Selasa, 24 Oktober 2017

PENGERTIAN HARI KIAMAT

By Unknown di Oktober 24, 2017



 
BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, yaitu surga atau neraka. Al-Qur’an dan as- Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu.
Percaya kepada adanya kehidupan akhirat merupakan rukun iman yang kelima. Akhirat adalah suatu alam yang hakikatnya masih ghoib, namun sebagai orang yang beriman kita wajib mempercayainya. Orang yang ingkar atau tidak percaya kepada akhirat maka dia tergolong kafir. Maka dari itu, perlu kita mengkaji hal-hal yang berkenaan dengan akhirat, karena itulah tujuan akhir dari hidup kita ini.
B.            Rumusan Masalah      
Kami akan sedikit mencoba memahami dan menelaah kandungan di dalam ayat-ayat al-Qur’an, yaitu mengenai ayat-ayat yang berkenaan dengan akhirat. Dalam hal ini kami akan menyajikan beberapa hal yang berkenaan dengan akhirat dan ayat-ayat yang membahas tentang akhirat dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.             Pengertian Akhirat
2.             Tahapan Kehidupan Setelah Kehidupan Dunia
3.             Gambaran Surga dan Neraka
4.             Akhirat sebagai Pertanggungjawaban Amal




BAB II
PEMBAHASAN


A.           Pengertian Akhirat
Akhirat (Bahasa Arab: الآخرة; transliterasi: Akhirah), dipakai untuk mengistilahkan kehidupan alam baka (kekal) setelah kematian atau sesudah dunia berakhir. Pernyataan peristiwa alam akhirat sering kali diucapkan secara berulang-ulang pada beberapa ayat di dalam al-Qur'an sebanyak 115 kali.
Secara etimologi, asal kata akhirah (آخِرَة) adalah al-akhir (الآخِر) yang berarti lawan dari al-awwal (الأوَّل) atau “yang terdahulu”. Kata itu juga be­rarti “ujung dari sesuatu”, yang biasanya menunjuk pada jangka waktu.
Penggunaan kata akhirah di dalam al-Quran menunjuk pada pengertian alam yang akan terjadi setelah berakhirnya alam dunia. Dengan kata lain, kata akhirah merupakan antonim dari kata dunia, misalnya di dalam surat al-Baqarah ayat 201:
(٢٠١) وِمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang bendo'a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" . (QS. al-Baqarah: 201).
Sejalan dengan pengertian asli kata akhirah, yang merupakan lawan dari yang awal, al-Quran juga menggunakan kata al-ula (الأُوْلَى = yang pertama) untuk menunjuk pengertian dunia. Sebagaimana disebutkan dalam surat ad-Dluha ayat 4 yang artinya: “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)”. (QS. ad-Dluha: 4).



B.            Tahapan Kehidupan Setelah Kehidupan Dunia
Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.  Berikut akan kami paparkan runtutan perjalanan setelah kehidupan dunia.
1.             Alam Kubur atau Alam Barzakh
Alam kubur adalah awal kehidupan hakiki dari seorang manusia. Mempelajari apa-apa yang terjadi di alam kubur banyak memberikan faedah. Seseorang yang mengetahui bahwa di alam kubur ada nikmat kubur tentu akan berusaha sebisa mungkin selama ia masih hidup agar menjadi orang yang layak mendapatkan nikmat kubur kelak. Seseorang yang mengetahui bahwa di alam kubur ada adzab kubur juga akan berusaha sebisa mungkin agar ia terhindar darinya kelak.
Nikmat dan adzab kubur adalah perkara gaib yang tidak terindera oleh manusia. Manusia yang merasakannya pun tentu tidak dapat mengabarkan kepada yang masih hidup akan kebenarannya. Maka satu-satunya sumber keyakinan kita akan adanya adzab dan nikmat kubur adalah dalil al-Qur’an dan as-Sunnah. Banyak sekali dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta ijma’ para sahabat dan tabi’in yang menetapkan adanya alam kubur, di antaranya QS. al-An’am ayat 93:

وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آَيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
Arinya: “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu!”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”. (QS. al-An’am: 93).
Seorang pakar tafsir di zaman ini, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, “Ayat ini adalah dalil adanya adzab dan nikmat kubur. Karena dari konteks kalimat, adzab yang ditujukan kepada orang-orang kafir tersebut dirasakan ketika sakaratul maut, ketika dicabut nyawa dan setelahnya”. (Tafsir Kariim Ar Rahman, 264).
Adapun dalil hadits tentang alam kubur di antaranya sabda Rasulullah SAW:
لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ مَا أسْمعنِي
Artinya: “Seandainya kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar”. (HR. Muslim 7393, Ahmad 12026, dari sahabat Anas bin Malik radhilallahu’anhu).
2.             Peniupan Sangkakala
Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil yang menunggu kapan diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan mengejutkan manusia dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT, sepert dijelaskan pada al-Qur’an surat az-Zumar ayat 68:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ...  Artinya: “Dan ditiuplah sangkakala maka matilah semua yang di langit dan di bumi, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah SWT”. (QS. az-Zumar :68).
Tiupan ini akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras dan hebat sehingga merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung menjadi rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah itu keadaan alam semesta kembali seperti awal penciptaannya.
 Allah SWT menggambarkan kedahsyatan saat kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-Hajj ayat 1 dan 2 yang artinya:
a.             “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat)”.
b.             “(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya”.

3.             Hari Kebangkitan
Pada tiupan sangkakala yang ke dua, manusia dibangkitkan dari alam kubur menuju Rabb mereka. Sebagaimana firman Allah:
(٥١) وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنسِلُونَ 
Artinya: “Dan ditiuplah sangkalala (yang ke dua) , maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka”. (QS. Yaasin:51).



4.             Padang Mahsyar
(٤٨) يَوْمَ تُبَدَّلُ الأَرْضُ غَيْرَ الأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُواْ للّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ 
Artinya: “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.  (QS. Ibrahim: 48).
Hasyr adalah pengumpulan seluruh mahluk pada hari kiamat untuk dihisab dan diambil keputusannya. Lamanya di padang mahsyar adalah satu hari yang berbanding 50.000 tahun di dunia.  Allah berfirman dalam QS. Al Maarij ayat 4, yang artinya:
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun”.
Karena amat lamanya hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti satu jam saja. Firman Allah:
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang hari”. (QS.Yunus: 45).
Adapun orang yang beriman merasakan lama pada hari itu seperti waktu antara dzuhur dan ashar saja. Subhanallah.
5.             Syafa’at
Syafa’at ini khusus hanya untuk umat muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir, dan munafik, maka tidak ada syafa’at bagi mereka. Syafa’at ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat muslim (dengan izin dari Allah SWT).
6.             Hisab
Pada tahap ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa keimanan, keistiqomahan, atau kekafiran. Setiap manusia berlutut di atas lutut mereka.
(٢٨) وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 
Artinya: “Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. al-Jatsiyah: 28).
Umat yang pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW. Kita umat yang terakhir tetapi yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang hamba adalah shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia adalah urusan darah. Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi dalam hisab ini.
7.             Pembagian Catatan Amal
Pada detik-detik terakhir hari perhitungan, setiap hamba akan diberi kitab (amal)nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia.
 Al Kitab di sini merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT. Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya akan menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, seperti pada firman Allah dalam QS. al-Insyiqaq dan qs. al-Haqqah berikut ini:
 (٨) وَيَنقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوراً فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً (٧) فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (٩) وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاء ظَهْرِه (١٠) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوراً (١١) وَيَصْلَى سَعِيراً(١٢)     
Artinya: “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak : “celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. al-Insyiqaq: 8-12) .
“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: ”Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku”. (Allah berfirman): “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya, kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala!”. (QS. al-Haqqah: 25-31).
8.             Mizan
Mizan adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئاً وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ(٤٧) 
Artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan”. (QS. al-Anbiya: 47).
 Setelah tahapan mizan ini, bagi yang kafir dan mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka. Sedangkan umat muslim lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu telaga.
9.             Telaga
Umat Nabi Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tersebut. Barang siapa minum dari telaga tersebut maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung, dan lebih luas dari yang lain. Sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak pengikutnya di antara mereka, dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar menjadikan pengikutnya yang lebih banyak”. (HR. Bukhari Muslim).
Setelah melewati telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap ujian keimanan seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat syirik sudah masuk neraka (setelah tahap mizan), seperti dijelaskan di atas.
10.         Ujian Keimanan Seseorang
Selama di dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui, diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya. Karena saat itu benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh mereka.[1][7] Allah SWT berfirman dalam QS. al-Hadid ayat 13 yang artinya sebagai berikut: ”Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu!”. Dikatakan (kepada mereka): ”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)!”. Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa”. (QS. al-Hadid: 13).
Setelah ini umat muslim yang lolos sampai tahap ujian keimanan seseorang ini, akan melalui shirath.
11.         Shirath
Shirath adalah jembatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi orang-orang mukmin menuju jannah (surga). Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya tentang shirath, maka beliau berkata: “Tempat menggelincirkan, di atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon sud’an”. (HR. Muslim).
“Telah sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang”. (HR. Muslim).
“Ada yang melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim).
Bagi umat muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya yaitu jembatan.
12.         Jembatan
Jembatan di sini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas neraka jahannam.
Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka diberhentikan di atas jembatan antara jannah (surga) dan neraka, mereka akan saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia. Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan masuk jannah. Demi dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di dunia”. (HR. Bukhari).
Setelah melewati jembatan ini barulah orang mukmin masuk surga.
13.         Surga dan Neraka
Pada fase yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian mereka masuk surga dan sebagian masuk neraka. Surga tempat orang-orang bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir. Kedua tempat tersebut sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan, surga sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Qur’an dan as-Sunnah telah menceritakan surga dan neraka secara detail. Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan akhir yang akan mereka diami.
C.           Gambaran Surga dan Neraka
1.             Gambaran Surga
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِّن مَّاء غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِن لَّبَنٍ لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاء حَمِيماً فَقَطَّعَ أَمْعَاءهُمْ (١٥)[2]. 
Artinya: “(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (QS.  Muhammad: 15).
Ayat dalam surat Muhammad ayat 15 tersebut menunjukkan kepada kita orang yang beriman, bahwa surga adalah tempat bagi orang-orang yang ikhlas dalam beribadah, orang yang beriman, dan orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Juga bahwa surga adalah merupakan suatu tempat di akhirat yang berisi penuh dengan kesenangan dan kegembiraan bagi hamba Allah.

Kegembiraan dan kesenangan di dalam surga tidak dapat dibandingkan dengan kesenangan dan kegembiraan yang terdapat di dunia yang fana ini. Suatu hal yang belum pernah terlintas dalam perasaan dan hati serta mimpi-mimpi kita. Indahnya panorama di pegunungan dan kesegaran udaranya tidak dapat disamakan dengan indahnya alam di dalam surga. Jika keindahan yang berada di dunia hanya bersifat sementara, maka keindahan dan kesenangan di dalam akhirat bersifat kekal.
Gambaran kegembiraan orang-orang yang beriman dan keadaan di dalam surga juga digambarkan dalam ayat yang lain, di antaranya QS. al-Ghasyiyah ayat 8-16 yang artinya sebagai berikut:
 "Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri, merasa senang karena usahanya (sendiri), (mereka) dalam surga yang tinggi, disana (kamu) tidak mendengar perkataan yang tidak berguna. Di sana ada mata air yang mengalir. Di sana ada dipan-dipan yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar". (QS. al-Ghasyiyah: 8-16).
2.             Gambaran Neraka
Gambaran neraka adalah merupakan suatu tempat di akhirat yang sangat tidak menyenangkan dan tidak menggembirakan. Tempat ini diperuntukkan bagi orang-orang kafir, orang-orang yang melanggar perintah Allah SWT. Di neraka, orang-orang yang berbuat dosa melebihi amal baiknya akan mendapatkan siksa dan adzab dari Allah SWT.
Panasnya api yang ada di dalam neraka tidak dapat dibandingkan dengan panasnya api yang ada di dunia ini. Kita dapat membayangkan suatu gambaran betapa menderitanya orang yang hidup tersiksa di dalam neraka. Allah menggambarkan keadaan neraka dan penghuninya di antaranya dalam QS. an-Nisa ayat 56:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً (٥٦) 
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. an-Nisa: 56).
Juga firman-Nya dalam QS. Ibrahim ayat 16- 17 yang artinya:
"Di hadapannya ada neraka jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah, diteguk-teguknya (air nanah itu) dan dia hampir tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati dan di hadapannya (masih ada) azab yang berat". (QS. Ibrahim: 16-17)
Itulah beberapa gambaran tentang surga dan neraka. Masih banyak lagi gambaran tentang akhirat yang tertuang dalam al-Qur’an.

D.           Akhirat sebagai Pertanggungjawaban Amal
Manusia diciptakan oleh Allah tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Namun dalam perjalanannya, tidak semua manusia hidup di dunia sesuai dengan perintah Tuhan-Nya. Ada yang memang hidup dengan ketaqwaan, tetapi ada pula yang hidup dalam kekufuran. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah SWT berfirman:
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ(٢٨)
Artinya: “ Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertaqwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma'siat?” (QS. Shaad: 28).
Dalam ayat tersebut, Allah SWT menjelaskan bahwa diantara kebijakan Allah ialah tidak akan menganggap sama para hambanya yang melakukan kebaikan dengan orang-orang yang terjerumus di lembah kenistaan. Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat-Nya dengan segala keagungan-Nya, menganggap sama antara hamba-hambanya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari ke-EsaanNya lagi memperturutkan hawa nafsu.
Sayyid Quthb di dalam tafsir Fi Zhilal al-Qur’an mengatakan bahwa “sesungguhnya manusia tidak diciptakan dengan sia-sia dan tidak dibiarkan tanpa pertanggungjawaban. Zat yang telah menentukan kehidupan mereka dan menyerasikan kehidupan mereka dengan alam tempat mereka hidup. Tidak mungkin membiarkan mereka hidup tiada guna dan mati dengan sia-sia, membiarkan mereka berbuat kebaikan atau kerusakan di bumi, lantas mereka pergi ke tanah dengan sia-sia begitu saja. Tidak mungkin Allah membiarkan mereka mengikuti petunjuk jalan yang lurus dalam kehidupan atau mengikuti jalan yang sesat, lantas semuanya dipertemukan dalam satu tempat kembali. Tidak mungkin mereka berbuat adil dan berbuat zalim, lantas keadilan atau kezaliman tersebut berlalu begitu saja tanpa mendapatkan pembalasan. Sungguh di sana akan ada suatu hari untuk memberikan ketetapan, membedakan antara yang benar dan yang salah, antara yang adil dan yang zalim, antara yang baik dan yang buruk. Dan di sana juga akan diberi keputusan terhadap segala sesuatu. Itulah hari yang sudah ditentukan dan ditetapkan waktunya oleh Allah SWT.”
Dengan demikian, jelaslah bahwa semua amal manusia di dunia akan dimintai pertanggungjawabaannya di akhirat. Semua akan diadili dengan seadil-adilnya, sehingga tidak akan ada yang merasa dirugikan. Pembalasan yang sesuai dengan apa yang telah dilakukukan selama hidup di dunia.





BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Akhirat adalah kehidupan alam baka (kekal) setelah kematian atau sesudah dunia berakhir. Percaya kepada adanya kehidupan akhirat merupakan rukun iman yang kelima. Akhirat adalah suatu alam yang hakikatnya masih ghoib, namun sebagai orang yang beriman kita wajib mempercayainya.
Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Namun demikian, kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan, untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya. Perjalanan kehidupan setelah kematian dimulai dari alam kubur, hari kiamat, padang mahsyar, dan seterusnya berturut-turut sampai pada ditempatkannya manusia di surga atau neraka. Surga beserta segala kenikmatannya diperuntukkan bagi hamba yang bertaqwa, sedangkan neraka dengan segala kehinaannya disediakan bagi hamba yang kufur.
B.            Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, bentuk penyusunan maupun materinya mememiliki kekurangan dan masih memerlukan tambahan dari pembaca, baik itu dari segi referensi ataupun tulisannya. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Khususnya kepada bapak dosen kami mohon selalu bimbingan dan arahannya, apabila dalam pemaparaan makalah ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfa’at kepada kita semua, amin ya rabbal ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA

Depag RI, (2005).  Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil Cipta Media.

Fatirmohammad, Makalah Ayat Ayat Berkenaan Dengan Hari. [Online]. Tersedia: http://uinpalembang.blogspot.co.id/2016/05/makalah-ayat-ayat-berkenaan-dengan-hari.html. [diakses Mei 2016].





0 komentar:

Posting Komentar

Pages

 

MBAK EKA IDRIS 1922 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos