PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kehidupan
manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan melalui
tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam
barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan
terakhir bagi manusia, yaitu surga atau neraka. Al-Qur’an dan as- Sunnah telah
menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu.
Percaya
kepada adanya kehidupan akhirat merupakan rukun iman yang kelima. Akhirat
adalah suatu alam yang hakikatnya masih ghoib, namun sebagai orang yang beriman
kita wajib mempercayainya. Orang yang ingkar atau tidak percaya kepada akhirat
maka dia tergolong kafir. Maka dari itu, perlu kita mengkaji hal-hal yang
berkenaan dengan akhirat, karena itulah tujuan akhir dari hidup kita ini.
B.
Rumusan
Masalah
Kami akan
sedikit mencoba memahami dan menelaah kandungan di dalam ayat-ayat al-Qur’an,
yaitu mengenai ayat-ayat yang berkenaan dengan akhirat. Dalam hal ini kami akan
menyajikan beberapa hal yang berkenaan dengan akhirat dan ayat-ayat yang
membahas tentang akhirat dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Pengertian
Akhirat
2.
Tahapan
Kehidupan Setelah Kehidupan Dunia
3.
Gambaran
Surga dan Neraka
4.
Akhirat
sebagai Pertanggungjawaban Amal
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Akhirat
Akhirat
(Bahasa Arab: الآخرة; transliterasi:
Akhirah), dipakai untuk mengistilahkan kehidupan alam baka (kekal) setelah
kematian atau sesudah dunia berakhir. Pernyataan peristiwa alam akhirat sering
kali diucapkan secara berulang-ulang pada beberapa ayat di dalam al-Qur'an
sebanyak 115 kali.
Secara
etimologi, asal kata akhirah (آخِرَة)
adalah al-akhir (الآخِر) yang berarti lawan
dari al-awwal (الأوَّل) atau “yang
terdahulu”. Kata itu juga berarti “ujung dari sesuatu”, yang biasanya menunjuk
pada jangka waktu.
Penggunaan
kata akhirah di dalam al-Quran menunjuk pada pengertian alam yang akan terjadi
setelah berakhirnya alam dunia. Dengan kata lain, kata akhirah merupakan
antonim dari kata dunia, misalnya di dalam surat al-Baqarah ayat 201:
(٢٠١) وِمِنْهُم مَّن
يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Artinya: Dan
di antara mereka ada orang yang bendo'a: "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka" . (QS. al-Baqarah:
201).
Sejalan
dengan pengertian asli kata akhirah, yang merupakan lawan dari yang awal,
al-Quran juga menggunakan kata al-ula (الأُوْلَى
= yang pertama) untuk menunjuk pengertian dunia. Sebagaimana disebutkan dalam
surat ad-Dluha ayat 4 yang artinya: “Dan sesungguhnya hari kemudian itu
lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)”. (QS. ad-Dluha: 4).
B.
Tahapan
Kehidupan Setelah Kehidupan Dunia
Perjalanan
hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Mereka akan meninggalkan
segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia
tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu
yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan
gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan
pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari
kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal
perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya. Berikut akan kami
paparkan runtutan perjalanan setelah kehidupan dunia.
1.
Alam
Kubur atau Alam Barzakh
Alam kubur
adalah awal kehidupan hakiki dari seorang manusia. Mempelajari apa-apa yang
terjadi di alam kubur banyak memberikan faedah. Seseorang yang mengetahui bahwa
di alam kubur ada nikmat kubur tentu akan berusaha sebisa mungkin selama ia
masih hidup agar menjadi orang yang layak mendapatkan nikmat kubur kelak.
Seseorang yang mengetahui bahwa di alam kubur ada adzab kubur juga akan
berusaha sebisa mungkin agar ia terhindar darinya kelak.
Nikmat dan
adzab kubur adalah perkara gaib yang tidak terindera oleh manusia. Manusia yang
merasakannya pun tentu tidak dapat mengabarkan kepada yang masih hidup akan
kebenarannya. Maka satu-satunya sumber keyakinan kita akan adanya adzab dan
nikmat kubur adalah dalil al-Qur’an dan as-Sunnah. Banyak sekali dalil dari
al-Qur’an dan as-Sunnah serta ijma’ para sahabat dan tabi’in yang menetapkan
adanya alam kubur, di antaranya QS. al-An’am ayat 93:
وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي
غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا
أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ
عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آَيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
Arinya:
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
(berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul
dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu!”. Di hari ini kamu
dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan
terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”. (QS. al-An’am: 93).
Seorang
pakar tafsir di zaman ini, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, “Ayat
ini adalah dalil adanya adzab dan nikmat kubur. Karena dari konteks kalimat, adzab
yang ditujukan kepada orang-orang kafir tersebut dirasakan ketika sakaratul
maut, ketika dicabut nyawa dan setelahnya”. (Tafsir Kariim Ar Rahman, 264).
Adapun
dalil hadits tentang alam kubur di antaranya sabda Rasulullah SAW:
لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ
وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ مَا أسْمعنِي
Artinya: “Seandainya
kalian tidak akan saling menguburkan, tentulah aku akan berdoa kepada Allah
agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar”. (HR. Muslim 7393, Ahmad 12026, dari sahabat
Anas bin Malik radhilallahu’anhu).
2.
Peniupan
Sangkakala
Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil
yang menunggu kapan diperintahkan Allah SWT. Tiupan yang pertama akan
mengejutkan manusia dan membinasakan mereka dengan kehendak Allah SWT, sepert
dijelaskan pada al-Qur’an surat az-Zumar ayat 68:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن
فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاء اللَّهُ... Artinya: “Dan ditiuplah
sangkakala maka matilah semua yang di langit dan di bumi, kecuali apa yang
dikehendaki oleh Allah SWT”. (QS.
az-Zumar :68).
Tiupan ini
akan mengguncang seluruh alam dengan guncangan yang keras dan hebat sehingga
merusak seluruh susunan alam yang sempurna ini. Ia akan membuat gunung menjadi
rata, bintang bertabrakan, matahari akan digulung, lalu hilanglah cahaya
seluruh benda-benda di alam semesta. Setelah itu keadaan alam semesta kembali
seperti awal penciptaannya.
Allah SWT menggambarkan kedahsyatan saat
kehancuran tersebut sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-Hajj ayat 1 dan 2 yang
artinya:
a.
“Hai
manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu
adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat)”.
b.
“(Ingatlah)
pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang
menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita
yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya
mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya”.
3.
Hari
Kebangkitan
Pada tiupan sangkakala yang ke dua,
manusia dibangkitkan dari alam kubur menuju Rabb mereka. Sebagaimana firman
Allah:
(٥١) وَنُفِخَ فِي
الصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنسِلُونَ
Artinya: “Dan
ditiuplah sangkalala (yang ke dua) , maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera
dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka”. (QS. Yaasin:51).
4.
Padang
Mahsyar
(٤٨) يَوْمَ تُبَدَّلُ
الأَرْضُ غَيْرَ الأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُواْ للّهِ الْوَاحِدِ
الْقَهَّارِ
Artinya: “(Yaitu)
pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula)
langit, dan meraka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat
Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. (QS. Ibrahim: 48).
Hasyr
adalah pengumpulan seluruh mahluk pada hari kiamat untuk dihisab dan diambil
keputusannya. Lamanya di padang mahsyar adalah satu hari yang berbanding 50.000
tahun di dunia. Allah berfirman dalam
QS. Al Maarij ayat 4, yang artinya:
“Malaikat-malaikat
dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000
tahun”.
Karena
amat lamanya hari itu, manusia merasa hidup mereka di dunia ini hanya seperti
satu jam saja. Firman Allah:
“Dan
(ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka
merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali
hanya sesaat saja di siang hari”. (QS.Yunus: 45).
Adapun
orang yang beriman merasakan lama pada hari itu seperti waktu antara dzuhur dan
ashar saja. Subhanallah.
5.
Syafa’at
Syafa’at ini khusus hanya untuk umat
muslim, dengan syarat tidak berbuat syirik besar yang menyebabkan kepada
kekafiran. Adapun bagi orang musyrik, kafir, dan munafik, maka tidak ada
syafa’at bagi mereka. Syafa’at ini diberikan Rasulullah SAW kepada umat muslim
(dengan izin dari Allah SWT).
6.
Hisab
Pada tahap
ini, Allah SWT menunjukkan amal-amal yang mereka perbuat dan ucapan yang mereka
lontarkan, serta segala yang terjadi dalam kehidupan dunia baik berupa
keimanan, keistiqomahan, atau kekafiran. Setiap manusia berlutut di atas lutut
mereka.
(٢٨) وَتَرَى كُلَّ
أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ
مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: “Dan
(pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil
untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan
terhadap apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. al-Jatsiyah: 28).
Umat yang
pertama kali dihisab adalah umat Muhammad SAW. Kita umat yang terakhir tetapi
yang pertama dihisab. Yang pertama kali dihisab dari hak-hak Allah pada seorang
hamba adalah shalatnya, sedang yang pertama kali diadili diantara manusia
adalah urusan darah. Seluruh anggota badan juga akan menjadi saksi dalam hisab
ini.
7.
Pembagian
Catatan Amal
Pada detik-detik terakhir hari perhitungan, setiap hamba
akan diberi kitab (amal)nya yang mencakup lembaran-lembaran yang lengkap
tentang amalan yang telah ia kerjakan di dunia.
Al Kitab di sini
merupakan lembaran-lembaran yang berisi catatan amal yang ditulis oleh malaikat
yang ditugaskan oleh Allah SWT. Manusia yang baik amalnya selama di dunia, akan
menerima catatan amal dari sebelah kanan. Sedangkan manusia yang jelek amalnya
akan menerima catatan amal dari belakang dan sebelah kiri, seperti pada firman
Allah dalam QS. al-Insyiqaq dan qs. al-Haqqah berikut ini:
(٨) وَيَنقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوراً فَسَوْفَ
يُحَاسَبُ حِسَاباً يَسِيراً (٧) فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (٩)
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاء ظَهْرِه (١٠) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُوراً
(١١) وَيَصْلَى سَعِيراً(١٢)
Artinya: “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari
sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia
akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun
orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka ia akan berteriak :
“celakalah aku”, dan ia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (QS. al-Insyiqaq: 8-12) .
“Adapun
orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:
”Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku
tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang
menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat
kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku”. (Allah berfirman):
“Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya, kemudian masukkanlah dia
ke dalam api neraka yang menyala-nyala!”. (QS. al-Haqqah: 25-31).
8.
Mizan
Mizan
adalah apa yang Allah letakkan pada hari kiamat untuk menimbang amalan
hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا
تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئاً وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا
بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ(٤٧)
Artinya: “Kami
akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun
pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan”.
(QS. al-Anbiya: 47).
Setelah tahapan mizan ini, bagi yang kafir dan
mereka yang melakukan perbuatan syirik akan masuk neraka. Sedangkan umat muslim
lainnya, akan melalui tahap selanjutnya yaitu telaga.
9.
Telaga
Umat Nabi
Muhammad SAW akan mendatangi air pada telaga tersebut. Barang siapa minum dari
telaga tersebut maka ia tidak akan haus selamanya. Setiap Nabi mempunyai telaga
masing-masing. Telaga Rasulullah SAW lebih besar, lebih agung, dan lebih luas
dari yang lain. Sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai
telaga dan sesungguhnya mereka berlomba untuk mendapatkan lebih banyak
pengikutnya di antara mereka, dan sesungguhnya Nabi Muhammad mngharapkan agar
menjadikan pengikutnya yang lebih banyak”. (HR. Bukhari Muslim).
Setelah
melewati telaga, umat muslim akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap ujian
keimanan seseorang. Perlu dicatat bahwa orang kafir dan orang yang berbuat
syirik sudah masuk neraka (setelah tahap mizan), seperti dijelaskan di atas.
10.
Ujian
Keimanan Seseorang
Selama di
dunia, orang munafik terlihat seperti orang beriman karena mereka menampakkan
keislamannya. Pada fase inilah kepalsuan iman mereka akan diketahui,
diantaranya cahaya mereka redup. Mereka tidak mampu bersujud sebagaimana
sujudnya orang mukmin. Saat digiring, orang-orang munafik ini merengek-rengek
agar orang-orang mukmin menunggu dan menuntun jalannya. Karena saat itu
benar-benar gelap dan tidak ada petunjuk kecuali cahaya yang ada pada tubuh
mereka.[1][7] Allah SWT berfirman dalam QS.
al-Hadid ayat 13 yang artinya sebagai berikut: ”Pada hari ketika orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang beriman: ”Tunggulah
kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu!”. Dikatakan (kepada
mereka): ”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)!”.
Lalu diadakan diantara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya
ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa”. (QS. al-Hadid: 13).
Setelah
ini umat muslim yang lolos sampai tahap ujian keimanan seseorang ini, akan melalui
shirath.
11.
Shirath
Shirath
adalah jembatan yang dibentangkan di atas neraka jahannam, untuk diseberangi
orang-orang mukmin menuju jannah (surga). Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah
ditanya tentang shirath, maka beliau berkata: “Tempat menggelincirkan, di
atasnya ada besi penyambar dan pengait dan tumbuhan berduri yang besar, ia
mempunyai duri yang membahayakan seperti yang ada di Najd yang disebut pohon
sud’an”. (HR. Muslim).
“Telah
sampai kepadaku bahwasanya shirath itu lebih tipis dari rambut dan lebih tajam
dari pedang”.
(HR. Muslim).
“Ada yang
melewati shirath laksana kejapan mata dan ada yang seperti kilat, ada yang
seperti tiupan angina, ada yang terbang seperti burung dan ada yang menyerupai
orang yang mengendarai kuda, ada yang selamat seratus persen, ada yang
lecet-lecet dan ada juga yang ditenggelamkan di neraka jahannam”. (HR. Bukhari Muslim).
Bagi umat
muslim yang berhasil melalui shirath tersebut, akan ke tahap selanjutnya yaitu
jembatan.
12.
Jembatan
Jembatan
di sini, bukan shirath yang letaknya di atas neraka jahannam. Jembatan ini
dibentangkan setelah orang mukmin berhasil melewati shirath yang berada di atas
neraka jahannam.
Rasulullah
SAW bersabda : “Seorang mukmin akan dibebaskan dari api neraka, lalu mereka
diberhentikan di atas jembatan antara jannah (surga) dan neraka, mereka akan
saling diqhisash antara satu sama lainnya atas kezhaliman mereka di dunia.
Setelah mereka bersih dan terbebas dari segalanya, barulah mereka diizinkan
masuk jannah. Demi dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, seorang diantara
kalian lebih mengenal tempat tinggalnya di jannah daripada tempat tinggalnya di
dunia”. (HR. Bukhari).
Setelah melewati jembatan ini
barulah orang mukmin masuk surga.
13.
Surga
dan Neraka
Pada fase
yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian mereka masuk
surga dan sebagian masuk neraka. Surga tempat orang-orang bertakwa dan neraka
tempat orang-orang kafir. Kedua tempat tersebut sekarang sudah ada dan
disediakan. Bahkan, surga sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut
dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan penghuninya dan
siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Qur’an dan as-Sunnah telah
menceritakan surga dan neraka secara detail. Penyebutan ini agar menjadi
pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan akhir yang akan mereka
diami.
C.
Gambaran
Surga dan Neraka
1.
Gambaran Surga
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ
الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِّن مَّاء غَيْرِ آسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِن لَّبَنٍ
لَّمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِّنْ خَمْرٍ لَّذَّةٍ لِّلشَّارِبِينَ
وَأَنْهَارٌ مِّنْ عَسَلٍ مُّصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ
وَمَغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاء
حَمِيماً فَقَطَّعَ أَمْعَاءهُمْ (١٥)[2].
Artinya: “(Apakah)
perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa
yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya,
sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari
khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang
disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan
diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (QS.
Muhammad: 15).
Ayat dalam
surat Muhammad ayat 15 tersebut menunjukkan kepada kita orang yang beriman,
bahwa surga adalah tempat bagi orang-orang yang ikhlas dalam beribadah, orang
yang beriman, dan orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Juga bahwa surga adalah
merupakan suatu tempat di akhirat yang berisi penuh dengan kesenangan dan
kegembiraan bagi hamba Allah.
Kegembiraan
dan kesenangan di dalam surga tidak dapat dibandingkan dengan kesenangan dan
kegembiraan yang terdapat di dunia yang fana ini. Suatu hal yang belum pernah
terlintas dalam perasaan dan hati serta mimpi-mimpi kita. Indahnya panorama di
pegunungan dan kesegaran udaranya tidak dapat disamakan dengan indahnya alam di
dalam surga. Jika keindahan yang berada di dunia hanya bersifat sementara, maka
keindahan dan kesenangan di dalam akhirat bersifat kekal.
Gambaran
kegembiraan orang-orang yang beriman dan keadaan di dalam surga juga
digambarkan dalam ayat yang lain, di antaranya QS. al-Ghasyiyah ayat 8-16 yang
artinya sebagai berikut:
"Pada hari itu banyak (pula) wajah yang
berseri-seri, merasa senang karena usahanya (sendiri), (mereka) dalam surga
yang tinggi, disana (kamu) tidak mendengar perkataan yang tidak berguna. Di
sana ada mata air yang mengalir. Di sana ada dipan-dipan yang ditinggikan, dan
gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang
tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar". (QS.
al-Ghasyiyah: 8-16).
2.
Gambaran Neraka
Gambaran
neraka adalah merupakan suatu tempat di akhirat yang sangat tidak menyenangkan
dan tidak menggembirakan. Tempat ini diperuntukkan bagi orang-orang kafir,
orang-orang yang melanggar perintah Allah SWT. Di neraka, orang-orang yang
berbuat dosa melebihi amal baiknya akan mendapatkan siksa dan adzab dari Allah
SWT.
Panasnya
api yang ada di dalam neraka tidak dapat dibandingkan dengan panasnya api yang
ada di dunia ini. Kita dapat membayangkan suatu gambaran betapa menderitanya
orang yang hidup tersiksa di dalam neraka. Allah menggambarkan keadaan neraka
dan penghuninya di antaranya dalam QS. an-Nisa ayat 56:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ
نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا
لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً (٥٦)
Artinya: “Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka
ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka
dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS.
an-Nisa: 56).
Juga
firman-Nya dalam QS. Ibrahim ayat 16- 17 yang artinya:
"Di
hadapannya ada neraka jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah,
diminumnya air nanah, diteguk-teguknya (air nanah itu) dan dia hampir tidak
bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru,
tetapi dia tidak juga mati dan di hadapannya (masih ada) azab yang berat".
(QS.
Ibrahim: 16-17)
Itulah
beberapa gambaran tentang surga dan neraka. Masih banyak lagi gambaran tentang
akhirat yang tertuang dalam al-Qur’an.
D.
Akhirat
sebagai Pertanggungjawaban Amal
Manusia
diciptakan oleh Allah tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Namun dalam
perjalanannya, tidak semua manusia hidup di dunia sesuai dengan perintah
Tuhan-Nya. Ada yang memang hidup dengan ketaqwaan, tetapi ada pula yang hidup
dalam kekufuran. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah SWT berfirman:
أَمْ نَجْعَلُ الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَالْمُفْسِدِينَ فِي الْأَرْضِ أَمْ نَجْعَلُ
الْمُتَّقِينَ كَالْفُجَّارِ(٢٨)
Artinya: “
Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah
(pula) Kami menganggap orang-orang yang bertaqwa sama dengan orang-orang yang
berbuat ma'siat?” (QS. Shaad: 28).
Dalam ayat
tersebut, Allah SWT menjelaskan bahwa diantara kebijakan Allah ialah tidak akan
menganggap sama para hambanya yang melakukan kebaikan dengan orang-orang yang
terjerumus di lembah kenistaan. Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi
zat-Nya dengan segala keagungan-Nya, menganggap sama antara hamba-hambanya yang
beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari ke-EsaanNya
lagi memperturutkan hawa nafsu.
Sayyid
Quthb di dalam tafsir Fi Zhilal al-Qur’an mengatakan bahwa “sesungguhnya
manusia tidak diciptakan dengan sia-sia dan tidak dibiarkan tanpa
pertanggungjawaban. Zat yang telah menentukan kehidupan mereka dan menyerasikan
kehidupan mereka dengan alam tempat mereka hidup. Tidak mungkin membiarkan
mereka hidup tiada guna dan mati dengan sia-sia, membiarkan mereka berbuat
kebaikan atau kerusakan di bumi, lantas mereka pergi ke tanah dengan sia-sia
begitu saja. Tidak mungkin Allah membiarkan mereka mengikuti petunjuk jalan
yang lurus dalam kehidupan atau mengikuti jalan yang sesat, lantas semuanya
dipertemukan dalam satu tempat kembali. Tidak mungkin mereka berbuat adil dan
berbuat zalim, lantas keadilan atau kezaliman tersebut berlalu begitu saja
tanpa mendapatkan pembalasan. Sungguh di sana akan ada suatu hari untuk
memberikan ketetapan, membedakan antara yang benar dan yang salah, antara yang
adil dan yang zalim, antara yang baik dan yang buruk. Dan di sana juga akan
diberi keputusan terhadap segala sesuatu. Itulah hari yang sudah ditentukan dan
ditetapkan waktunya oleh Allah SWT.”
Dengan
demikian, jelaslah bahwa semua amal manusia di dunia akan dimintai
pertanggungjawabaannya di akhirat. Semua akan diadili dengan seadil-adilnya,
sehingga tidak akan ada yang merasa dirugikan. Pembalasan yang sesuai dengan
apa yang telah dilakukukan selama hidup di dunia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Akhirat
adalah kehidupan alam baka (kekal) setelah kematian atau sesudah dunia
berakhir. Percaya kepada adanya kehidupan akhirat merupakan rukun iman yang
kelima. Akhirat adalah suatu alam yang hakikatnya masih ghoib, namun sebagai
orang yang beriman kita wajib mempercayainya.
Perjalanan
hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Namun demikian, kematian
bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang.
Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang
telah dipersembahkannya dari amal perbuatan, untuk kemudian melakukan rihlah
atau perjalanan hidup berikutnya. Perjalanan kehidupan setelah kematian dimulai
dari alam kubur, hari kiamat, padang mahsyar, dan seterusnya berturut-turut
sampai pada ditempatkannya manusia di surga atau neraka. Surga beserta segala
kenikmatannya diperuntukkan bagi hamba yang bertaqwa, sedangkan neraka dengan
segala kehinaannya disediakan bagi hamba yang kufur.
B.
Saran
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, bentuk penyusunan
maupun materinya mememiliki kekurangan dan masih memerlukan tambahan dari
pembaca, baik itu dari segi referensi ataupun tulisannya. Maka dari itu kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah selanjutnya. Khususnya kepada bapak dosen kami mohon selalu bimbingan
dan arahannya, apabila dalam pemaparaan makalah ini masih sangat jauh dari yang
diharapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfa’at kepada
kita semua, amin ya rabbal ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Depag RI, (2005). Al-Qur’an
dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil Cipta Media.
Fatirmohammad, Makalah Ayat Ayat Berkenaan Dengan Hari. [Online].
Tersedia: http://uinpalembang.blogspot.co.id/2016/05/makalah-ayat-ayat-berkenaan-dengan-hari.html. [diakses Mei
2016].
0 komentar:
Posting Komentar