A.
KEBUDAYAAN HINDU DAN BUDHA
1.
Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu
dan Buddha di Indonesia.
Ikut
sertanya Indonesia dalam perdagangan Internasional mengakibatkan berbagai
pengaruh asing massuk ke nusantara. Salah satunya adalah agama hindu dan buddha
yang besar pengaruhnya diberbagai bidang. Sejak abad pertama masehi bangsa
Indonesia sudah menjalin hubungan dagang dengan India. Selain emas, bangsa
India juga memerlukan barang-barang lain, seperti kayu cendana, cengkeh dan
lada. Dari India, para pedagang membawa hasil negerinya yang diperlukan di
Indonesia, seperti wangi-wangian, gading gajah, permadani, dan permata. Sebelum
bangsa Indonesia berhubungan dengan bangsa India, bangsa Indonesi telah
memiliki kebudayaan asli dari zaman prasejarah.
2.
Masuk dan Berkembangnya Budaya
Hindu-Buddha di Indonesia
Proses
masuk dan berkembangnya pengaruh India di Indonesia disebut penghinduan atau
Hinduisasi. Dari hubungan perdagangan, muncul beberapa teori mengenai proses
masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain
sebagai berikut:
a.
Teori
Sudra
Para tokoh yang setuju teori ini
menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang
India yang berkasta sudra. Alasannya karenaa mereka dianggap sebagai
orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke
Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya. Pendukung teori ini adalah
Von Van Faber.
b.
Teori
Waisya
Kasta
waisya terdiri atas para pedagang. Menurut teori ini, para pedagang dari India
berlayar hingga ke Indonesia. Melaui interksi dengan masyarakat setempat,
mereka pun berhasil memperkenalkan agama hindu. Tokoh yang mengemukakan
pendapat tersebut adalah Dr. N.J. Krom. Ia berpendapat bahwa agama hindu masuk
ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang datang untuk berdagang di
Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena menikah dengan orang
Indonesia.
c.
Teori
Kesatria
Teori
ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke indonesia terjadi karena adanya
kekacauan politik di India. Golongan kesatria yang kalah melarikan diri ke
Indonesia dan menyebarkan agama Hindu. Prof. Dr. Ir. J. L. Moens berpendapat
bahwa yang membawa agma Hindu ke Indonesia adalah kaum kesatria atau golongan prajurit.
Hal ini di latar belakangi adanya kekacauan politik dan peperangan di india
pada abad IV-V masehi. Para prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir
ke Indonesia,bahkan diduga mendirikan kerajaan di Indonesia.
d.
Teori
Brahmana
Kedatanagan
kaum brahmana ke Indonesia di duga untuk memenuhi undungan kepala suku yang
tertaik dengan agama Hindu. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah
J.C. Van Leur. Ia perpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia di bawah
oleh kaum brahmana karena hanya kaum brahmana yang berhak mempelajari dan
mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan kaum brahmana tersebut di duga karena
undangan para pengusa lokal di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan
agama Hindu ke Indonesia.
Ketiga
teori tersebut sebetulnya juga memiliki kelemahan. Golongan kesatria dan waisya
tidak menguasai bahasa Sanskerta. Oleh karena itu, kecil kemungkinan bagi
mereka untuk menyebarkan agama Hindu yang berintikan bahasa Sanskerta. Kita
ketahui bahwa bahasa sanskerta adalah bahasa sastra tertinggi yang di pakai
dalam kitab suci Weda. Sebalikya, meskipun menguasai bahasa Sanskerta golongan
brahmana tidak boleh menyeberangi laut. Hal ini di dasarkan pada kepercayaan
Hindu kolot yang memiliki pantangan tersebut
e.
Teori
Arus balik
Teori
ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia mengemukakan peranan bangsa Indonesia
sendiri dalam penyebaran dan pengembangan
agama hindu. Penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh kaum
terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India, di Indonesia
terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal dengan sangha. Mereka giat
mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis. Mereka
kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India. Sekembalinya ke
Indonesia mereka mengembangkan agama dan kebudayaan tersebut. Hal ini bisa
diliat dari peninggalan dan budaya yang memiliki corak keindonesiaan.
Itulah
empat teori tentang masuknya agama dan kebudayaan India ke Indonesia. Ke empat
teori tesebut menyebut faktor perdagangan sebagai penyebab masuknya Hindu-
Budha ke Indonesia. Bisa jadi interaksi antara bangsa Indonesia dan India
mustahil terjadi jika tidak ada kontak dagang. Oleh karena itu, tidak aneh jika
di berbagai daerah di temukan peninggalan Hindu- Budha.
Masuk
dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha membawa pengaruh besar di
berbagai bidang, meliputi sebagai berikut.
1)
Agama,
rakyat Nusantara memelk agama Hindu-Buddha.
2)
Pemerintahan,
munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
3)
Tulisan
dan bahasa, rakyat Indonesia mengenal huruf Pallawa dan Sansekerta yang
dituliskan pada prasasti-prasasti.
4)
Arsitektur,
seni bangunan bercorak Hindu-Buddha berasimilasi dengan seni bangunan
Indonesia, misalnya banhunan candi.
5)
Kesusastraan,
munculnya kitab-kitab sastra bercorak Hindu-Buddha.
3.
Perkembangan Agama Buddha di Asia
Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara.
Agama Buddha mengalami perkembangan pesat di India pada masa
pemerintahan Raja Ashoka Vardhana (273-232 SM) dan agama Buddha dijadikan agama
negara.
Di
Asia Tengah, agama Buddha mengalami perkembangan pesat, masuk ke Cina pada
tahun 65 M melalui para rahib yang tinggal di Biara sepanjang jalur Jalan
Sutra. Di Tibet pemimpin Buddha disebut Lama. Agama Buddha masuk ke Kerajaan
Cina masa Dinasti Han. Aliran Budddha Mahayana banyak dianut rakyat Cina.
Sekitar
tahun 108 M Kerajaan Cina menaklukan Korea (Kerajaan Paikche). Hal ini
mengakibatkan agama Buddha masuk ke Korea. Dari koreaa agama Buddha berkembang
ke Jepang pada tahun 538 M. Raja Paikche mengirimkan bingkisan berupa arca
Buddha dan naskah-naskah ajaran Buddha kepada tenno di Yamato.
Masuknya
Buddha di kawasan Asia Tenggara melalui jalur perdagangan laut. Negara-negara
Asia Tenggara yang mendapat pengaruh Buddha, antara lain sebagai berikut.
1)
Thailand : di Kerajaan Sukothai dan Ayuthia
2)
Myanmar : berkembang masa pemerintahan Raja
Anawasta
(1044-1077 M)
3)
Laos :
berkembang pada masa Kerajaan Lan Xang
4)
Kamboja : masa Raja Jayamarwan VII tahun 1211-1219
M
5)
Nusantara : berkembang pesat di Kerajaan Sriwijaya
sekitar abad ke-9.
Penyebaran
agama Buddha dilakukan oleh sebuah misi yang dikenal dengan Dharmaduta. Para
ahli memperkirakan pada abad II Masehi agama Buddha masuk ke Indonesia.
Pendaapat mereka diperkuat dengan adanya penemuan arca Buddha yang terbuat dari
perunggu di Sempaga (Sulawaesi Selatan), jember (Jawa Timur), dan Bukit
Siguntang (Sumatera Selatan). Dilihat dari ciri-cirinya, arca tersebt berasal
dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad II-V Masehi. Selain itu,
ditemukan juga arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota Bangun,
Kutai(Kalimantan Timur).
Agama
Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh para biksu. Para biksu meyebarkan agama
Buddha di Indonesia, diantaranya berasal dari Kashmir yang bernama Gunawarman
(420 M). Pada masa-masa berikutnya pengaruh budaya dan agama buddha ibawa oleh
orang-orang Indonesia sendiri yang belajar di perguruan tinggi Nalanda, India.
Agama Buddha yang tersiar di Indonesia terutama dari aliran Mahayana. Ajaran
agama Buddha bersumber dari kitab suci “Tripitaka”.
4.
Daerah-Daerah Pengaruh Hindu-Buddha
di Indonesia sampai dengan Abad ke-14
Daerah-daerah
yang dipengaruh unsur budaya Hindu-Buddha di Indonesia sampai abad ke-14
semakin luas. Di Sumatera, pengaruh Buddha lebih kuat dibanding pengaruh Hindu.
Hal ini terbukti dengan berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat
penyebaran dan pengembangan agama Buddha di Asia Tenggara. Pusat-pusat agama
Hindu antara lain terdapat di wilayah Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bukti
tertulis yang menjelaskan yaitu adanya prasasti Yupa yang di temukan di temukan
di wilayah Sulawesi Selatan.
Sementara
di wilayah Indonesia Timur, pengaruh unsur Hindu-Buddha masih terbatas, yaitu
hanya sebagian di wilayah P. Buru dan Seram, sedangkan daerah lainnya masih
menganut kepercayaan nenek moyang.
Faktor
penyebab tidak masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke wilayah timur Indonesia,
anatara lain sebagai berikut.
1)
Kawasannya
sangat luas.
2)
Wilayah Indonesia bagian timur
terlalu jauh untuk dijangkau.
3)
Wilayah
Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai timur.
5.
Pengaruh Agama Hindu-Buddha di
Indonesia
a.
Bidang
Kepercayaan
Sebelum
budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang kepercayaan yang berupa
pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat Animisme dan
Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap suatu benda yang
dianggap memiliki roh atau jiwa sedangkan dinamisme merupakan satu kepercayaan
bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan India,
penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha,
diawalai oleh lapisan elite para datu dan keluarganya.
b.
Bidang
Sosial
Dalam
sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat Indonesia tesusun dalam
kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku. Sistem itu kemudian
terpengaruh oleh ajaran agama
Hindu-Buddha sehingga timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
c.
Bidang
Teknologi
Peninggalan
Hindu-Budhadalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia
adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk
punden bertingkat yang digunakan sebagi makam raja dan bagian atas punden
bertingkat dibuatkan patung rajanya. Adapun Candi ddi India berbentul Stupa
bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang
bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak
Buddha antara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
d.
Bidang
Kesenian
Dalam
bidang seni rupa, pengaruh Hindu-Buddha berupa hiasan-hiasan pada dinding candi
(relief) yang sesuai dengan unsur India. Di bidang seni sastra, pengaruh
tradisi Hindu-Buddha berupa penggunaan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta
pada prasasti-prasasti.Ada juga hasil
kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India,yaitu cerita ramayanadan mahabarata
yang di jadikan lakon wayang.banyak kitab Hindu-Budha yang menjadi aset bangsa
saat ini,diantaranya Negarakertagama dan baratayudha.
e.
Bidang
Pendidikan
Di
bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai
akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat, khususnya di bidang
sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang berwewenang
memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-Buddha. Ssalah satu
hasil dari perkembangan pendidikan, di kemukakan oleh I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat
“Universitas” yang dapat menampung ratusan mahasiswa birawan Buddha untuk
belajar agama.
B.
BERKEMBANGNYA KERAJAAN-KERAJAAN
HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
Salah
satu pengaruh India yang berkembang di Indonesia adalah munculnya kerajaan.
Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan
turun-temurun. Ada kerajaan yang berada pedalaman dengan mengandalkan bidang
agraris, ada pula yang terletak di pesisir pantai dengan mengandalkan kegiatan
bahari.
1.
Kerajaan Kutai
Kerajaan
Kutai berkembang pada abad V masehi. Sumber mengenai kerajaan ini berupa
prasasti yang berbentuk tujuh buah yupa yang menggunakan huruf pallawa dan
bahasa sansekerta. Raja terbesar kerajaan kutai adalah Mulawarman. Mulawarman
adalah putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Keluarga Kudungga
pernah melakukan Vratyastoma, yaitu
uapacara pencucian diri untuk masuk agama Hindu. Aswawarman disebut dalam yupa
sebagai dewa Ansuman atau dewa matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta, atau
pendiri keluarga raja.
Raja
Mulawarman pernah mengadakan kurban 20.000 ekor lembu untuk para brahmana di
tanah suci Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa
Syiwa (di Jawa disebut Baprakeswara). Para ahli menyimpulkan bahwa agama yang dianut
Mulawarman adalah Hindu Syiwa.
2.
Kerajaan Tarumanegara
Sumber
mengenai kerajaan Tarumanegara berasal dari tujuh buah prasasti berbahasa
sansekerta dan huruf pallawa. Prasasti tersebut adalah prasasti Ciaruteun,
Kebun Kopi, Jambu, Tugu, Pasar Awi, Muara Cianten, dan Lebak. Seorang musafir
Cina bernama Fa-Hsien pernah datang di Jawa pada tahun 414 M. Ia telah menyebut
keberadaan kerajaan To-lo-mo atau Taruma di Pulau Jawa.
Kerajaan
Tarumanegara diperkirakan berkembang pada abad V M. Raja terbesar yang berkuasa
adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman meliputi hapir seluruh Jawa
Barat dengan pusat kekuasaan di daerah Bogor, Raja pernah memerintahkan
pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah saluran panjang 6.112 tumbak (±
11 km). Saluran itu selain berfungsi untuk mencegah bahaya banjir. Saluran ini
selanjutnya disebut sebagai sungai Gomati. Setelah selesai panggalian, Raja
mengadakan upacara kurban dengan memerikan hadiah 1.000 ekor lembu bada
Brahmana.
3.
Kerajaan Sriwijaya
Keberadaan
kerajaan ini diketahui melalui enam buah prasasti yang menggunakan bahasa
melayu kuno dan huruf pallawa, serta telah menggunakan angka tahun saka.
Prasasti tersebut adalah Kedukan Bukit, Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan
Karang Berahi. Nama Sriwijaya juga terdapat dalam berita Cina dan disebut
Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih. Sementara itu di berita Arab, Sriwijaya disebut
dengan Zabag atau Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Seorang pendeta Cina yang
bernama I-Tsing sering dataang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M. Ia menceritakan
bahwa di Sriwijaya terdapat 1.000 orang pendeta yang menguasai agama seperti di
India. Berita dari Dinasti Sung juga menceritakan tentang pengiriman utusan
dari Sriwijaya tahun 971-992 M.
Raja
pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Raja yang terkenal dari
kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad IX M.
Sriwijaya merupakan pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha di Asia
Tenggara. Menurut berita I-Tsing, pada abad VIII M di Sriwijaya terdapat 1.000
oarang pendet yang belajar agama Buddha di bawah bimbingan Sakyakirti. Menurut
prasasti Nalanda, para pemudu Sriwijaya juga mempelajari agama Buddha dan ilmu
lainnya di India. Kebudayaan Kerajaan Sriwijaya sangat maju dan bisa dilihat
dari peninggalan suci sepeti stupa, candi, atau patung/arca Buddha seperti
ditemukan di Jambi, Muara Takus, dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit
Siguntang (Palembang).
4.
Kerajaan Mataram Hindu
Keberadaan
kerajaan Mataram dapat diketahui melalui Prasasti Canggal (723 M), Kalasan (778
M), Mantyasih (907 M), dan Klurak (782 M). Semua prasasti ditulis dengan huruf
pranagari dan bahasa sansekerta. Kejayaan kerajaan Mataram terlihat pada
bangunan-bangunan Candi seperti Dieng, Gedong Sanga, Borobudur, Mendut,
Plaosan, Prambanan, dan Sambi Sari.
Kerajaan
Mataram di perintah dua dinasti atau wangsa Sanjaya (Hindu Syiwa) dan
Syailendra (Buddha). Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera
dalam prasasti Ligor, Nalanda, maupun Klurak. Raja-raja dari dinasti Sanjaya tertera
dalam prasasti Mantyasih. Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan adanya
pernikahan Rakai pikatan dengan Pramudyawardani (putri dari Samaratungga). Pada
masa pemerintahan Wawa (abad X M), Mataram mengalami kemunduran dan pusat
pemerintahan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sendok. Dinasti Isyana berdiri
dengan kerajaannya adalah Medang Mataram.
5.
Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan
Medang Kamulan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Mataram di Jawa Tengah.
Kerajaan Medang Kamulan diperkirakan terletak di Lembah Sungai Brantas,
wilayahnya meliputi Nganjuk, Surabaya, Pasuruan, dan Malang. Sumber sejarahnya,
antara lain sebagai berikut.
a.
Prasasti
Empu Sindok (933 M) ditemukan di Desa Tengeran, Jombang.
b.
Prasasti
Ladang/Candi Lor (939 M) berbentuk Tugu.
c.
Prasasti
Kalkuta, dibuat masa Raja Airlangga.
d.
Berita
dari Cina masa Dinasti Sung.
Kerajaan
Medang Kamulan pendirinya adalah Empu Sindok sekaligus pendiri Dinasti Isyana.
Beliau memerintah dengan adil dan bijaksana. Masa pemerintahannyaagama Hindu
dan Buddha hidup berdampingan. Empu Sindok digantikan dengan cucunya yaang
bernama Dharmawangsa. Ia bercita-cita menguasai jalur perdagangan dan pelayaran
Nusantara yang ketika itu dikuasai Sriwijaya. Untuk itu, pada tahun 991M
Dharmawangsa menyerang Malaka dan Sriwijaya.
Pada
tahun 1017 M Kerajaan Medang mengalami Pralaya
akibat serangan dari Wurawari. Airlangga berhasil meloloskan diri. Pada
tahun 1023 Airlangga dinobatkan menjadi Raja Medang menggantikan Dharmawangsa.
Ia berhasil menyatukan kembali kerajaan, memindahkan ibu kota Kerajaan Medang
dari Wutan Mas ke Kahuripan tahun 1031, memperbaiki pelabuhan Ujung Galuh, dan
membangun bendungan Wringin Sapta. Pada tahun 1041 Airlangga mundur dari
takhtanya dan membagi kekuasaan menjadi dua kerajaan yaitu Jenggala dan Panjalu
dengan batas Sungan Brantas. Pembagian kerajaan dilakukan oleh seorang brahmana
yang terkenal kesaktiannya, yaitu Mpu Bharada.
6.
Kerajaan Kediri
Kerajaan
kediri semula bernama panjalu (bagian dari Medang Mataram). Kisah kerajaan ini
termuat dalam prasasti Banjaran (1052 M) yang menjelaskan kemenangan Panjalu
atas Jenggala dan prasasti Hantang (1052 M) yang menjelaskan Panjalu pada masa
Jayabaya. Selain itu, ada kakawin Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Panuluh tahun
1156 M yang menceritakan Kediri/Panjalu atas Janggala. Berita Cina yang
berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-fei tahun 1178 M dan kitab
Chu-fan-chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
Raja
Kediri yang terkenal antara lain Raja Kameswara (1115-1130 M). Ia menggunakan
lencana Candrakapala, yaitu tengkorak yang bertaring. Raja Jayabaya memerintah
tahun 1130-1160 mempergunakan Narasingha, yaitu setengah manusia setengah
singa. Pada tahun 1181 pemerintahan Raja Sri Gandra ditandai dengan penggunaan
nama-nama binatang sebagai namanya seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh, Macan
Putih, dan Gajah Kuning. Kertajaya menjadi Rajaa Kediri tahun 1200-1222. Ia
memakai lencana Garudamuka seperti Raja Airlangga, mtetapi kurang bijaksana dan
tidak disukai oleh rakyat terutama kaum brahmana. Hal inilah yang akhirnya
menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri karena kaum brahmana meminta
perlindungan kepada Ken Arok di Singasari sehingga pada tahun 1222 Ken Arok
berhasil menghancurkan Kediri.
7.
Kerajaan Singasari
Keberadaan
Kerajaan Singasari didasarkan pada kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca
yang menjelaskan raja-raja yang memerintah di Singasari serta kitab Pararaton
yang juga menceritakan keajaiban Ken Arok. Ken Arok semula sebagai akuwu
(bupati) di Tumapel menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya karena
tertarik kepada Ken Dedes isteri Tunggul Ametung. Pada tahun 1222 M Ken Arok
menyerang kediri sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di
desa Ganter. Ken Arok menyatakan dirinya sebagai Raja Singasari dengan gelar
Sri Rangga Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
Raja
Singasari yang terkenal adalah Kertanegara Karena di bawah pemerintahannya
Singasari mencapai puncak kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja
Sri Kertanegara mempunyai gagaasan politik untuk memperluas wilayah
kekuasannya, menyingkirkan lawan-lawan politiknya, menumpas pemberontakan,
menyatukan agama Syiwa dan Buddha menjadi agama Tantrayana (Syiwa Buddha
dipimpin oleh Dharma Dyaksa), melakukan politik perkawinan, dan mengirim
ekspedisi Pamalayu tahun1275. Setelah Kertanegara meninggal karena serbuan
tentara kubilai khan dari Mongol dan serangan Jayakatwang dari kediri tahun
1292, diberi penghargaan di Candi Jawi sebagai Syiwa Buddha, di Candi Singasari
sebagai Bhairawa dan di Sagala sebagai Jina (Wairocana) bersama permaisurinya
Bajradewi. Penginggalan Singasari antara lain Candi Kidal, Candi Jago, Candi
Singasari, dan Putung Joko Dolok (Perwujudan Kartanegara).
8.
Kerajaan Majapahit
Sumber
kerajaan Majapahit berupa kitab. Kitab Pararaton yang menjelaskan tentang
raja-raja Majapahit. Kitab Negarakertagama (karya Mpu Prapanca pada tahun 1365)
menjelaskan keadaan kota Majapahit, daerah jajahannya, dan perjalanan Hayam
Wuruk mengelilingi daerah kekuasaaanya. Kitab Sundayana menjelaskan tentang
Perang Bubat. Kitab Usaha Jawa
menjelaskan tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar.
Berita-berita Cina dari Dinasti Ming (1368-1643) dan Ma-Huan dalam bukunya Ying
Yai menceritakan tentang keadaan masyarakat dan kota Majapahit tahun 1418 serta
berita dari Portugis tahun 1518.
Raden
Wijaya berhasil memanfaatkan tentara Kubilai
Khan untuk menyerang Jayakatwang di Kediri. Pada tahun 1293 Raden Wijaya
dinobatkan menjadi Raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa
Jayawisnuwardhana. Raja berikutnya adalah Jayanegara dan Tribuana Tungga Dewi.
Pada tahun 1350 Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk yang bergelar
Rajasanegara. Ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Adityawarman, dan Mpu
Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Daerah
kekuasaanya hampir meliputi seluruh Nusantara dan Majapahit berkembang sebagai
kerajaan maritim sekaligus kerajaan agraris. Untuk menguasai Pajajaran, Gajah
Mada melakukan politik perkawinan yang berakibat terjadinya peristiwa Bubat tahun 1357. Dalam
rangka menjalin persahabatan dengn negara-negara btetangga Majapahit menerapkan
Mitreekasatata yang berarti sahabat atau sahabat sehaluan atau hidup
berdampingan secara damai. Sepeniggal gaja mada(1364) dan Hayam wuruk tahun
(1389), takhta Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana. Pada tahun 1389-1429
Majapahit diwarnai oleh Perang Paregreg atau perang saudara antara
Wikramawardhana dengan Bhre Wirabumi. Inilah awal kehancuran Majapahit yang
ditandai dengan candrasengkala ilang sima
kertaning bhumi.
9.
Kerajaan Holing (Kaling)
Keberadaan
kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan
Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah nama ini diperkirakan
berasal dari nama sebuah kerajaan di India Talingga. Tidak ditemukan
peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut berita Cina,
kotanya dikelilingi dengan pagar kayu rajanya beristanaa di rumah yang
bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja terbuat daari
gading. Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis dan mengenali ilmu
perbinatangan. Dalam berita cine tersebut adanya ratu His-mo atau sima, yang
memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yaang tegas, jujur, da bijaksana. Hukum dilaksanakan
dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang bersama agamaa Hindu. Hal
ini dapat terlihat dengan datangnya ;;pendeta Cina Hwi Ning di Kaling dan tinggal selam 3 tahun. Degan bantuan seorang
pendeta setempat yang bernama Jnanabhadra, Hwi Ning menerjemahkan kitab
Hinayanaa dari bahasa sansekerta.
C.
TEORI MASUKNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN
ISLAM DI INDONESIA
Di Indonesia kebudayaan merupakan
suatu hal yang menjadi kebanggaan dalam masyarakat. Hal ini karena Indonesia
memiliki banyak keanekaragaman kebudayaan yang unik dan bervariasi. Masyarakat
merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama menghasilkan budaya. Dengan
demikian tidak ada masyarakat yang hidup tanpa budaya, begitu juga sebaliknya
tidak ada kebudayaan tanpa ada masyarakat yang menjadi unsur penghasilnya.
Berbagai kebudayaan yang ada saat ini tidak terlepas dari pengaruh zaman dahulu
dimana awal budaya tersebut baru berkembang. Jawa merupakan salah satu wilayah
di indonesia yang memiliki banyak budaya. Dalam kebudayaan di Jawa banyak hal
yang mempengaruhi bagaimana budaya tersebut lahir dan berkembang. Salah satu
hal yang mempengaruhi perkembangan budaya tersebut adalah masalah agama.
Sebagaimana yang diketahui, di Jawa
budaya sangat kental kaitannya dengan agama. Terlebih agama Islam yang menjadi
mayoritas agama penduduk di Jawa. Dalam perkembangannya banyak sekali budaya di
Jawa yang di dalamnya sarat dengan unsur religi. Hal ini menjadikan budaya
tersebut sakral di kalangan masyarakat.
Masuknya Islam ke Indonesia pada
awalnya hanya membawa ajaran peribadatan. Namun lambat laun lahir budaya dari
ajaran Islam tersebut. Selain itu terjadi pula akulturasi dari masuknya Islam
ke Indonesia. Jawa merupakan salah satu wilayah yang menarik untuk mempelajari
bagaimana akulturasi tersebut terjadi karena di Jawa banyak budaya yang lahir
dan berkembang dari proses ini. Di Jawa, agama Islam merupakan agama yang mudah
diterima masyarakat pada awal masuknya agama Islam di daerah tersebut.
Penyebaran agama Islam yang berkembang dan dapat diterima masyarakat dengan
mudah tidak terlepas dari tokoh yang melakukan penyebaran agama tersebut. Di
Jawa tokoh yang terkenal dalam penyebaran agama Islam adalah Wali Songo. Wali
Songo memiliki cara tersendiri dalam melakukan dakwah sehingga agama Islam
sangat berkembang saat itu. Saat itu Jawa sedang dikuasai oleh kerajaan Demak
yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa.
1.
Proses
Masuknya Islam di Indonesia
Saat Islam masuk di Indonesia
pengaruh Hindu-Budha masih sangat kuat. Namun Islam dapat berkembang
berdampingan dengan agama Hindu-Budha. Islam datang ke Indonesia dibawa oleh
pedagang muslim, sama halnya dengan agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia. Para
pedagang tersebut datang untuk berdagang sambil menyebarkan agama yang
dibawanya karena bagi mereka setiap muslim adalah penyebar agama. Proses
persebaran Islam di Indonesia berlangsung lancar. Kelancaran ini dikarenakan
syarat-syarat untuk memeluk Islam tidaklah sukar. Selain itu Upacara-upacara
dalam Islam juga cenderung lebih sederhana daripada upacara dalam agama Hindu
atau Buddha. Menurut catatan Tome Pires, kaum bangsawan Hindu-Buddha di Jawa
masuk Islam dengan sukarela tanpa paksaan. Penyebaran Islam disampaikan sesuai
dengan adat dan tradisi pribumi Indonesia. Islam juga tidak mengenal
pengkastaan dan menganggap derajat manusia itu sama.
Sampai saat ini ada beberapa teori
yang menjelaskan mengenai masuknya islam ke Indonesia. Tidak mudah menyimpulkan
bagaimana Islam masuk ke Indonesia karena begitu banyak sumber yang menjelaskan
mengenai hal ini. Namun dari banyak teori yang ada, dapat diketahui bahwa Islam
masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang muslim dari Arab, Persia, India
(Gujarat dan Benggala) sekitar abad ke-7 sampai ke-13 M.
Berbagi teori yang menjelaskan
masuknya Islam ke Indonesia antara lain :
1)
Teori
Gujarat. Teori
Gujarat menjelaskan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat merupakan wilayah yang
terletak di India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh pertama yang
mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke
19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan
Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke-7 M). Namun yang menyebarkan Islam ke
Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan
pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur,
termasuk Indonesia.
2)
Teori
Mekah. Teori
Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari
Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad
ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah
atau yang dikenal dengan nama Hamka, salah seorang ulama sekaligus sastrawan
Indonesia.
3)
Teori
Persia. Teori
Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein
Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein
lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang
berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.
4)
Teori
Cina. Teori Cina
mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat
Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha,
etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia, terutama
melalui kontak dagang.
2.
Proses
Penyebaran Islam di Indonesia
Kedatangan
Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat
umumnya, dilakukan secara lancar. Hal ini dikarenakan Islam agama yang mudah
dipelajari. Pedagang merupakan awal mula tersebarnya ajaran Islam tersebut.
Selain pedagang ada proses Islamisasi yang terjadi melalui bebrapa hal.
Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang tersebut, yaitu:
1)
Melalui
Perdagangan. Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya
ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas
perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di
bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim
(Arab, Persia, India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan
saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini
menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang.
2)
Melalui
perkawinan. Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi
yang paling memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin,
tempat mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yauitu suami
isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini
berarti membentuk masyarakat muslim.
3)
Melalui
Tasawuf. Tasawufmerupakan salah satu saluran yang penting dalam proses
Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan
sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada
tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. Hal itu berkaitan langsung dengan
penyebaran Islam di Indonesia.Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam
kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan
hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya.
4)
Melalui
Pendidikan. Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses
Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi
para santri.Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru
agama, kyai-kyai,atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari
berbagai kitab-kitab,setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali
ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi
kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang
mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius
yang lebih jauh lagi.
5)
Melalui
kesenian. Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat
atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini
telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon,
masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya.Contoh lain
dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang,yang digemari oleh masyarakat.
Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan
juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut.
Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.
6)
Melalui
Politik. Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi.
Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak
rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan
bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan
Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam
terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini.
3.
Wujud
Akulturasi Kebudayaan Islam di Indonesia
Sebelum datangnya Islam, Indonesia
sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha.
Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi yang
melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam
tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai
hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material
tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1)
Seni
Bangunan. Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan
masjid, makam, istana. Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di
Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan
shalat jumat. Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai cirri
khas tersendiri, diantaranya :
a)
Atapnya
berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu
ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
b)
Tidak
adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten
dan masjid Kudus.
c)
Biasanya
masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya
didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya
rakyat dan raja sesama makhluk Allah.
2)
Seni
Rupa. Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir
relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun
terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat
keserasian.
3)
Aksara
dan Seni Sastra. Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap
bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab,
bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab
gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi
tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping
itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan
sebagai motif hiasan ataupun ukiran. Sedangkan dalam seni sastra yang
berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari
perpaduan sastra pengaruh Hindu-Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat
pengaruh Persia.
4)
Sistem
Pemerintahan. Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah
berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam
masuk, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya
dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti
Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak
Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila
rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara
Islam.
5)
Sistem
Kalender. Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah
mengenal Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender
Saka ini ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan
kliwon. Setelah berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan
kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah)
seperti tahun Hijriah (Islam). Nama-nama bulan yang digunakan adalah 12, sama
dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Demikian pula, nama-nama bulan
mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar (Safar), Mulud
(Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal),
Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan),
Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah).
Dengan masuknya Islam, Indonesia
kembali mengalami proses akulturasi. Masuknya Islam tersebut tidak berarti
kebudayaan yang sebelumnya yaitu Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai
hasil dari proses akulturasi tersebut antara lain dalam hal seni bangunan, seni
rupa, seni sastra, dan sistem pemerintahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Algo Wijaya. (2012). Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia. [Online].
Tersedia: http://iwak-pithik.blogspot.com/2012/03/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html [diakses 04
Maret 2012].
Bachri, Saiful. (1996). Sejarah Islam. Surakarta :
UNS.
Saifullah. (2010). Sejarah dan Kebudayaan di Asia
Tenggara. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
0 komentar:
Posting Komentar