Senin, 09 Oktober 2017

MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM

By Unknown di Oktober 09, 2017

A.           Pendidikan Hanya untuk Manusia
Manusia sebagai animal educandum, secara bahasa berarti bahwa manusia merupakan hewan yang dapat dididik dan harus mendapat pendidikan. Dari pengertian tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara manusia dengan hewan, ialah manusia dapat dididik dan harus mendapat pendidikan.
1.             Manusia dan Hewan
Pada dasarnya hewan berperilaku hanyalah berdasarkan atas insting atau nalurinya. Hewan tidak dapat membedakan perbuatan baik ataupun buruk, mana perbuatan bermoral maupun tidak bermoral. Hewantidak memiliki hati nurani tidak mampu memiliki nilai-nilai, tidak memiliki perasaan. Hewan tidak akan memiliki perasaan, bagaimana pun manusia berusaha menyampaikannya pada hewan tersebut.
Beberapa ekor hewan mungkin dapat dilatih untuk mengenal tanda-tanda (signal-signal) tertentu, sehingga tanda-tanda tersebut dapat dikenali oleh hewan dengan hasil berupa gerakan-gerakan mereka. Namun, gerakan-gerakan tersebut hanyalah gerakan yang terjadi mekanis, secara otomatis saja. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa gerakan tersebut merupakan hasil berpikir dari hewan tersebut.
Hasil berpikir secara intelektual melibatkan simbol-simbol. Hewan dapat dilatih mengenal tanda-tanda melalui latihan secara terus-menerus, tetapi hewan tidak akan memahami simbol-simbol, seperti bahasa. Berbeda dengan manusia yang berkemampuan berkomunikasi melalui simbol-simbol.
Manusia dengan hewan memiliki beberapa persamaan dalam struktur fisik dan perilakunya. Secara fisik, manusia dan hewan, khususnya hewan menyusui dan bertulang belakang, memiliki perlengkapan prinsipal tidak terbatas perbedaan.
Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha untuk mengubah perilaku. Teteapi perilaku mana yang dapat terjangkau oleh pendidikan, karena hewan pun adalh makhluk yang berperilaku. Dalam hal ini Prof. Khonstam mengemukakan beberapa jenis perilaku dari berbagai makhluk sebagai berikut.
a.             Anorganis,yaitu suatu gerakan yang terjadi pada benda-benda mati, tidak bernyawa. Gerakan ini ditentukan atau tergantung kepada hukum kausal (sebab-akibat).manusia dilempar dari gudung bertingkat tiga misalnya, ia akan jatuh kebawah, sama halnya seperti kita melempar batu (benda mati). Hal iini terjadi karena adanya gaya tarik bumi.
b.             Organis/nabati, yaitu yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan. Manusia dan hewan sama-sama memiliki perilaku ini, manusia maupun hewan bernapas, tumbuhan juga bernapas. Dalam tubuh hewan dan tumbuhan terjadi peredaran zat-zat maanan, seperti halnya juga terjadi pada tumbuh-tunbuhan.gerakan ini terjadi secara otomatis tidak perlu dipelajari. Setiap makhluk hidup dengan sendirinya memiliki gerakan nabati ini.
c.             Hewani, perilaku ini lebih tinggi derajatnyadari perilaku nabati. Perilaku ini bersifat inspiratif (seperti insting lapar, insting seks, insting berkelahi), dapat diperbaiki sampai taraf tertentu, dan dapat memiliki kesadaran indra, di mana manusia an hewan dapat mengamati lingkungan karena memiliki alat indra.
d.             Manusiawi, meripakan perilaku yang hanay terdapat pada manusia. Adapun perilaku ciri-ciri ini adalah:
1)             Manusia berkemampuan untuk menguasai hawa nafsu.
2)             Manusia memiliki kesadaran intelektual, ia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, ejadikan manusia makhluk berbudaya.
3)             Manusia memiliki kesadaran diri, dapat menyadari sifat-sifat yang ada pada dirinya, manusia dapat mengadakan introspeksi.
4)             Manusia adalah makhlluk sosial, membutuhkan orang lain untuk hidupbersama-sama, berorganisasi dan bernegara.
5)             Manusia memiliki bahasa simbolis, baik tertulis maupun secara lisan.
6)             Manusia dapat menyadari nilai-nilai (etika maupun estetika) dan dapat berbuat sesuai nilai-nilai trsebut, dan memiliki kata hati.

Ciri-ciri tersebut diatas sama sekali tidak dimiliki oleh hewan, yang dengan cirri-ciri itu lah manusia dapat dididik, dapat memperbaiki perilakunya, dalam bentuk suatu pribadi yang utuh.
e.             Mutlak, dimana manusia dapat berkomunikasi dengan Maha pencipta. Manusia dapat menghayati mkehidupan beragama, yang merupakan nilai yang paling tinggi dalam kehidupan manusia.
Dari segi pendidikan, lapisan perilaku yang menjadi garapan pendidikan ialah lapisan manusiawi dan lapisan mutlak. Lapisan manusiawi sebagian besar menyangkut dimensi kejiwaan dan psikis, sedangkan lapisan mutlak menyangkut kehidupan spiritual. Dimensi kejiwaan meliputi aspek kognitif, afektif atau emosional serta aspek psikomotoris.
Sehingga dalam hal ini, jelas bahwasanya hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk menerima pendidikan, sehingga tidak mungkin dapat dilibatkan dalam proses pendidikan karena hewan seperti yang sudah dijelaskan bahwa hewan hanya memiliki insting namun tidak memiliki akal. Hanya manusialah yang dapat dan memungkinkan menerima pendidikan, karena manusia memiliki dilengkapi dengan akal.
2.             Mengapa Manusia Harus Dididik
Beberapa asumsi yang memungkinkan manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan, yaitu:
a.             Manusia dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Manusia begitu lahir ke dunia, perlu mendapatkan uluran orang lain (ibu dan ayah) untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya.
b.             Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk sampai pada kedewasaan itu sendiri memerlukan proses yang panjang dan waktu yang lama. Dalam mengarungi kehidupan dewasa, manusia perlu dipersiapkan. Bekal tersebut dapat diperoleh dengan pendidikan.
c.             Manusia (anak didik) hakikatnya adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, maka sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan perlu dididik.
Manusia merupakan makhluk yang dapat dididik, memungkinkan untuk memperoleh pendidikan. Manusia merupakan makhluk yang harus dididik, karena manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, lahir tidak langsung dewasa. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya.
3.             Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Dididik
Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia perlu dididik dan mendidik diri. ”Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan”, demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya (Henderson, 1959). Peryataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan ”animal Educandum”  atau hewan yang perlu didik dan mendidik diri (M.J.Langeveld, 1980)
N. Drijakarya S.J. (1986) menyatakan bahwa manusia mempunyai atau berupa dinamika (manusia sebagai dinamika), artinya manusia tidak pernah berhenti selalu dalam keaktifan, baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Dinamika mempunyai arah horisontal (ke arah sesama dan dunia) maupun kearah transedental (kearah Yang Mutlak).Karena itu dinamika manusia mengimplikasikan bahwa ia akan dapat dididik.
 Manusia (anak didik) hakikatnya adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, maka sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
 Ada 4 prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat dididik, yaitu :
a.             Prinsip Potensialitas
b.             Prinsip Dinamika
c.             Prinsip Individualitas
d.            Prinsip Sosialitas

B.            Anak Manusia dalam Kondisi Perlu Bantuan
Dalam perjalanan hidupnya, anak manusia masih harus belajar untuk ”hidup”, adapun hal tersebut mengimplikasikan adanya ketergantungan dan perlunya anak memperolah bantuan dari orang dewasa. Bagi anak manusia, insting, nafsu, dan semua potensi itu belum mencukupi untuk dapat langsung menjalani dan mengahadapi kehidupan serta untuk dapat mengatasi semua masalah dan tantangan dalam hidupnya. Untuk dapa mewujudkan semua potensinya itu, anak manusia mempunyai ketergantungan kepada orang dewasa.
1.             Manusia Lahir Tidak Berdaya
a.             Manusia memiliki Kelebihan
b.             Manusia belum belum dapat menolong dirinya sendiri.
c.             Manusia dilahirkan dalam lingkungan manusiawi.
2.             Dunia Manusia sebagai Dunia Terbuka
a.             Manusia belum siap menghadapi kehidupan
b.             Manusia mampu menggunakan alat
c.             Manusia sebagai makhluk yang dididik

C.           Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Manusia
Anak manusia sejak dilahirkan berkembang terus hingga mati. Perkembangan anak manusia itu meliputi perkembangan fisik dan psikis, berlangsung secara teratur dan terarah menuju kedewasaannya. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, adalah sebagai berikut:
a.              Faktor Keturunan
Anak memiliki warisan sifat-sifat bawaan yang berasal dari kedua orang tuanya, merupakan potensi tertentu yang sudah terbentuk dan sukar diubah. Menurut H.C. Witherington dalam Abu Ahmadi (2001). Hereditas adalah proses penurunan sifaf-sifat atau ciri-ciri tertentu, dari satu generasi kegenerasi lain dengan perantaraan sel benih. Pada dasarnya yang diturunkan itu adalah struktur tubuh, jadi apa yang diturunkan orang tua kepada anak-anaknya berdasar perpaduan gen-gen yang pada umumnya hanya mencakup sifat atau ciri-ciri atau sifat orang tua yang diperoleh dari lingkungan atau hasil belajar dari lingkungan.
b.             Faktor Lingkungan
Lingkungan disekitar manusia dapat digolongkan kepada dua jenis, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan abiotik adalah lingkungan makhluk tidak bernyawa seperti abtu, air, hujan, tanah dan musim. Itu semua dapat mempengaruhi kehidupan mansuia.  Lingkungan biotik adalah lingkungan makhluk hidup bernyawa terdiri dari tiga jenis yaitu lingkungan nabati, lingkungan hewani, dan lingkungan manusia (sosial, budaya dan spiritual). Lingkungan sosial meliputi bentuk hubungan sikap atau tingkah laku manusia. Lingkungan budaya meliputi adat istiadat, bahasa, norma-norma dan peraturan yang berlaku. Lingkungan spiritual meliputi agama dan keyakinan.
c.              Faktor Diri
Guru harus memahami faktor diri yang merupakan faktor kejiwaan kehidupan seorang anak. Faktor-faktor ini dapat berupa emosi, motivasi, integrasi, sikap dan sebagainya. Beberapa ciri perkembangan kejiwaan anak SD dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2001) sebagai berikut: 
1)            Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat
2)            Kehidupan sosial diperkaya dengan kemampuan bekerjasama dan bersaing dalam kehidupan kelompok
3)            Mempunyai kemampuan memahami sebab akibat

D.           Aliran-aliran Pendidikan
Pembawaan/dasar (nature) atau pendidikan/ajar memiliki 3 aliran pokok, yaitu:
a.              Nativisme
Tokoh aliran nativisme adalah Schoupenhauer. Penganut teori ini berasumsi bahwa setiap individu (anak) dilahirkan kedunia dengan mmbawa bakat atau potensi yang merupakan faktor turunan yang berasal dari orang tuanya. Bakat atau potensi ini diyakini menjadi faktor penentu perkembangan individu selanjutnya setelah ia dilahirkan. Teori ini dikenal sebagai teori yang pesimistik terhadap peranan ajar/pendidikan (nature).


b.             Empirisme
Tokoh aliran empirisme antara lain John Locke dan J.B. Watson. Mereka berasumsi bahwa setiap anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan bersih ibarat papan tulis yang belum ditulisi. Mereka tidak percaya kepada faktor bakat atau potensi yang merupakan turunan atau hereditas sebagai penentu perkembangan individu (anak didik).
Implikasi teori empirisme terhadap pendidikan yakni memberikan kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik (pendidikan/ajar/nurture) untuk dapat membentuk kepribadian anak didik, tanggung jawab pendidikan sepenuhnya ada di pihak pendidik.
c.              Konvergensi
Tokoh aliran ini antaralain, William Stern. Penganut aliran ini berasumsi bahwa perkembanga individu ditentukan baik oleh faktor bakat/potensi yang merupakan turunan maupun oleh faktor lingkungan/pengalaman. Implikasi teor ini terhadap pendidikan yakni, bahwa perkembangan anak didik mendapat pengaruh baik dari bakat bawaan maupun dari lingkungan, termasuk dari pendidik










DAFTAR PUSTAKA

Fidi, (2014) . Manusia sebagai Animal Educandum. [Online].Tersedia: http://fidiupiserang.blogspot.co.id/2014/10/manusia-sebagai-animal-educandum.html.[diakses Oktober 2014].

Indrakusuma, Amir Daien, (1973). Pengantar ilinu Pendidikan, Surabaya: Usaha
Sadulloh Uyoh. (2014). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung. Alfabeta



1 komentar:

beattiedachs on 18 Juni 2022 pukul 04.47 mengatakan...

Sweet Bonanza Slot Machine - Free Play in Demo Mode
Sweet Bonanza slot review, complete info and review of this 5 reels & 10 lines slot. Try this fun game for casinositefun free in demo mode on 우리카지노 the RTG Casino website.

Posting Komentar

Pages

 

MBAK EKA IDRIS 1922 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos