BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia
merupakan makhluk yang memiliki berbagai potensi, minimal potensi yang dia
miliki adalah pendengaran, penglihatan, dan hati. Guna memaksimalkan semua
potensi tersebut, maka harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya,
supaya berjalan dan terarah sesuai dengan yang diharapkan. Karena itu, manusia
harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Di lain pihak manusia
juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk
yang lain.
Landasan
pendidikan merupakan fondasi untuk memperkuat dan memperkokoh dunia pendidikan,
khususnya pendidikan di Indonesia dalam rangka untuk membangun dan menciptakan
pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Oleh karena itu, pengetahuan landasan
pendidikan merupakan sarana untuk memberikan dasar-dasar pemahaman tentang
pendidikan secara komprehensif integral.
Kontruktivisme
merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
merupakan hasil konstruksi kita sendiri. Dan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran, perlunya pengembangan untuk mengembangkan pengetahuan sendiri.
Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan
kondisi pembelajaran yang ideal yang telah dimaksud disini adalah suatu proses
belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan
perspektif siswa sekolah dasar.
Kebudayaan
Indonesia ialah kebudayaan yang berdasarkan Pancasila. Kebudayaan tersebut
telah mengikat dan mempersatukan setiap kelompok suku bangsa Indonesia.
Pancasila membuat indonesia tetap teguh dan bersatu didalam keragaman budaya
dan menjadikan pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya satu
dengan budaya lain.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan landasan
pendidikan?
2.
Apa fungsi landasan pendidikan?
3.
Apa saja jenis-jenis landasan
pendidikan?
4.
Apakah yang dimaksud dengan kontruktivisme?
5.
Apa saja ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme?
6.
Apa saja prinsip-prinsip kontruktivisme?
7.
Bagaimana pembelajaran menurut kontruktivisme?
8.
Apa saja kendala-kendala dalam penerapan
pembelajaran menurut kontruktivisme?
9.
Apa yang dimaksud dengan pancasila dan kebudayaan?
10.
Mengapa pancasila berakar dari
kebudayaan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk memberikan informasi tentang
landasan pendidikan dan jenis landasan pendidikan.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis landasan
pendidikan.
3.
Untuk memberikan informasi tentang
pengertian kontruktivisme.
4.
Untuk mengetahui ciri-ciri pembelajaran
kontruktivisme.
5.
Untuk memberikan informasi tentang
pengertian pancasila dan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Pendidikan dan Jenis
Landasan Pendidikan
1.
Pengertian Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan terdiri dari dua suku kata, yaitu kata landasan dan
pendidikan. Untuk lebih jelasnya, maka dibawah ini penulis akan mencoba untuk
memaparkannya.
2.
Pengertian Landasan
Landasan adalah dasar tempat berpijak atau tempat di mulainya suatu
perbuatan. Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation,
yang dalam bahasan Indonesia menjadi fondasi. Dalam membuat suatu
bangunan, fondasi merupakan bagian yang sangat penting agar bangunan itu bisa
berdiri tegak dan kokoh serta kuat. Tiang, genting, kaca, dan yang lain
sebagainya, dalam suatu bangunan, tidak akan bisa berdiri dan menempel tanpa
ada fondasi tersebut.
Jadi, dilihat dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa landasan adalah fondasi atau dasar tempat berpijaknya sesuatu.
3.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik, kata ini mendapatkan awal me,
sehingga menjadi mendidik, artinya memelihara dan memberi
latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya
pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
Di bawah ini saya sampaikan beberapa pengertian pendidikan menurut para
ahli, di antaranya :
a.
Pertama, menurut Ahmad D. Marimba (1989: 19),
pendidikan adalah bimbingan/pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama.
b.
Kedua, menurut A. Tafsir (2004: 27),
menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang
agar ia berkembang secara maksimal.
c.
Ketiga, menurut John Dewey (1959), pendidikan
adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi
dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin
pula terjadi secara sengaja dan di lembagakan untuk menghasilkan kesinambungan
sosial.
d.
Keempat, menurut M.J. Langeveld (1957),
pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan
anak-anak merupakan lapangan dalam suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.
e.
Kelima, menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 bab 1
ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan
atau titik tolak. dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
4.
Fungsi Landasan Pendidikan
Misi utama landasan
pendidikan ini tertuju kepada pengembangan wawasan kependidikan, yaitu
berkenaan dengan berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan yang
harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara
pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan tugasnya. Berbagai asumsi
pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh seseorang tenaga kependidikan
akan berfungsi memberikan dasar rujukan konseptual dalam rangka praktek
pendidikan dan atau studi pendidikan yang dilaksanakannya. Dengan kata lain,
fungsi landasan pendidikan adalah sebagai dasar pijakan atau titik tolak
praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
5.
Jenis-Jenis
Landasan Pendidikan
1) Landasan
religius pendidikan
Landasan
religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
2) Landasan
filosofis pendidikan
Landasan
filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang
menjadi titik tolak dalam pendidikan.
3)
Landasan ilmiah pendidikan
Landasan ilmiah
pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu tertentu yang
menjadi titik tolak dalam pendidikan. Dengan berbagai disiplin ilmu seperti
psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, atau sejarah.
a)
Landasan psikologis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah psikologi yang menjadi titik tolak dalam
pendidikan.
b)
Landasan sosiologis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah sosiologi yang menjadi titik tolak dalam
pendidikan.
c)
Landasan antropologi pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah antropologi yang menjadi titik tolak dalam
pendidikan.
d)
Landasan ekonomi pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah ekonomi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.
e)
Landasan biologis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah biologi yang menjadi titik tolak
dalam pendidikan.
f)
Landasan politik pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah politik yang menjadi titik
tolak dalam pendidikan.
g)
Landasan historis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari konsep dan praktek pendidikan masa lampau
(sejarah) yang menjadi titik tolak perkembangan pendidikan masa kini dan masa
datang.
h)
Landasan fisiologis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah fisiologi tentang manusia yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
i)
Landasan hukum/yuridis pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundangan yang berlaku yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan.
Berdasarkan sifat ini asumsi-asumsinya
Landasan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua jenis :
1)
Landasan deskriptif pendidikan :
asumsi-asumsi tentang kehidupan manusia sebagai sasaran pendidikan apa adanya
(Dasein) yang dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan. Yang meliputi :
landasan psikologi pendidikan, landasan biologi pendidikan, landasan sosiologi
pendidikan, landasan antropologi pendidikan.
2)
Landasan preskriptif pendidikan :
asumsi-asumsi tentang kehidupan manusia yang ideal / diharapkan /
dicita-citakan (Das Sollen) yang disarankan menjadi titik tolak studi
pendidikan dan atau praktek pendidikan. Yang meliputi : landasan filosofis
pendidikan, landasan religius pendidikan, dan landasan yuridis pendidikan.
B.
Pengertian
Kontruktivisme
Konstruktivisme berasal
dari kata kontruktiv dan isme. Kontruktiv berarti
bersifat membina, mempelajari,
memperbaiki, dan membangun. Sedangkan isme dalam kamus bahasa indonesia berarti
paham atau aliran . Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri.
Pandangan dalam pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar
menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, Sedangkan guru yang
membimbing siswa ketingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Tran Vui juga mengatakan bahwa teori
konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia
yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan bantuan fasilitas
orang lain. Sedangkan menurut Martin El Al mengemukakan bahwa konstruktivisme
menekankan bahwa pentingnya sikap siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuan
melalui hubungan saling mempengaruhi dari belajar sebelumnya dengan belajar
baru. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagai landasan pradigma pembelajaran , Konstruktivisme
menyerutkan perlunya partisipasi aktif
siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembangan untuk mengembangkan
pengrtahuan sendiri.
1.
Ciri-ciri
pembelajaran kontruktivisme
Menurut suparno (1997:49) secara
garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil adalah :
1) Pengetahuan
dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial,
2) Pengetahuan
tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan kreaktivitas siswa sendiri
untuk bernalar,
3) Siswa
aktif mengkonstruksikan secara terus-menerus sehingga terjadi perubahan konsep
ilmiah,
4) Guru
berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa
berjalan mulus.
Berikut ini ciri-ciri pembelajaran
menurut beberapa literatur yaitu :
a.
Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman
atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
b.
Belajar adalah proses penafsiran tentang
dunia
c.
Belajar merupakan proses yang aktif
dimana makna dikembangkan berdasarkan pengalaman.
d.
Pengetahuan tumbuh karena adanya
perundingan ( Negoisasi ) makna melalui bebagai informasi atau menyepakati
suatu pandangan dala berinteraksi atau bekerja sama dengan orang lain.
2.
Prinsip-prinsip
kontruktivisme
Secara garis besar prinsip-prinsip
konstruktivisme yang di terapkan dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut :
1.
Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2.
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari
guru ke murid, kecuali hanya keaktivan menalar.
3.
Murid aktif mengkonstruksikan secara
terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.
4.
Guru sekedar membantu menyediakan sarana
dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar
5.
Struktur pembelajaran seputar konsep
diutamakan pada pentingnya sebuah pernyataan.
6.
Mencari dan menilai pendapat siswa
7.
Menyesuaikan bahan pengajaran untuk
menggapai anggapan siswa.
Dari
semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun
pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini
dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan
sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar
menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru
dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan
dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
3. Pembelajaran Menurut
konstruktivisme
Siswa
mencari arti sendiri yang dari mereka pelajari, ini merupakan proses penyesuaikan
diri konsep-konsep dan ide-ide baru yang dengan membentuk kerangka pikiran yang
telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan
sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu. Proses
perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi
pembelajaran yang ideal yang telah dimaksud disini adalah suatu proses belajar mengajar
yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa sekolah
dasar. Pembelajaran yang dimaksud adalah diatas pembelajaran yang mengutamakan
keaktifan siswa, menerangkan pada kemampuan mind-on serta terjadi insteraksi dan
mengakui adanya konsep awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya. Dalam
pelaksanaan teori konstruktivisme ada beberapa saran yang berkaitan dengan
rancangan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Memperhatikan
dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa.
2. Pengalaman
belajar yang autentik dan bermakna
3. Adanya
lingkungan sosial yang komperansif
4. Adanya
dorongan agar siswa mandiri
5. Adanya
usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.
4. Kendala-kendala dalam penerapan
pembelajaran menurut Kontruktivisme
Kendala-kendala
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Sulit
mengubah keyakinan
2. dan
kebiasaan guru
3. Guru
kurang tertarik dan mengalami kesulitan mengelola kegiatan
pembelajaran berbasis
konstruktivisme.
4. Adanya
anggapan guru bahwa penggunaan metode atau pendekatan baru dalam pembelajaran
akan menggunakan waktu yang cukup besar
5. Sistem
evaluasi yang masih menekankan pada nilai akhir.
6. Besarnya
beban mengajar guru, latar pendidikan tidak sesuai dengan mata pembelajaran
yang diasuh dan banyaknya pelajaran yang harus dipelajari siswa merupakan cukup
serius.
7. Siswa
terbiasa menunggu informasi dari guru.
5. Pengertian Pancasila
Sebagai
bangsa indonesia , kita patut mengerti dan memahami apa pancasila itu .
Pancasila berasal dari dua kata yakni panca dan sila, menurut bahasa sanskerta.
Sehingga mengandung arti lima buah prinsip atau asas. asas-asas atau prinsip
tersebut antara lain :
1. Ketuhanan
yang maha esa
2. Kemanusiaan
yang adil dan beradap
3. Persatuan
Indonesia
4. Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyarawatan / perwakilan
5. Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia
6. Kebudayaan
Kebudayaan
sangat erat dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan menurut Selo Soemardjan
dan Soelaiman, Kebudayaan adalah sarana hasil karya , rasa , dan cipta
masyarakat. Ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan kebudayaan adalah antropologi.
Segala perkembangan budaya dan perubahan masyarakat di pelajari dalam ilmu antropologi.
Ilmu ini tidak hanya mencakup perubahan secara tingkah laku saja, namun sejarah
dan konflik yang terjadi juga dapat dianalisis melalui ilmu antropologi.
7. Kebudayaan Dan Pancasila
Kebudayaan
Indonesia ialah kebudayaan yang berdasarkan Pancasila. Ada dua hal yang
dikandung dalam Pancasila, Yaitu Pluralisme dan Teosentrisme. Demokrasi
terletak dalam partisipasi seluruh warga negara dalam kebudayaan. Kebudayaan
Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan Indonesia yang telah
ada sebelum terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan
tempat yang berasal daripada kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam suku-suku.
Kebudayaan tersebut telah mengikat dan mempersatukan setiap kelompok suku
bangsa Indonesia. Budaya kelompok akan tercermin dalam sikap atau kepribadian
kelompok itu. Hal ini dapat dilihat saat kebudayaan kelompok pertama kali
membentuk kita sebagai manusia yang menganut dan menghargai nilai- nilai
bersama. Dengan demikian kelompok suku bangsa akan tumbuh menjadi manusia
berbudaya dengan “kondisioning” terhadap nilai-nilai masyarakat sekitar, melalui
orang tua dan keluarga.
8. Pancasila Berakar Dari Kebudayaan
Kita
telah mengetahui bahwa kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang berdasarkan pancasila.
Itu berarti berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia. Kebudayaan juga dapat
diartikan sebagai nilai atau simbol . Kita gambarkan sebagai suatu perusahaan. Dalam
sebuah perusahaan yang sibuk, Kegiatan yang nampaknya bersifat praktis dan
sehari-hari saja, misalnya, ada aspek kebudayaannya, ada nilai dan simbolnya.
Nilai terletak pada kerja kerasnya, sedangkan symbol modernitas ialah sistem
organisasi, makin modern system semakin abstrak yang impersonal, berbeda dengan
managemen perorangan atau keluarga. Begitu juga Indonesia sebagai bangsa dan
negara. Kebudayaan itulah yang memberi ciri khas keindonesiaan. Hasil perkembangan
kebudayaan pancasila yang paling spektakuler adalah Bahasa Indonesia. Karena
melalui bahasa indonesia, Koneksi sosial antar etnis dan kebudayaan dapat
terjalin dengan sangat baik. Pluralisme mengatur hubungan luar antar kebudayaan,
prinsip yang mengatur substansi Demokrasi kebudayaan yang berdasar Pancasila
ialah teosentrisme ( tauhid, serba- Tuhan dalam etika, Ilmu, dan estetika). Orang
protestan akan lebih suka theonomy ( theos, Tuhan: Nomos, hukum). Istilah
teonomi berasal dari paul Tillich ( 1886-1965 ), hubungan dinamis antara yang absolute
dengan yang relatif, antara agama dengan kebudayaan.
Menurut
konsep ini Pancasila adalah sebuah teonomi , karena berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa. Keempat sila yang lain adalah kebudayaan , yang relatif. Keperluan
manusia diakui sepenuhnya, asal keperluan itu tidak bertentangan dengan
pertimbangan keagamaan. Demokrasi kebudayaan dalam Pancasila dapat dimengerti
dari sila “ Persatuan Indonesia” yang berarti sebuah (1) Pluralisme, dan (2)
teosentrisme dari semangat sila yang pertama ketuhanan Yang Maha esa” . Demokrasi
kebudayaan itu harus mampu memberikan masa depan yang lebih. Jadi untuk
menjawab “ Mengapa Pancasila Berakar Dari Kebudayaan ?” Karena di dalam
Pancasila terdapat terkandung nilai kebudayaan, di mana nilai tersebut adalah
nilai tertinggi dalam hal persatuan bangsa yang tercantum di dalam sila ketiga.
Dan dengan menjunjung nilai teosentris pada sila pertama, kepentingan lain
berdasarkan setiap sila tidak bertentangan dengan pertimbangan keagamaan . misalkan
: Pembunuhan genosida demi mempertahankan keutuhan suatu budaya etnis tidak
dengan ketentuan agama. Jadi sekiranya, dari tindak perkembangan budaya itu
sendiri harus sesuai dengan nilai Pancasila . Karena Pancasiala mencerminkan
kebudayaan kita bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Landasan
pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik
tolak. dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. jenis-jenis landasan pendidikan ada 3
yaitu landasan religius pendidikan, landasan filosofis pendidikan, landasan
ilmiah pendidikan.
Kontruktivisme berasal dari kata
kontruktiv dan isme yang berarti paham atau aliran. kontruktivisme merupakan aliran
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil
konstruksi kita sendiri. kita telah melihat dan membaca bahwa pancasila memang
berakar dari kebudayaan bangsa Indonesia. Karena dari segi pancasila terkandung
kebudayaan yang menekankan persatuan serta sebaliknya. Tidak lupa dari segi
pancasila yang merupakan lima asas atau prinsip-prinsip yang harus di junjung
tinggi sebagai bangsa Indonesia.
B.
SARAN
Demikianlah makalah
berjudul “ Landasan Pendidikan dan Jenis Landasan Pendidikan, Landasan
pendidikan Kontruktivisme dan Landasan pendidikan Pancasila “. Ini kami buat
berdasarkan sumber-sumber yang ada. Sehingga perlulah bagi kami , dari para
kelompok untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati
lebih baik . Atas perhatian anda semuanya, kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A.R.S.,(1991), Educational
Theory, A Quranic Outlook (Alih bahasa:Mutammam), CV Diponegoro, Bandung.
Muchtar, O., (1976), Pendidikan Nasional
Indonesia, Pengertian dan Sejarah Perkembangan, Balai penelitian, IKIP Bandung.
Muchtar, O, (Penyunting), (1991),
Dasar-Dasar Kependidikan, IKIP Bandung.
Mudyahardjo, R. (1995), Filsafat
Pendidikan (Sebuah Studi Akademik) Bagian I Orientasi Umum: Landasan Filosofis
Pendidikan dan Filsafat Pendidikan sebagai Suatu teori Pendidikan, Jurusan
Filsafat Dan sosiologi Pendidikan, FIP, IKIP Bandung.
Mudyahardjo, R., (2001), Filsafat Ilmu
Pendidikan: Suatu Pengantar, PT.Remadja Rosdakarya, Bandung.
Syam, M. N., (1984), Filsafat Pendidikan
dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya-Indonesia.
Syaripudin, T., (1994), Implikasi
Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan Umum (Thesis), Program Pascasarjana
IKIP Bandung.
http://akusuhendar.wordpress.com.landasan
pendidikan dokumen
0 komentar:
Posting Komentar