Selasa, 24 Oktober 2017

Kebudayaan Hindu dan Budha

By Unknown di Oktober 24, 2017


A.           KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA
1.             Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu dan Buddha di Indonesia.
Ikut sertanya Indonesia dalam perdagangan Internasional mengakibatkan berbagai pengaruh asing massuk ke nusantara. Salah satunya adalah agama hindu dan buddha yang besar pengaruhnya diberbagai bidang. Sejak abad pertama masehi bangsa Indonesia sudah menjalin hubungan dagang dengan India. Selain emas, bangsa India juga memerlukan barang-barang lain, seperti kayu cendana, cengkeh dan lada. Dari India, para pedagang membawa hasil negerinya yang diperlukan di Indonesia, seperti wangi-wangian, gading gajah, permadani, dan permata. Sebelum bangsa Indonesia berhubungan dengan bangsa India, bangsa Indonesi telah memiliki kebudayaan asli dari zaman prasejarah.
2.             Masuk dan Berkembangnya Budaya Hindu-Buddha di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya pengaruh India di Indonesia disebut penghinduan atau Hinduisasi. Dari hubungan perdagangan, muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut:
a.             Teori Sudra
Para tokoh yang setuju teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karenaa mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya. Pendukung teori ini adalah Von Van Faber.
b.             Teori Waisya
Kasta waisya terdiri atas para pedagang. Menurut teori ini, para pedagang dari India berlayar hingga ke Indonesia. Melaui interksi dengan masyarakat setempat, mereka pun berhasil memperkenalkan agama hindu. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah Dr. N.J. Krom. Ia berpendapat bahwa agama hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang di Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang Indonesia.
c.             Teori Kesatria
Teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke indonesia terjadi karena adanya kekacauan politik di India. Golongan kesatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia dan menyebarkan agama Hindu. Prof. Dr. Ir. J. L. Moens berpendapat bahwa yang membawa agma Hindu ke Indonesia adalah kaum kesatria atau golongan prajurit. Hal ini di latar belakangi adanya kekacauan politik dan peperangan di india pada abad IV-V masehi. Para prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia,bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia.
d.            Teori Brahmana
Kedatanagan kaum brahmana ke Indonesia di duga untuk memenuhi undungan kepala suku yang tertaik dengan agama Hindu. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah J.C. Van Leur. Ia perpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia di bawah oleh kaum brahmana karena hanya kaum brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan kaum brahmana tersebut di duga karena undangan para pengusa lokal di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
Ketiga teori tersebut sebetulnya juga memiliki kelemahan. Golongan kesatria dan waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta. Oleh karena itu, kecil kemungkinan bagi mereka untuk menyebarkan agama Hindu yang berintikan bahasa Sanskerta. Kita ketahui bahwa bahasa sanskerta adalah bahasa sastra tertinggi yang di pakai dalam kitab suci Weda. Sebalikya, meskipun menguasai bahasa Sanskerta golongan brahmana tidak boleh menyeberangi laut. Hal ini di dasarkan pada kepercayaan Hindu kolot yang memiliki pantangan tersebut
e.             Teori Arus balik
Teori ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia mengemukakan peranan bangsa Indonesia sendiri dalam penyebaran dan pengembangan  agama hindu. Penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India, di Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal dengan sangha. Mereka giat mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis. Mereka kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India. Sekembalinya ke Indonesia mereka mengembangkan agama dan kebudayaan tersebut. Hal ini bisa diliat dari peninggalan dan budaya yang memiliki corak keindonesiaan.
Itulah empat teori tentang masuknya agama dan kebudayaan India ke Indonesia. Ke empat teori tesebut menyebut faktor perdagangan sebagai penyebab masuknya Hindu- Budha ke Indonesia. Bisa jadi interaksi antara bangsa Indonesia dan India mustahil terjadi jika tidak ada kontak dagang. Oleh karena itu, tidak aneh jika di berbagai daerah di temukan peninggalan Hindu- Budha.

Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha membawa pengaruh besar di berbagai bidang, meliputi sebagai berikut.
1)             Agama, rakyat Nusantara memelk agama Hindu-Buddha.
2)             Pemerintahan, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
3)             Tulisan dan bahasa, rakyat Indonesia mengenal huruf Pallawa dan Sansekerta yang dituliskan pada prasasti-prasasti.
4)             Arsitektur, seni bangunan bercorak Hindu-Buddha berasimilasi dengan seni bangunan Indonesia, misalnya banhunan candi.
5)             Kesusastraan, munculnya kitab-kitab sastra bercorak Hindu-Buddha.
3.             Perkembangan Agama Buddha di Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara.
Agama Buddha mengalami perkembangan pesat di India pada masa pemerintahan Raja Ashoka Vardhana (273-232 SM) dan agama Buddha dijadikan agama negara.
Di Asia Tengah, agama Buddha mengalami perkembangan pesat, masuk ke Cina pada tahun 65 M melalui para rahib yang tinggal di Biara sepanjang jalur Jalan Sutra. Di Tibet pemimpin Buddha disebut Lama. Agama Buddha masuk ke Kerajaan Cina masa Dinasti Han. Aliran Budddha Mahayana banyak dianut rakyat Cina.
Sekitar tahun 108 M Kerajaan Cina menaklukan Korea (Kerajaan Paikche). Hal ini mengakibatkan agama Buddha masuk ke Korea. Dari koreaa agama Buddha berkembang ke Jepang pada tahun 538 M. Raja Paikche mengirimkan bingkisan berupa arca Buddha dan naskah-naskah ajaran Buddha kepada tenno di Yamato.
Masuknya Buddha di kawasan Asia Tenggara melalui jalur perdagangan laut. Negara-negara Asia Tenggara yang mendapat pengaruh Buddha, antara lain sebagai berikut.
1)            Thailand      : di Kerajaan Sukothai dan Ayuthia
2)            Myanmar     : berkembang masa pemerintahan Raja Anawasta
(1044-1077 M)
3)             Laos           : berkembang pada masa Kerajaan Lan Xang
4)            Kamboja     : masa Raja Jayamarwan VII tahun 1211-1219 M
5)            Nusantara    : berkembang pesat di Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-9.
Penyebaran agama Buddha dilakukan oleh sebuah misi yang dikenal dengan Dharmaduta. Para ahli memperkirakan pada abad II Masehi agama Buddha masuk ke Indonesia. Pendaapat mereka diperkuat dengan adanya penemuan arca Buddha yang terbuat dari perunggu di Sempaga (Sulawaesi Selatan), jember (Jawa Timur), dan Bukit Siguntang (Sumatera Selatan). Dilihat dari ciri-cirinya, arca tersebt berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad II-V Masehi. Selain itu, ditemukan juga arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai(Kalimantan Timur).
Agama Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh para biksu. Para biksu meyebarkan agama Buddha di Indonesia, diantaranya berasal dari Kashmir yang bernama Gunawarman (420 M). Pada masa-masa berikutnya pengaruh budaya dan agama buddha ibawa oleh orang-orang Indonesia sendiri yang belajar di perguruan tinggi Nalanda, India. Agama Buddha yang tersiar di Indonesia terutama dari aliran Mahayana. Ajaran agama Buddha bersumber dari kitab suci “Tripitaka”.
4.             Daerah-Daerah Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia sampai dengan Abad ke-14
Daerah-daerah yang dipengaruh unsur budaya Hindu-Buddha di Indonesia sampai abad ke-14 semakin luas. Di Sumatera, pengaruh Buddha lebih kuat dibanding pengaruh Hindu. Hal ini terbukti dengan berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat penyebaran dan pengembangan agama Buddha di Asia Tenggara. Pusat-pusat agama Hindu antara lain terdapat di wilayah Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bukti tertulis yang menjelaskan yaitu adanya prasasti Yupa yang di temukan di temukan di wilayah Sulawesi Selatan.
Sementara di wilayah Indonesia Timur, pengaruh unsur Hindu-Buddha masih terbatas, yaitu hanya sebagian di wilayah P. Buru dan Seram, sedangkan daerah lainnya masih menganut kepercayaan nenek moyang.
Faktor penyebab tidak masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke wilayah timur Indonesia, anatara lain sebagai berikut.
1)            Kawasannya sangat luas.
2)             Wilayah Indonesia bagian timur terlalu jauh untuk dijangkau.
3)            Wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai timur.
5.             Pengaruh Agama Hindu-Buddha di Indonesia
a.             Bidang Kepercayaan
Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa sedangkan dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawalai oleh lapisan elite para datu dan keluarganya.
b.             Bidang Sosial
Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat Indonesia tesusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku. Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran   agama Hindu-Buddha sehingga timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
c.             Bidang Teknologi
Peninggalan Hindu-Budhadalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagi makam raja dan bagian atas punden bertingkat dibuatkan patung rajanya. Adapun Candi ddi India berbentul Stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
d.            Bidang Kesenian
Dalam bidang seni rupa, pengaruh Hindu-Buddha berupa hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu-Buddha berupa penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta pada  prasasti-prasasti.Ada juga hasil kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India,yaitu cerita ramayanadan mahabarata yang di jadikan lakon wayang.banyak kitab Hindu-Budha yang menjadi aset bangsa saat ini,diantaranya Negarakertagama dan baratayudha.
e.             Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-Buddha. Ssalah satu hasil dari perkembangan pendidikan, di kemukakan oleh  I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat “Universitas” yang dapat menampung ratusan mahasiswa birawan Buddha untuk belajar agama.





B.            BERKEMBANGNYA KERAJAAN-KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Salah satu pengaruh India yang berkembang di Indonesia adalah munculnya kerajaan. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Ada kerajaan yang berada pedalaman dengan mengandalkan bidang agraris, ada pula yang terletak di pesisir pantai dengan mengandalkan kegiatan bahari.
1.             Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berkembang pada abad V masehi. Sumber mengenai kerajaan ini berupa prasasti yang berbentuk tujuh buah yupa yang menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta. Raja terbesar kerajaan kutai adalah Mulawarman. Mulawarman adalah putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Keluarga Kudungga pernah melakukan Vratyastoma, yaitu uapacara pencucian diri untuk masuk agama Hindu. Aswawarman disebut dalam yupa sebagai dewa Ansuman atau dewa matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta, atau pendiri keluarga raja.
Raja Mulawarman pernah mengadakan kurban 20.000 ekor lembu untuk para brahmana di tanah suci Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa (di Jawa disebut Baprakeswara). Para ahli menyimpulkan bahwa agama yang dianut Mulawarman adalah Hindu Syiwa.
2.             Kerajaan Tarumanegara
Sumber mengenai kerajaan Tarumanegara berasal dari tujuh buah prasasti berbahasa sansekerta dan huruf pallawa. Prasasti tersebut adalah prasasti Ciaruteun, Kebun Kopi, Jambu, Tugu, Pasar Awi, Muara Cianten, dan Lebak. Seorang musafir Cina bernama Fa-Hsien pernah datang di Jawa pada tahun 414 M. Ia telah menyebut keberadaan kerajaan To-lo-mo atau Taruma di Pulau Jawa.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang pada abad V M. Raja terbesar yang berkuasa adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hapir seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasaan di daerah Bogor, Raja pernah memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah saluran panjang 6.112 tumbak (± 11 km). Saluran itu selain berfungsi untuk mencegah bahaya banjir. Saluran ini selanjutnya disebut sebagai sungai Gomati. Setelah selesai panggalian, Raja mengadakan upacara kurban dengan memerikan hadiah 1.000 ekor lembu bada Brahmana.
3.             Kerajaan Sriwijaya
Keberadaan kerajaan ini diketahui melalui enam buah prasasti yang menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf pallawa, serta telah menggunakan angka tahun saka. Prasasti tersebut adalah Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi. Nama Sriwijaya juga terdapat dalam berita Cina dan disebut Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih. Sementara itu di berita Arab, Sriwijaya disebut dengan Zabag atau Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Seorang pendeta Cina yang bernama I-Tsing sering dataang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M. Ia menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1.000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di India. Berita dari Dinasti Sung juga menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971-992 M.
Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Raja yang terkenal dari kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad IX M. Sriwijaya merupakan pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Menurut berita I-Tsing, pada abad VIII M di Sriwijaya terdapat 1.000 oarang pendet yang belajar agama Buddha di bawah bimbingan Sakyakirti. Menurut prasasti Nalanda, para pemudu Sriwijaya juga mempelajari agama Buddha dan ilmu lainnya di India. Kebudayaan Kerajaan Sriwijaya sangat maju dan bisa dilihat dari peninggalan suci sepeti stupa, candi, atau patung/arca Buddha seperti ditemukan di Jambi, Muara Takus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).
4.             Kerajaan Mataram Hindu
Keberadaan kerajaan Mataram dapat diketahui melalui Prasasti Canggal (723 M), Kalasan (778 M), Mantyasih (907 M), dan Klurak (782 M). Semua prasasti ditulis dengan huruf pranagari dan bahasa sansekerta. Kejayaan kerajaan Mataram terlihat pada bangunan-bangunan Candi seperti Dieng, Gedong Sanga, Borobudur, Mendut, Plaosan, Prambanan, dan Sambi Sari.
Kerajaan Mataram di perintah dua dinasti atau wangsa Sanjaya (Hindu Syiwa) dan Syailendra (Buddha). Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor, Nalanda, maupun Klurak. Raja-raja dari dinasti Sanjaya tertera dalam prasasti Mantyasih. Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan adanya pernikahan Rakai pikatan dengan Pramudyawardani (putri dari Samaratungga). Pada masa pemerintahan Wawa (abad X M), Mataram mengalami kemunduran dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sendok. Dinasti Isyana berdiri dengan kerajaannya adalah Medang Mataram.
5.             Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Kerajaan Medang Kamulan diperkirakan terletak di Lembah Sungai Brantas, wilayahnya meliputi Nganjuk, Surabaya, Pasuruan, dan Malang. Sumber sejarahnya, antara lain sebagai berikut.
a.             Prasasti Empu Sindok (933 M) ditemukan di Desa Tengeran, Jombang.
b.             Prasasti Ladang/Candi Lor (939 M) berbentuk Tugu.
c.             Prasasti Kalkuta, dibuat masa Raja Airlangga.
d.            Berita dari Cina masa Dinasti Sung.
Kerajaan Medang Kamulan pendirinya adalah Empu Sindok sekaligus pendiri Dinasti Isyana. Beliau memerintah dengan adil dan bijaksana. Masa pemerintahannyaagama Hindu dan Buddha hidup berdampingan. Empu Sindok digantikan dengan cucunya yaang bernama Dharmawangsa. Ia bercita-cita menguasai jalur perdagangan dan pelayaran Nusantara yang ketika itu dikuasai Sriwijaya. Untuk itu, pada tahun 991M Dharmawangsa menyerang Malaka dan Sriwijaya.
Pada tahun 1017 M Kerajaan Medang mengalami Pralaya akibat serangan dari Wurawari. Airlangga berhasil meloloskan diri. Pada tahun 1023 Airlangga dinobatkan menjadi Raja Medang menggantikan Dharmawangsa. Ia berhasil menyatukan kembali kerajaan, memindahkan ibu kota Kerajaan Medang dari Wutan Mas ke Kahuripan tahun 1031, memperbaiki pelabuhan Ujung Galuh, dan membangun bendungan Wringin Sapta. Pada tahun 1041 Airlangga mundur dari takhtanya dan membagi kekuasaan menjadi dua kerajaan yaitu Jenggala dan Panjalu dengan batas Sungan Brantas. Pembagian kerajaan dilakukan oleh seorang brahmana yang terkenal kesaktiannya, yaitu Mpu Bharada.
6.             Kerajaan Kediri
Kerajaan kediri semula bernama panjalu (bagian dari Medang Mataram). Kisah kerajaan ini termuat dalam prasasti Banjaran (1052 M) yang menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala dan prasasti Hantang (1052 M) yang menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya. Selain itu, ada kakawin Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Panuluh tahun 1156 M yang menceritakan Kediri/Panjalu atas Janggala. Berita Cina yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chu-fan-chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
Raja Kediri yang terkenal antara lain Raja Kameswara (1115-1130 M). Ia menggunakan lencana Candrakapala, yaitu tengkorak yang bertaring. Raja Jayabaya memerintah tahun 1130-1160 mempergunakan Narasingha, yaitu setengah manusia setengah singa. Pada tahun 1181 pemerintahan Raja Sri Gandra ditandai dengan penggunaan nama-nama binatang sebagai namanya seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh, Macan Putih, dan Gajah Kuning. Kertajaya menjadi Rajaa Kediri tahun 1200-1222. Ia memakai lencana Garudamuka seperti Raja Airlangga, mtetapi kurang bijaksana dan tidak disukai oleh rakyat terutama kaum brahmana. Hal inilah yang akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri karena kaum brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok di Singasari sehingga pada tahun 1222 Ken Arok berhasil menghancurkan Kediri.
7.             Kerajaan Singasari
Keberadaan Kerajaan Singasari didasarkan pada kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan raja-raja yang memerintah di Singasari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan keajaiban Ken Arok. Ken Arok semula sebagai akuwu (bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya karena tertarik kepada Ken Dedes isteri Tunggul Ametung. Pada tahun 1222 M Ken Arok menyerang kediri sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok menyatakan dirinya sebagai Raja Singasari dengan gelar Sri Rangga Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
Raja Singasari yang terkenal adalah Kertanegara Karena di bawah pemerintahannya Singasari mencapai puncak kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai gagaasan politik untuk memperluas wilayah kekuasannya, menyingkirkan lawan-lawan politiknya, menumpas pemberontakan, menyatukan agama Syiwa dan Buddha menjadi agama Tantrayana (Syiwa Buddha dipimpin oleh Dharma Dyaksa), melakukan politik perkawinan, dan mengirim ekspedisi Pamalayu tahun1275. Setelah Kertanegara meninggal karena serbuan tentara kubilai khan dari Mongol dan serangan Jayakatwang dari kediri tahun 1292, diberi penghargaan di Candi Jawi sebagai Syiwa Buddha, di Candi Singasari sebagai Bhairawa dan di Sagala sebagai Jina (Wairocana) bersama permaisurinya Bajradewi. Penginggalan Singasari antara lain Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari, dan Putung Joko Dolok (Perwujudan Kartanegara).
8.             Kerajaan Majapahit
Sumber kerajaan Majapahit berupa kitab. Kitab Pararaton yang menjelaskan tentang raja-raja Majapahit. Kitab Negarakertagama (karya Mpu Prapanca pada tahun 1365) menjelaskan keadaan kota Majapahit, daerah jajahannya, dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaaanya. Kitab Sundayana menjelaskan tentang Perang Bubat. Kitab Usaha  Jawa menjelaskan tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar. Berita-berita Cina dari Dinasti Ming (1368-1643) dan Ma-Huan dalam bukunya Ying Yai menceritakan tentang keadaan masyarakat dan kota Majapahit tahun 1418 serta berita dari Portugis tahun 1518.
Raden Wijaya berhasil memanfaatkan tentara Kubilai  Khan untuk menyerang Jayakatwang di Kediri. Pada tahun 1293 Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawisnuwardhana. Raja berikutnya adalah Jayanegara dan Tribuana Tungga Dewi. Pada tahun 1350 Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara. Ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Adityawarman, dan Mpu Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Daerah kekuasaanya hampir meliputi seluruh Nusantara dan Majapahit berkembang sebagai kerajaan maritim sekaligus kerajaan agraris. Untuk menguasai Pajajaran, Gajah Mada melakukan politik perkawinan yang berakibat  terjadinya peristiwa Bubat tahun 1357. Dalam rangka menjalin persahabatan dengn negara-negara btetangga Majapahit menerapkan Mitreekasatata yang berarti sahabat atau sahabat sehaluan atau hidup berdampingan secara damai. Sepeniggal gaja mada(1364) dan Hayam wuruk tahun (1389), takhta Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana. Pada tahun 1389-1429 Majapahit diwarnai oleh Perang Paregreg atau perang saudara antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabumi. Inilah awal kehancuran Majapahit yang ditandai dengan candrasengkala ilang sima kertaning bhumi. 
9.             Kerajaan Holing (Kaling)
Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India Talingga. Tidak ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut berita Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu rajanya beristanaa di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja terbuat daari gading. Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenali ilmu perbinatangan. Dalam berita cine tersebut adanya ratu His-mo atau sima, yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yaang tegas,  jujur, da bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang bersama agamaa Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya ;;pendeta Cina Hwi Ning di Kaling dan  tinggal selam 3 tahun. Degan bantuan seorang pendeta setempat yang bernama Jnanabhadra, Hwi Ning menerjemahkan kitab Hinayanaa dari bahasa sansekerta. 







C.           TEORI MASUKNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA
Di Indonesia kebudayaan merupakan suatu hal yang menjadi kebanggaan dalam masyarakat. Hal ini karena Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kebudayaan yang unik dan bervariasi. Masyarakat merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama menghasilkan budaya. Dengan demikian tidak ada masyarakat yang hidup tanpa budaya, begitu juga sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa ada masyarakat yang menjadi unsur penghasilnya. Berbagai kebudayaan yang ada saat ini tidak terlepas dari pengaruh zaman dahulu dimana awal budaya tersebut baru berkembang. Jawa merupakan salah satu wilayah di indonesia yang memiliki banyak budaya. Dalam kebudayaan di Jawa banyak hal yang mempengaruhi bagaimana budaya tersebut lahir dan berkembang. Salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan budaya tersebut adalah masalah agama.
Sebagaimana yang diketahui, di Jawa budaya sangat kental kaitannya dengan agama. Terlebih agama Islam yang menjadi mayoritas agama penduduk di Jawa. Dalam perkembangannya banyak sekali budaya di Jawa yang di dalamnya sarat dengan unsur religi. Hal ini menjadikan budaya tersebut sakral di kalangan masyarakat.
Masuknya Islam ke Indonesia pada awalnya hanya membawa ajaran peribadatan. Namun lambat laun lahir budaya dari ajaran Islam tersebut. Selain itu terjadi pula akulturasi dari masuknya Islam ke Indonesia. Jawa merupakan salah satu wilayah yang menarik untuk mempelajari bagaimana akulturasi tersebut terjadi karena di Jawa banyak budaya yang lahir dan berkembang dari proses ini. Di Jawa, agama Islam merupakan agama yang mudah diterima masyarakat pada awal masuknya agama Islam di daerah tersebut. Penyebaran agama Islam yang berkembang dan dapat diterima masyarakat dengan mudah tidak terlepas dari tokoh yang melakukan penyebaran agama tersebut. Di Jawa tokoh yang terkenal dalam penyebaran agama Islam adalah Wali Songo. Wali Songo memiliki cara tersendiri dalam melakukan dakwah sehingga agama Islam sangat berkembang saat itu. Saat itu Jawa sedang dikuasai oleh kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa.
1.             Proses Masuknya Islam di Indonesia
Saat Islam masuk di Indonesia pengaruh Hindu-Budha masih sangat kuat. Namun Islam dapat berkembang berdampingan dengan agama Hindu-Budha. Islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang muslim, sama halnya dengan agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia. Para pedagang tersebut datang untuk berdagang sambil menyebarkan agama yang dibawanya karena bagi mereka setiap muslim adalah penyebar agama. Proses persebaran Islam di Indonesia berlangsung lancar. Kelancaran ini dikarenakan syarat-syarat untuk memeluk Islam tidaklah sukar. Selain itu Upacara-upacara dalam Islam juga cenderung lebih sederhana daripada upacara dalam agama Hindu atau Buddha. Menurut catatan Tome Pires, kaum bangsawan Hindu-Buddha di Jawa masuk Islam dengan sukarela tanpa paksaan. Penyebaran Islam disampaikan sesuai dengan adat dan tradisi pribumi Indonesia. Islam juga tidak mengenal pengkastaan dan menganggap derajat manusia itu sama.
Sampai saat ini ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai masuknya islam ke Indonesia. Tidak mudah menyimpulkan bagaimana Islam masuk ke Indonesia karena begitu banyak sumber yang menjelaskan mengenai hal ini. Namun dari banyak teori yang ada, dapat diketahui bahwa Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang muslim dari Arab, Persia, India (Gujarat dan Benggala) sekitar abad ke-7 sampai ke-13 M.


Berbagi teori yang menjelaskan masuknya Islam ke Indonesia antara lain :
1)            Teori Gujarat. Teori Gujarat menjelaskan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat merupakan wilayah yang terletak di India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke-7 M). Namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.
2)            Teori Mekah. Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau yang dikenal dengan nama Hamka, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia.
3)            Teori Persia. Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
4)            Teori Cina. Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia, terutama melalui kontak dagang.

2.             Proses Penyebaran Islam di Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara lancar. Hal ini dikarenakan Islam agama yang mudah dipelajari. Pedagang merupakan awal mula tersebarnya ajaran Islam tersebut. Selain pedagang ada proses Islamisasi yang terjadi melalui bebrapa hal. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang tersebut, yaitu:
1)            Melalui Perdagangan. Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang.
2)            Melalui perkawinan. Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat muslim.
3)            Melalui Tasawuf. Tasawufmerupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. Hal itu berkaitan langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia.Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya.
4)            Melalui Pendidikan. Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri.Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai,atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab,setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.
5)            Melalui kesenian. Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya.Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang,yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.
6)            Melalui Politik. Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.

3.             Wujud Akulturasi Kebudayaan Islam di Indonesia
Sebelum datangnya Islam, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1)            Seni Bangunan. Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat. Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai cirri khas tersendiri, diantaranya :
a)             Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
b)             Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten dan masjid Kudus.
c)             Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat dan raja sesama makhluk Allah.
2)            Seni Rupa. Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian. 
3)            Aksara dan Seni Sastra. Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran. Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu-Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
4)            Sistem Pemerintahan. Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara Islam.
5)            Sistem Kalender. Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Nama-nama bulan yang digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Demikian pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah).
Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan yang sebelumnya yaitu Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut antara lain dalam hal seni bangunan, seni rupa, seni sastra, dan sistem pemerintahan.







DAFTAR PUSTAKA



Algo Wijaya. (2012). Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. [Online]. Tersedia: http://iwak-pithik.blogspot.com/2012/03/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html [diakses 04 Maret 2012].
Bachri, Saiful. (1996). Sejarah Islam. Surakarta : UNS.
Saifullah. (2010). Sejarah dan Kebudayaan di Asia Tenggara. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.








0 komentar:

Posting Komentar

Pages

 

MBAK EKA IDRIS 1922 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos