barat, ia menjadi guru
agama di Bonjol. Dari sini ia menyebarkan paham Paderi di Lembah Alahan Panjang
bahkan sampai ke Tapanuli Selatan. Sebagai tokoh Paderi, ia cukup disegani.
Komentar
Saya :
Tuanku Imam Bonjol adalah pemimpin yang terkenal dalam
gerakan dakwah di Sumatra. Keberanian dan perjuangannya menentang semua
perjudian, laga ayam, penyalahggunaan dadah, minuman keras, dan tembakau,
tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap penjajahan Belanda.
Cut Nyak
Dhien
Cut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja’ Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh,
Sumedang) adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada
masa Perang Aceh.
Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara
suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah
hendak menghancurkan Belanda.
Teuku Umar, salah satu tokoh yang melawan Belanda, melamar Cut Nyak
Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar
memperbolehkannya ikut serta dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk
menikah dengannya pada tahun 1880. Mereka dikaruniai anak yang diberi nama Cut
Gambang. Setelah
pernikahannya dengan Teuku Umar, ia bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur
saat menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, sehingga ia berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh
bersama pasukan kecilnya.
Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit encok dan rabun, sehingga satu pasukannya yang
bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba. Ia akhirnya ditangkap
dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh.
Namun, keberadaannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh. Ia juga masih
berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya, Dhien dibuang
ke Sumedang. Tjoet Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.
Komentar
Saya :
Cut Nyak Dhien adalah Pahlawan Nasional seorang wanita yang tangguh dan
berani untuk melawan belanda. Karna kematian suaminya Cut Nyak Dhien sangat
marah dan bersumpah hendak menghancurkan
Belanda. Pada tahun 1880 Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah
dengan Teuku Umar karena ia di perbolehkan ikut serta
dalam medan perang.
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12
Januari 1631 dan meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada
umur 39 tahun, adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang
terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto
Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan
Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan
Hasanuddin saja. dia diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan Gowa dalam usia 24
tahun (tahun 1655).
Sementara itu belanda memberinya gelar de Haav van de Oesten
alias Ayam Jantan dari Timur karena kegigihannya dan keberaniannya dalam
melawan Kolonial belanda. Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, merupakan putera
kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah
Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai
perdagangan rempah-rempah. Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur
Indonesia yang menguasai jalur perdagangan. Pada tahun 1666, di bawah pimpinan
Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan
kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan
Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan
kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.
Komentar
Saya :
Sultan
Hasanuddin – Ayam Jantan Dari Timur Pahlawan Nasional dari
Makassar yang berani dan gigih untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil di
Indonesia bagian timur untuk melawan belanda yang ingin menguasai perdagangan
rempah-rempah.
Pattimura
Pattimura(atau Thomas Matulessy) (lahir di Haria, pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun), juga dikenal
dengan nama Kapitan Pattimura
adalah pahlawan Maluku dan merupakan Pahlawan nasional
Indonesia.
Menurut buku biografi Pattimura versi pemerintah yang
pertama kali terbit, M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong
turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama
Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang
terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri
yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.
Namun berbeda dengan sejarawan Mansyur Suryanegara. Dia
mengatakan dalam bukunya Api Sejarah bahwa Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku
disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Dia
adalah bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan
Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim
Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Komentar
Saya :
Pattimura adalah Pahlawan Maluku dan merupakan Pahlawan nasional
Indonesia yang ikut
dalam melawan penjajahan belanda.
Pangeran Diponegoro (lahir di Yogyakarta, 11 November 1785 –
meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Januari 1855 pada umur 69 tahun)
adalah salah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di
Makassar. Diponegoro adalah putra sulung Hamengkubuwana III, seorang raja
Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari
seorang garwa ampeyan (selir) bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa
ampeyan (istri non permaisuri) yang berasal dari Pacitan. Pangeran Diponegoro
bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir,
Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk
mengangkatnya menjadi raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri.
Diponegoro mempunyai 3 orang istri, yaitu: Bendara Raden Ayu Antawirya, Raden
Ayu Ratnaningsih, & Raden Ayu Ratnaningrum.
Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan
merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut
putrinya, permaisuri dari HB I Ratu Ageng Tegalrejo dari pada di keraton.
Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Hamengkubuwana V
(1822) dimana Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi
Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari
dipegang oleh Patih Danurejo bersama Residen Belanda. Cara perwalian seperti
itu tidak disetujui Diponegoro.
Komentar
Saya :
Pangeran
Diponegoro adalah Pahlawan Nasional yang lebih tertarik pada kehidupan
keagamaan dan merakyat. Dia juga berperang melawan belanda.
Sultan Agung Adi Prabu
Hanyakrakusuma
Sultan Agung Adi Prabu
Hanyakrakusuma (Bahasa Jawa: Sultan Agung Adi
Prabu Hanyokrokusumo, lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 wafat: Karta
(Plered, Bantul),
Kesultanan Mataram, 1645) adalah Sultan ke-tiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613–1645. Di bawah kepemimpinannya, Mataram
berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu.
Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan
Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional
Indonesia
berdasarkan S.K.
Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
Setelah kekalahan di Batavia
Sultan Agung pantang menyerah dalam
perseteruannya dengan VOC
Belanda. Ia mencoba menjalin hubungan dengan pasukan Kerajaan Portugis untuk bersama-sama menghancurkan VOC. Namun hubungan kemudian diputus tahun 1635 karena ia menyadari posisi Portugis saat itu sudah lemah.
Belanda. Ia mencoba menjalin hubungan dengan pasukan Kerajaan Portugis untuk bersama-sama menghancurkan VOC. Namun hubungan kemudian diputus tahun 1635 karena ia menyadari posisi Portugis saat itu sudah lemah.
Kekalahan di Batavia menyebabkan daerah-daerah bawahan Mataram berani
memberontak untuk merdeka. Diawali dengan pemberontakan para ulama Tembayat yang berhasil ditumpas pada tahun 1630. Kemudian Sumedang dan Ukur memberontak tahun 1631. Sultan Cirebon yang masih setia berhasil memadamkan pemberontakan Sumedang
tahun 1632.
Pemberontakan-pemberontakan masih berlanjut dengan munculnya
pemberontakan Giri Kedaton yang tidak mau tunduk kepada
Mataram. Karena pasukan Mataram merasa segan menyerbu pasukan Giri Kedaton yang
masih mereka anggap keturunan Sunan Giri, maka yang ditugasi melakukan penumpasan adalah Pangeran Pekik pemimpin Ampel. Pangeran Pekik sendiri telah dinikahkan dengan Ratu
Pandansari adik
Sultan Agung pada tahun 1633. Pemberontakan Giri Kedaton ini berhasil dipadamkan
pasangan suami istri tersebut pada tahun 1636.
Komentar
Saya:
Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma sebagai pejuang dan budayawan
ditetapkan menjadi pahlawan nasional
Indonesia.
Sultan Agung pantang menyerah dalam perseteruannya dengan VOC Belanda.
Teuku Umar
Teuku Umar yang dilahirkan di Meulaboh Aceh Barat pada tahun 1854, adalah anak seorang Uleebalang bernama Teuku Achmad Mahmud dari perkawinan dengan
adik perempuan Raja Meulaboh. Umar mempunyai dua orang saudara perempuan dan
tiga saudara laki-laki.
Nenek moyang Umar adalah Datuk Makhudum Sati berasal dari Minangkabau. Salah seorang keturunan Datuk Makhudum Sati pernah berjasa
terhadap Sultan Aceh, yang pada waktu itu terancam oleh
seorang Panglima Sagi yang ingin merebut kekuasaannya.
Insiden
Kapal Nicero
Tahun 1884 Kapal Inggris “Nicero” terdampar. Kapten dan awak kapalnya disandera oleh
raja Teunom. Raja Teunom menuntut tebusan
senilai 10 ribu dolar tunai. Oleh Pemerintah Kolonial Belanda Teuku Umar ditugaskan untuk
membebaskan kapal tersebut, karena kejadian tersebut telah mengakibatkan
ketegangan antara Inggris dengan Belanda.
Teuku Umar menyatakan bahwa merebut
kembali Kapal “Nicero” merupakan pekerjaan yang berat sebab tentara Raja Teunom
sangat kuat, sehingga Inggris sendiri tidak dapat merebutnya kembali. Namun ia
sanggup merebut kembali asal diberi logistik dan senjata yang banyak sehingga dapat bertahan dalam
jangka waktu yang lama.
Dengan perbekalan perang yang cukup
banyak, Teuku Umar berangkat dengan kapal “Bengkulen” ke Aceh Barat membawa 32 orang tentara
Belanda dan beberapa
panglimanya. Tidak lama, Belanda dikejutkan berita yang menyatakan bahwa semua
tentara Belanda yang ikut, dibunuh di tengah laut. Seluruh senjata dan
perlengkapan perang lainnya dirampas. Sejak itu Teuku Umar kembali memihak
pejuang Aceh untuk melawan Belanda. Teuku Umar juga menyarankan Raja Teunom
agar tidak mengurangi tuntutannya.
Komentar
Saya:
Teuku Umar Pahlawan yang berjuang
sampai darah penghabisan.
Pangeran
Antasari
Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1797 atau 1809 – meninggal di Bayan Begok, Hindia-Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia.
Ia adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan
pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang
gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak
dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.
Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya
menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April
1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.
1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.
Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan
Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai
medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan
persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Khalifah. Dan
akhirnya Khalifah memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.
Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk
menyerah, namun beliau tetap pada pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang
ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.
Komentar
Saya:
Pangeran Antasari seseorang yang pantang menyerah dan tetap
pada pendiriannya.
Sisingamangaraja
XII
Sisingamangaraja XII (lahir di Bakara, 18 Februari 1845 – meninggal di Dairi, 17 Juni 1907 pada umur 62 tahun) adalah seorang raja di negeri Toba, Sumatera Utara, pejuang yang berperang melawan Belanda, kemudian diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional
Indonesia sejak
tanggal 9 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Sebelumnya ia
makamkan di Tarutung, lalu dipindahkan ke Soposurung,
Balige pada
tahun 1953.
Sisingamangaraja XII nama kecilnya adalah Patuan Bosar, yang
kemudian digelari dengan Ompu Pulo Batu. Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar
Ompu Pulo Batu, naik tahta pada tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja
XI yang bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga sebagai raja
imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia-Belanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatera terutama Kesultanan Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Di sisi lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia-Belanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte Verklaring (perjanjian pendek) di Sumatera terutama Kesultanan Aceh dan Toba, di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Di sisi lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
Komentar
Saya:
Sisingamangaraja XII adalah
Pahlawan Nasional yang berani dan gagah dalam perang melawan belanda.
I Gusti
Ketut Jelantik
I Gusti Ketut Jelantik (??? – 1849) adalah pahlawan nasional
Indonesia yang
berasal dari Karangasem, Bali. Ia merupakan patih Kerajaan Buleleng. Ia berperan dalam Perang
Jagaraga yang
terjadi di Bali pada tahun 1849. Perlawanan ini bermula karena pemerintah kolonial Hindia Belanda ingin menghapuskan hak
tawan karang
yang berlaku di Bali, yaitu hak bagi raja-raja yang berkuasa di Bali untuk
mengambil kapal yang kandas di perairannya beserta seluruh isinya. Ucapannya yang
terkenal ketika itu ialah “Apapun tidak akan terjadi. Selama aku hidup aku
tidak akan mangakui kekuasaan Belanda di negeri ini”. Perang ini berakhir sebagai suatu puputan, seluruh anggota kerajaan dan rakyatnya bertarung
mempertahankan daerahnya sampai titik darah penghabisan. Namun akhirnya ia
harus mundur ke Gunung Batur, Kintamani. Pada saat inilah beliau gugur.
Komentar
Saya:
I Gusti Ketut Jelantik adalah
Pahlawan Nasional Ucapannya
yang terkenal ialah “Apapun tidak
akan terjadi. Selama aku hidup aku tidak akan mangakui kekuasaan Belanda di negeri ini”. Perang ini berakhir sebagai suatu puputan, seluruh anggota kerajaan dan rakyatnya bertarung
mempertahankan daerahnya sampai titik darah penghabisan. Perjuangan yang tidak
kenal takut.
Kartini
R.A Kartini – Raden Ajeng Kartini lahir pada 21
April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan
yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia
tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya.
Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih
dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap
anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku
pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman
rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).
Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa
membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam
memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada
Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita
Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya
untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus
mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk
diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia
tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada
di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia
memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Komentar
Saya:
RA. Kartini
dikenal sebagai wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan
pria di Indonesia. Hal ini dimulai ketika Kartini merasakan banyaknya
diskriminasi yang terjadi antara pria dan wanita pada masa itu, dimana beberapa
perempuan sama sekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan. Kartini sendiri
mengalami kejadian ini ketika ia tidak diperbolehkan melanjutkan studinya ke
jenjang yang lebih tinggi. Kartini sering berkorespondensi dengan
teman-temannya di luar negeri, dan akhirnya surat-surat tersebut dikumpulkan
oleh Abendanon dan diterbitkan sebagai buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah
Terang”.
Dewi Sartika dilahirkan di keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden
Rajapermas dengan Raden Somanagara. Meskipun bertentangan dengan adat waktu
itu, ayah-ibunya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika di sekolah Belanda.
Setelah ayahnya wafat, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakah ibunya) yang
menjadi patih di Cicalengka. Oleh pamannya itu, ia mendapatkan
pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda, sementara wawasan kebudayaan Barat didapatkannya dari seorang nyonya Asisten
Residen
berkebangsaan Belanda.
Sedari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik
dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung
kepatihan, beliau sering memperagakan praktik di sekolah, belajar baca-tulis,
dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di
kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya
alat bantu belajar.
Waktu itu, Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun,
ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca-tulis dan beberapa patah kata
dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan.
Gempar, karena waktu itu belum ada anak (apalagi anak rakyat jelata) yang
memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan oleh seorang anak perempuan.
Setelah remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di
Bandung. Jiwanya yang telah dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan
cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, yang
memang memiliki keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang sama dimiliki
oleh pamannya, tidak menjadikannya serta merta dapat mewujudkan cita-citanya.
Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya mengalami
kesulitan dan khawatir. Namun karena kegigihan semangatnya yang tak pernah
surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan
sekolah untuk perempuan.
Komentar
Saya:
Dewi Sartika adalah seorang wanita yang gigih dan semangat
yang tak pernah surut dalam mendirikan pendiddikan dan sekolah untuk perempuan
perjuangan yang sangat mulia untuk kaum wanita yang pada saat ini bisa
dirasakan.
Ki Hadjar
Dewantara
Raden Mas Soewardi
Soerjaningrat (EYD: Suwardi
Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki
Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar
Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar
Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April
1959 pada umur 69 tahun selanjutnya disingkat sebagai “Soewardi” atau “KHD”) adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi.
1959 pada umur 69 tahun selanjutnya disingkat sebagai “Soewardi” atau “KHD”) adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi.
Indonesia dari zaman penjajahan
Belanda. Ia
adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi
para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia
sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian
Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar
Dewantara. Potret
dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.
Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh
Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun
1959, tanggal 28 November 1959).
Komentar
Saya:
Ki Hajar Dewantara
lebih dikenal sebagai Bapak pendidikan Indonesia Setelah pulang dari
pengasingan dan sempat melakukan perjalanan ke Belanda. Beliau akhirnya
mendirikan taman siswa.
Eduard
Douwes Dekker
Eduard Douwes Dekker (lahir di Amsterdam, Belanda, 2 Maret
1820 – meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari
1887 pada umur 66 tahun), atau yang dikenal pula dengan nama pena
Multatuli (dari bahasa Latin multa tuli “banyak yang aku sudah derita”) , adalah penulis Belanda yang terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang berisi kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda.
1820 – meninggal di Ingelheim am Rhein, Jerman, 19 Februari
1887 pada umur 66 tahun), atau yang dikenal pula dengan nama pena
Multatuli (dari bahasa Latin multa tuli “banyak yang aku sudah derita”) , adalah penulis Belanda yang terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang berisi kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda.
Eduard memiliki saudara bernama Jan yang adalah kakek dari
tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, Ernest Douwes Dekker yang dikenal pula dengan nama Danudirja Setiabudi.
Ketika ayahnya pulang dari perjalanannya, dilihatnya
perubahan kehidupan dan keadaan dalam diri Eduard. Hal ini melahirkan niat pada
diri ayahnya untuk membawanya dalam sebuah perjalanan. Pada saat itu, di Hindia Belanda terdapat kesempatan untuk mencari kekayaan dan jabatan,
juga bagi kalangan orang-orang Belanda yang tidak berpendidikan atau
berpendidikan rendah. Karena itu, pada tahun 1838 Eduard pergi ke pulau Jawa dan pada 1839 tiba di Batavia sebagai seorang kelasi yang belum berpengalaman di kapal
ayahnya. Dengan bantuan dari relasi-relasi ayahnya, tidak berapa lama Eduard
memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri (ambtenaar) di kantor Pengawasan Keuangan Batavia.
Tiga tahun kemudian dia melamar pekerjaan sebagai ambtenaar pamong
praja di Sumatera Barat dan oleh Gubernur Jendral Andreas Victor
Michiels ia
dikirim ke kota Natal yang saat itu terpencil sebagai
seorang kontrolir.
Komentar
Saya:
Eduard Douwes Dekker tokoh pergerakan nasional Indonesia
adalah penulis Belanda yang terkenal dengan Max
Havelaar (1860), novel satirisnya yang berisi kritik atas perlakuan buruk
para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda.
DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedi, (2015). Tokoh-tokoh yang berjuang melawan penjajahan
belanda. [Online].Tersedia:http://ensiklopediasli.blogspot.co.id/2015/09/tokoh.tokoh.yang.berjuang.melawan.penjajahan.belanda.html.[diakses
08 September 2015].
Mirnawati, (2012). Kumpulan
Pahlawan Indonesia Terlengkap (dalam Indonesia). Jakarta: CIF. ISBN 978-979-788-343-0.
0 komentar:
Posting Komentar