BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun
beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita
kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan
kita kepada Allah, membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Pada dasarnya
Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak berbeda dengan manusia pada umumnya.
Namun, terkait dengan status “Rasul” yang disandangkan Allah atas dirinya, maka
terdapat pula ketentuan khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa
disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain pada umumny
B.
Rumusan
Masalah
1.
Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran
Rasulullah Saw?
2.
Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ?
3.
Bagaimana contoh kasus nyata implementasi akhlak
terhadap Rasulullah ?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Agar kita tahu alasan mengapa kita
wajib mencintai dan taat kepada ajaran yang dibawakan Rasulullah Saw. Paham dan
dapat mengimplementasikan cara berakhlak kepada Rasulullah sebagai wujud rasa
cinta dan ketaatan kita terhadap
Rasulullah. Mengetahui beberapa contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap
Rasulullah sehingga kita dapat mengambil pelajarannya.
.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Akhlak
Kepada Rasulullah
Allah berfirman :
نَ رَءُ وْفٌ رَّحِيْمٌ لْمُؤْمِنِيْ
لَقَدْ جَاءَ كُمْ رَسُولٌ مِّنْ أُنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَاعَنِتُّمْ
حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِاُ
“Sungguh,
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang
beriman.” (Q.S. at-taubah : 128)
Iman kepada
para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat islam,
tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya.
Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup
beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.
Rasulullah
adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh umat
manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak
boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia
dihadapan Allah, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh
Allah.
Beliau
diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk, yang
diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.
Sebagaimana firman Allah :
سَلْنَكَ
أِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَلَمِيْنَ وَمَآ أَرْ
“Dan kami
tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad bagi seluruh
alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).
Allah
menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas agama-Nya, dan
menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah melindunginya dari
kesalahan dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala mendukung nabi-Nya
dengan mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang jelas, memperbanyak
makan untuk beliau, memperbanyak air. Dan beliau mengabarkan sebagian perkara
ghaib.
B.
Kewajiban Mencintai Rasulullah
Mencintai
Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani
ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan
berhukum dengan ketetapannya.
Ahlus sunah
mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau
mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan
keluarga mereka, sebagaimana sabda Rasulullah :
لايؤمن أحدكم
حتّى اكون أحبّ اليه من نفسه ووالِده وولَده والنّاس أجمعين.
Artinya: Tidak beriman salah
seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya
sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari Muslim).
Allah swt berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ
تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِى يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ
ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah
(Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang (QS 3:31).
C.
Taat
Kita wajib
menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang diperintahkannya dan
meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari syahadat
(kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat
al-Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menaati nabi Muhammad Saw.
diantaranya ada yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah sebagaimana
firman-Nya :
يَـأيُّهَا اْلَذِيْنَ ءَامَنُواْ
أَطِيْعُواْ اللَّهُ وَأَطِيْعُواْ الرَّسُولُ…
“Wahai
orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)’…..” (Q.S.
Annisa : 59).
Allah SWT
menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai orang-orang yg beriman”
sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap menerima perintah
Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi
semakin siap menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan
kepada Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan
-Nya.
Jika
seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat kepada
Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha
Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang tersembunyi
Terkadang
pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah, sebagaimana firman-Nya
:
…فَلْيَحْذَرِالَّذِيْنَ
يُخَالِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ،أَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْيُصِيبَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيْمٌ
“… Maka
hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan
atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. An-Nur : 63).
Artinya
hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah,
atau siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti
Rasulullah sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas
dosa-dosanya, sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.
Kunci
kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya,
karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkan
kepada kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan
Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama kedudukannya dengan taat kepada Allah,
karena itu bila manusia tidak mau taat kepada Allah dan Rasul- Nya, maka
Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan pemeliharaan dari azab dan
siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:
مَنْ يُّطِعِ
الرَّسُوْلَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ
حَفِيْظًا
“Barang siapa yang
mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara
bagi mereka (QS 4:80).
Manakala
seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh
kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang jujur,
orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik
teman yang harus kita miliki.
Oleh karena
itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk bisa
masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa
yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman.
D.
Menghidupkan Sunnah
Bagi seorang
muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan, tetapi
kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan
Rasul-Nya adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi
dan menaati sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :
وَمَا
نَهَكُمْ عَنْهُ فَاْنَتَهثوْاْ،وَاتَّقُواْ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ
العِقَابِ وَمَآءَائَـىكُمُ الرَّسُلُ فَخُذُوهُ …
“… Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras
hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).
Secara umum
bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan Rasul-Nya, akan
tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan banyak persoalan
yang sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan bahwa
semua bentuk amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa Rasulullah,
selama tiak melanggar syari’at dan mempunyai tujuan , niat mendekatkan diri
kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat Allah serta
Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.
Sebagaimana nabi bersabda :
“Sesungguhnya
segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan mendapat sekedar
paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena Alah dan
Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)
Banyak
sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda Rasulullah :
“setiap yang
diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Juga hadis Rasulullah :
“barang
siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia
ditolak”.
Mereka tidak
memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu membawa kebaikan
dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama sedangkal itu orang
tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.
Ditambah
lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah kata-kata
sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah memerintah dan mencontohkannya.
Begitu pula para sahabat tidak ada satupun diatara mereka yang mengerjakannya.
Dan jikalau perbuatan itu baik kenapa tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika
mereka tidak melakukan kenapa harus kita yang melakukannya. Bahkan dengan hal
itu mereka menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan atau berzikir bersama
adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.
Dimana harus kita fahami macam-macam
sunnah, antara lain adalah :
a.
Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw
sendiri menganjurkan atau menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa
rasulullah tidak pernah mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah ini adalah
sunnah Rasulullah yang dalilnya sampai kepada kita bukan dengan cara
dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah hadis
Rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum
pernah mendengar Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b.
Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah
dilakukan langsung oleh Rasulullah. Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan
tangan kanan, dan lain-lain.
c.
Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak
pernah melakukan secara langsung dan tidak pula pernah memerintahkannya.
Melainkan hanya mendiamkannya saja. Contohnya adalah beberapa amalan para
sahabat yang saat dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.
Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah
dilakukan nabi dan para sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula
didiamkan oleh beliau, yaitu yang dilakukan oleh para ulama. Misalkan
mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan yasinan. Tidak lain para ulama yang
melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari kitabullah yang menganjurkan
agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang pahala bacaan dan amal
ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak bertentangan
dengan Islam.
Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut :
وَمَآءَائَـىكُمُ
الرَّسُلُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَكُمْ عَنْهُ فَاْنَتَهثوْاْ،وَاتَّقُواْ اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ شَدِيْدُ العِقَابِ …
“… Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras
hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).
Dalam ayat
ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu jika telah tegas
dan jelas larangannya.
Dan dalam hadis Rasulullah yang
diriwayatkan oleh bukhari :
“Jika aku
menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan jika aku melarangmu
melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.
Maka para
ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat adalah menghalalkan
sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta bertentangan dengan
yang telah disyari’atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat yang mudah adalah
sengaja shalat tidak menhadap kiblat, mengerjakan shalat dengan satu sujud,
atau yang lebih banyak terjadi adalah bagi masyarakat keraton yaitu mendo’akan
orang yang telah meninggal dengan sesaji serta memohon kepada Allah dan
berdzikir menggunakan sesaji. Itulah yang dianggap sesat karna sesaji tidak ada
dalam Islam dan itu menyimpang dari syari’at Islam.
Dengan
demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga
begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
Contoh-contoh
sunnah Rasulullah adalah :
a.
Istighfar setiap waktu
b.
Menjaga wudhu
c.
Bersedekah
d.
Shalat dhuha
e.
Puasa Muharram dan shalat tahajud :
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata :
“ Rasulullah Saw bersabda :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ
شَهْرُ اللَّهِ المُحَرَّمُ وَأَضَلُ الصَّلاَ ةِ بَعْدَالفَرِيْضَة صَلاَةُ
اللَّيْلِ
“Seutama-utama
puasa sesudah Ramadhan adalah puasa dibulan Muharram dan seutama-utama shalat
sesudah shalat fardu ialah shalat malam.” ( H.R. Muslim no.1163).
E.
Membaca Shalawat Dan Salam
Diantara hak
Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar mereka mengucapkan
shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-Nya telah
bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya agar
mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau.
Allah
berfirman :
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلئِكَتَهُ, يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ, يـآيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُواْصَلُّواْعَلَيْهِ وَسَلِّمُواْتَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw. ‘Wahai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya.’” (Q.S. Al-Ahzab : 56).
Al-Mubarrad
berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti memohonkan rahmat dengan
demikian shalawat berarti rahmad dari Allah sedang shalawat malaikat berarti
pengagungan dan permohonan rahmad Allah untuknya.
Jika
bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw hendaklah seseorang menghimpunnya dengan
salam untuk beliau. Karena itu, hendaklah tidak membatasi dengan salah satunya
saja. Misalnya dengan mengucapkan “Shallallaahu ‘alaih (semoga shalawat
dilimpahkan untuknya).” Atau hanya mengucapkan ‘alaihissalam (semoga
dilimpahkan untuknya keselamatan)”. Jadi digabung : “washshalaatu wassalaamu
‘ala Rasulillah, atau Allahumma shalli wa sallim ‘ala Nabiyyina Muhammad, atau
shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. hal itu karena Allah memerintahkan untuk
mengucapkan keduanya.
Mengucapkan
shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at pada waktu-waktu yang
dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah muakaddah. Diantara waktu itu
adalah ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir qunud, saat khutbah seperti
khutbah jum’at dan khutbah hari raya, setelah menjawab mu’adzin, ketika
berdo’a, ketika masuk dan keluar masjid, juga ketika menyebut nama beliau.
Rasulullah
Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata cara mengucapkan
shalawat. Rasulullah menyarankan agar memperbanyak shalawat kepadanya pada hari
jum’at, sebangaimana sabdanya :
أَكْثِيْرُ
الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَمَنْ صَلّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى
اللَّهِ عَشْرًا
“Perbanyaklah
kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at, barang siapa yang
bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya 10 kali.”
Kemudian
ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat kepada Nabi,
diantaranya adalah :
a.
Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah
Allah.
b.
Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang
bershalawat sekali untuk beliau.
c.
Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan
shalawat.
d.
Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari
Nabi, diiringi permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang
tinggi) kepada beliau pada hari kiamat.
e.
Sebab diampuninya dosa-dosa.
f.
Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang
yang mengucapkan shalawt dan salam kepadanya.
F.
Mencintai Keluarga Nabi
Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan
berlepas diri dari musuh mereka, adalah masalah penting yang telah diwajibkan
oleh islam dan telah dianggapnya sebagai bagian dari cabang agama. Rasulullah
menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda yang berat dan berharga,
sebanding dengan al-qur’an dan benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia
sesungguhnya aku tinggalkan dua perkara yang besar untuk kalian, yang pertama
adalah Kitabullah(Al-Quran) dan yang kedua adalah Ithrati(Keturunan) Ahlul
baitku. Barang siapa yang berpegang teguh kepada keduanya, maka tidak akan
tersesat selamanya hingga bertemu denganku ditelaga al-Haudh.” (HR. Muslim
dalam Kitabnya Sahih juz.2, Tirmidzi).
Nabi Saw bersabda :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan
ilmu kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya,
berarti telah mengambil bagian yang besar”. (HR. Abu daud
dan Tirmidzi).
Karena ulama
disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak
hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan
kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena
pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka
orang seperti itu bukanlah ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada
kewajiban bagi kita untuk menghormatinya.
Rasulullah
menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu keselamatan, dan
cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk mencintai dan menaati
mereka.
Dari abi
dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’: “Jadikanlah
ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak ubahnya
dua mata bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh petunjuk
kecuali dengan kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk
kecuali dengan kedua mata.”.
Kecintaan
kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul bait manfaatnya
kembali kepada orang yang melakukannya. Rasulullah mengatakan bahwa kecintaan
ini merupakan upah dari Allah Swt atas risalah yang disampaikannya. Sebagaimana
firman Allah, “katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah apapun
atas seruanku, kecintaan kepada keluargaku” (Q.S. Asy-syura : 23).
Kecintaan
yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan kecintaan yang
mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu memasuki pintu
kebahagiaan abadi.
G.
Berziarah Ke Makam Rasulullah
Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah,
yakni amalan yang sangat mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa
Nabi Muhammad bersabda yang arinya : “Barang siapa berziarah kemakamku, maka
ia dijamin akan mendapat syafaatku.”.
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi
umat Islam untuk melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain
(Makkah dan Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya.
Maka para jamaah haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah
SAW.Berziarah ke makam Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya.
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda: “Siapa yang melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku
setelah aku meninggal dunia, maka ia seperti orang yang berziarah kepadaku
ketika aku masih hidup.” (HR Darul Quthni)
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut Thalibin
menyatakan: ”Berziarah ke makam Nabi
Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang paling mulia, karena itu,
sudah selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah
padahal dia telah diberi kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang
telah melaksanakan ibadah haji. Karena hak Nabi Muhammad SAW yang harus
diberikan oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang
dengan kepala dijadikan kaki dari ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah
ke Rasullullah SAW maka itu tidak akan cukup untuk memenuhi hak yang harus
diterima oleh Nabi SAW dari umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan Rasullullah
SAW kepada kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW
yang melarang umat Islam menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta, atau
sebagai berhala yang disembah.. Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu
jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan rumahmu
sebagai kuburan. Maka bacalah shalawat kepadaku. Karena shalawat yang kamu baca
akan sampai kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad
Ahmad bin Hanbal: 8449).
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid Muhammad
bin Alawi Maliki al-Hasani menukil dari beberapa ulama, lalu berkomentar :
“Sebagian ulama ada yang memahami bahwa yang dimaksud (oleh hadits itu adalah)
larangan untuk berbuat tidak sopan ketika berziarah ke makam Rasulullah SAW
yakni dengan memainkan alat musik atau permainan lainnya, sebagaimana yang
biasa dilakukan ketika ada perayaan. (Yang seharusnya dilakukan adalah) umat
Islam berziarah ke makam Rasul hanya untuk menyampaikan salam kepada Rasul, berdoa
di sisinya, mengharap berkah melihat makam Rasul, mendoakan serta menjawab
salam Rasulullah SAW.
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan sangat dianjurkan karena akan
mengingatkan kita akan jasa dan perjuangan Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi
salah satu bukti mengguratnya kecintaan kita kepada beliau.
H.
Contoh Kasus
Nyata Implementasi Akhlak Terhadap Rasulullah
Seiring berkembangya di dunia hiburan terutama dibidang musik, banyak
bermunculan entertainer-entertainer baru yang turut meramaikan dunia permusikan
di Indonesia. Namun ada beberapa orang yang sudah lama bergelut di dunia
hiburan, justru meninggalkan hingar bingar gemerlapnya dunia untuk lebih serius
mengabdi kepada Allah dan taat kepada Rasulnya.
Di dunia hiburan, yang notabene kehidupan orang-orang di dalamnya
menghambur-hamburkan uang, gaya hidup yang hedonis. Lain halnya yang dilakukan
oleh Sakti, personel/gitaris dari band Sheila On Seven. Dia meninggalkan
bandnya untuk lebih serius menjadi muslim yang sebenarnya. Namun dia tidak
serta merta meninggalkan dunia musik yang digemarinya. Hanya saja dia lebih
sering membawakan lagu-lagu religi. Sama halnya dengan Teguh personel/vokalis
Vagetoz dan masih banyak lagi orang-orang yang lebih memprioritaskan
kepentingan akhiratnya kelak.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kita wajib mencintai dan
mentaati apa yang diajarkan Rasulullah sebagai wujud kecintaan dan pengabdian
kita sebagai hamba Allah Swt. Apabila kita benar-benar mencintai Allah sudah
semestinya kita juga mencintai Rasulullah, karena beliau merupakan kekasih
beserta utusan Allah untuk dijadikan uswatun khasanah bagi setiap ummatnya.
Bentuk kita mencintai dan mentaati Rasulullah dengan cara, mengikuti dan
mengerjakan hal-hal yang diajarkan Rasulllah, menghidupkan sunnah-sunnahnya,
membaca shalawat serta salam yang ditujukan kepada beliau, mencintai keluarga
dan sahabat-sahabat Nabi, serta berziarah ke makam Rasulullah.
B.
Saran
Dalam
penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku manusia biasa
menyadari adanya beberapa kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
maupun saran bagi kami yang bersifat membantu agar kami tidak melakukan
kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang selanjutnya dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Elmubarok, Zaim dkk. (2013). Islam Rahmatan Lil’alamin. Semarang :
UNNES Press.
Usamah, Abu
Masykur. cetakan pertama (Juni 2006/Februari 2007). Aku Cinta Rosul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penerbit: Darul Ilmi,
Yogyakarta.
Yulie, Indah.
(2015). Akhlak Kepada
Rasulullah. Online]. Tersedia: http://bk14071.blogspot.co.id/2015/07/akhlak-kepada-rasulullah.html [diakses Juli
2015].
0 komentar:
Posting Komentar