Fungsi dan Makna Afiks dari bahasa
Asing
a. Fungsi dan
Makna Afiks dari bahasa Inggris
Kalau
kita perhatikan afiks dari bahasa Inggris dapat membentuk kata benda menjadi
kata sifat seperti afiks -is dan membentuk kata benda menjadi kata benda
abstrak seperti afiks -is –isme dan afiks –isasi. perhatikan contoh-contoh
berikut ini. Marhaenis memiliki sifat atau jiwa marhaen. Agamais maknanya
memiliki sifat taat kepada agama. Sapta Margais memiliki makna mempunyai sifat
patuh kepada Sapta Marga.
Afiks
–isme berfungsi untuk membentuk kata benda menjadi kata benda abstrak.
Misalnya, suku + -isme menjadi sukuisme; Pancasila + -isme menjadi
Pancasilaisme; Bapak + -isme menjadi Bapakisme; Marhaen + -isme menjadi
Marhaenisme. Adapun makna yang dinyatakan adalah ‘hal yang berhubungan dengan
bentuk dasarnya’. Jadi, sukuisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan suku
(kesukuan)’. Pancasilaisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan Pancasila’.
Marhaenisme bermakna ‘hal yang berhubungan dengan Marhaen’.
Seperti
halnya –isme, afiks –isasi yang diserap dari bahasa Inggris juga berfungsi
membentuk kata benda abstrak. neon + isasi menjadi neonisasi. turi + -isasi
menjadi turinisasi. Lele +-isasi menjadi lelenisasi. Swasta + -iasasi menjadi
swastanisasi. Adapun makna yang dinyatakan adalah ‘hal yang berhubungan dengan
pemasangan neon’. Turinisasi ‘hal yang berhubungan dengan penanaman turi’.
Lelenisasi ‘hal yang berhubungan dengan pemeliharaan lele’. Swastanisasi
bermakna ‘hal yang berhubungan dengan perubahan status menjadi swasta’.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat
Sufiks
adalah afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kata dasar, misalnya: -an, -kan, dan -i; akhiran;
Sufiks -isasi
membentuk kata benda abstrak, contoh:
Organisasi organ
Spesialisisasi spesialis
Globalisasi global
Akhiran -isme dan -isasi juga merupakan jenis imbuhan serapan. Mulanya pemakaian
kedua imbuhan ini sangat terbatas pada kata-kata tertentu, seperti liberalisme dan westernisasi. Pemakaiannya tidak hanya pada kata dasar dari bahasa
Inggris atau Belanda. Kata-kata Indonesia asli pun banyak yang menggunakan
kedua imbuhan tersebut, seperti bapakisme,
Indonesisasi.
. Sufiks –isasi
yang diserap dari bahasa Inggris ini sangat produktif dan berfungsi membentuk kata
nomina abstrak.
-isasi - 'proses'
Contoh:
a)
Perusahaan
yang bangkrut itu tidak mempunyai inventarisasi
yang cukup.
b)
Ia
mengambil spesialisasi bidang
kedokteran anak.
c)
Ibu
aktif dalam pelbagai organisasi di
kantornya.
A.
Perbedaan awalan ke- dan depan ke
Ke sebagai
awalan merupakan
sebuah imbuhan yang letaknya di depan kata dasar. Penulisan awalan ke digabung
dengan kata yang mengikutinya.
Contoh:
Contoh:
1.
Para
peserta menyetujui usulan ketua rapat.
2.
Dia
patah hati karena ditinggalkan kekasihnya.
3.
Tamu
penting menduduki kursi pada baris kesatu.
Kata depan ke digunakan untuk menandai makna 'tempat, arah, atau sesuatu
yang dituju'. Penulisan kata depan ke dipisah dengan kata yang
mengikutinya.
Contoh:
1.
Sebelum
menyeberang jalan, Sarah terlebih dahulu melihat ke kiri dan ke kanan.
2.
Ayah
pergi ke kantor setiap pagi dari Senin hingga Jumat.
3.
Keluarga
kami akan pergi bertamasya ke kebun binatang.
B.
Akhiran
–i dan –kan sering tertukar
Akhiran (–i)
Akhiran –i
berfungsi membentuk pokok kata. Makna akhiran –i:
1.
menyatakan makna perbuatan yang
tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang. Contohnya: memukuli
(memukul berulang-ulang).
2.
menyatakan makna memberi apa yang
tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: menggarami, memagari, dan menomori.
3.
menyatakan makna tempat. Contohnya:
menduduki dan mendatangi.
Akhiran (–kan)
Akhiran –kan tidak berfungsi membentuk kata, melainkan
berfungsi membentuk pokok kata. Makna akhiran –kan:
1.
menyatakan makna benefaktif (perbuatan
yang dilakukan untuk orang lain). Contohnya: membacakan, membelikan, dan
membawakan.
2.
menyatakan makna menyebabkan sesuatu
melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: menerbangkan
dan memberangkatkan.
3.
menyatakan makna sesuatu menjadi
yang seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: meluaskan dan
membetulkan.
4.
menyatakan
menyebabkan sesuatu jadi atau menganggap sesuatu sebagai apa yang tersebut pada
bentuk dasar.
Contohnya:
mendewakan (menganggap … sebagai dewa) dan mengurbankan (menyebabkan … jadi
kurban).
5.
menyatakan membawa/ memasukkan sesuatu ke
tempat yang tersebut pada bentuk dasar. Contohnya: memenjarakan (memasukan … ke
penjara) dan menyeberangkan (membawa … ke seberang).
C.
Penggunaan
kata depan pada dan kepada
Kata
depan (preposisi) Pada
1. Kalau
kata depan “di” digunakan
untuk menyatakan “tempat yang sebenarnya”, (di Tokyo, di kamar
dll.) maka kata depan “pada” diletakkan di muka kata benda (nomina) atau
frase benda yang “bukan nama tempat sebenarnya” (pada perusahaan,
pada departemen dll.) sebagai varian dari kata depan “di”.
Contoh:
a. Dia bekerja sebagai supir pada sebuah perusahaan dagang di Tokyo..
b. Perasaan sedih dan sepi masih terbayang pada wajahnya.
c. Aku ingin tahu,masih adakah perasaan cinta pada dirimu?
Contoh:
a. Dia bekerja sebagai supir pada sebuah perusahaan dagang di Tokyo..
b. Perasaan sedih dan sepi masih terbayang pada wajahnya.
c. Aku ingin tahu,masih adakah perasaan cinta pada dirimu?
2. Kata
depan “pada”
digunakan untuk menyatakan “tempat keberadaan.”. Letaknya di muka
kata ganti orang (pronomina), nama perkerabatan, nama pangkat dan gelar.
Contoh:
a. Kunci kamarmu ada pada ibu.
b. Pada saya ada beberapa foto kenangan bersama kamu.
c. Oleh-oleh untuk kamu saya titipkan pada Maria.
Contoh:
a. Kunci kamarmu ada pada ibu.
b. Pada saya ada beberapa foto kenangan bersama kamu.
c. Oleh-oleh untuk kamu saya titipkan pada Maria.
Kata
depan (preposisi) Kepada
Kata depan “kepada” digunakan untuk menyatakan “tempat yang dituju”. Letaknya di depan obyek dalam kalimat yang predikatnya mengandung makna “tertuju terhadap sesuatu”. Kalau kata depan “ke” menyatakan “arah tempat yang sebenarnya”, maka kata depan “kepada” menyatakan “arah tempat yang tidak sebenarnya”.
Contoh:
a. Kami ke pos polisi untuk melaporkan hal itu kepada polisi.
b. Mereka akan minta bantuan kepada Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
c. Setiap tamu yang datang ke desa itu harus melapor kepada kepala desa.
(2) Sebagai varian kata depan “akan” dapat digunakan kata depan “kepada” untuk menyatakan “arah yang dituju”.
Contoh:
a. Pada malam hari anak itu takut sekali kepada hantu.
b. Dia selalu ingat kepada pacarnya yang tinggal di Bandung.
c. Karyawan itu ditegur karena lupa kepada kewajibannya
kasus
Catatan:
Kata depan “pada” sebaiknya tidak digunakan di depan obyek dalam kalimat yang predikatnya mengandung makna “tertuju terhadap sesuatu”. Dalam hal ini kata depan “pada” sebaiknya diganti dengan kata depan “kepada”.
Contoh:
a. Dia minta tolong pada ayahnya. (x)
Dia minta tolong kepada ayahnya.(○)
b. Kecaman itu ditujukan pada pemerintah.(x)
Kecaman itu ditujukan kepada pemerintah.(○)
c. Hadiah ini kuberikan sebagai tanda cinta pada kamu.(x)
Hadiah ini kuberikan sebagai tanda cinta kepada kamu. (○)
Kata depan “pada” sebaiknya tidak digunakan di depan obyek dalam kalimat yang predikatnya mengandung makna “tertuju terhadap sesuatu”. Dalam hal ini kata depan “pada” sebaiknya diganti dengan kata depan “kepada”.
Contoh:
a. Dia minta tolong pada ayahnya. (x)
Dia minta tolong kepada ayahnya.(○)
b. Kecaman itu ditujukan pada pemerintah.(x)
Kecaman itu ditujukan kepada pemerintah.(○)
c. Hadiah ini kuberikan sebagai tanda cinta pada kamu.(x)
Hadiah ini kuberikan sebagai tanda cinta kepada kamu. (○)
0 komentar:
Posting Komentar