Senin, 09 Oktober 2017

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN PKn

By Unknown di Oktober 09, 2017


BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkanadanya tuntutan kepada setiap guru untukdapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untukmemiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar jika, guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar disampingkemampuan - kemampuan lain yang menunjang. Bertolak dan bermuara pada kebutuhan sebagai guru, maka makalah ini di sajikan tentangberbagai metode belajar mengajar agar mampu melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar. Apabila telah memilikikemampuan dalam penguasaan penggunaan metode pembelajaran IPS secara mendalam. Pengajaran IPS padapendidikan dasar menengah dengan cara mengenalkan masalah.
Masalah social melalui pengetahuan, ketrampilan,sikap, dan kepekaan untuk menghadapi dan memecahkan masalah social tersebut. Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, metode ceramah akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan tentunya menjadi pelajaran hafalanyang membosankan. Oleh karena itu, guru di harapkan mampu menguasai metode metode yang cocok untukpembelajaran IPS agar siswa lebih tertarik pada peljaran tersebut.






B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah “Metode Pembelajaran IPS di SD“ dapat di rumuskan sebagai berikut:
1.        Bagaimana metode pembelajaran Pendidikan IPS SD ?
2.        Apa sajakah macam-macam metode pembelajaran IPS SD ?

C.           Tujuan dan Manfaat
 Adapun tujuan dan manfaat dari pembuatan makalh ini yaitu:
1.             Untuk mengetahui apa itu metode pembelajaran Pendidikan IPS di SD
2.             Untuk mengetahui macam-macam metode pembelajaran Pendidikan IPS di SD
3.             Diharapkan dapat menerapkan metode yang cocok dan baik untuk perserta Didik.


BAB II
PEMBAHASAN


A.           Pengertian Model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas (Trianto, 2007). Corey (1986) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses tempat lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu juga. Menurut sagala (2003) pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas pembelajaran yang dipilih guru dalam rangka mempermudah siswa mempelajari bahan ajar yang teelah ditetapkan oleh guru dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Untuk menetapkan pendekatan pembelajaran yang dipergunakan, guru perlu mempertimbangkan secara khusus kondisi siswa secara keseluruhan, karena siswalah yang paling dominan dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.
Menurut Slavin (2010), model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. Sedangkan menurut Trianto (2009) model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya.
Model pembelajaran yang baik digunakan sebagai acuan perencanaan dalam pembelajaran di kelas ataupun tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai dengan dengan bahan ajar yang diajarkan (Trianto, 2011).
Menurut Arrend ada empat hal yang sangat berkaitan dengan model pembelajaran yaitu: 
a.              Teori rasional yang logis yang disusun oleh para penciptanya atau pengembangnya. 
b.             Titik pandang/landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 
c.              Perilaku guru yang mengajar agar model pembelajarannya dapat berlangsung baik. 
d.             Struktur kelas yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal (Trianto, 2009).

B.            Prinsip-Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran
Prinsip dasar pembelajaran PKn mengacu pada sejumlah prisip dasar pembelajaran. Menurut pendapat Budimansyah (2002:8) prinsip-prinsip pembelajaran tersebut adalah prinsip belajar siswa aktif (student active learning), kelompok belajar kooperatif (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, dan mengajar yang reaktif (reaktive learning). Selanjutnya keempat prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut (Budimansyah, 2002 : 8 - 13).
1.             Prinsip Belajar Siswa Aktif
Model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa hampir di seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan. Dalam fase perencanaan aktivitas siswa terlihat pada saat mengidentifikasi masalah dengan menggunakan teknik bursa ide (brain- storming). Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik baginya, disamping tentu saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul, siswa melakukan voting untuk memilih satu masalah untuk kajian kelas.
Dalam fase kegiatan lapangan, aktivitas siswa lebih tampak. Dengan berbagai teknik (misalnya dengan wawancara, pengamatan, kuesioner, dan lain-lain) mereka mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang menjadi kajian kelas mereka. Untuk melengkapi data dan informasi tersebut, mereka mengambil foto, membuat sketsa, membuat kliping, bahkan adakalanya mengabadikan peristiwa penting dalam video.
2.             Kelompok Belajar Kooperatif
Proses pembelajaran PKn juga menerapkan prinsip belajar kooperatif, yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerja sama. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antar siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerjasama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama.
Dengan komponen-komponen sekolah lainnya juga seringkali harus dilakukan kerjasama. Misalnya pada saat para siswa hendak mengumpulkan data dan informasi lapangan sepulang dari sekolah, bersamaan waktunya dengan jadwal latihan olah raga yang diundur atau kunjungan lapangan yang diubah. Kasus seperti itu memerlukan kerjasama, walaupun dalam lingkup kecil dan sederhana. Hal serupa juga seringkali terjadi dengan pihak keluarga. Orang tua perlu juga diberi pemahaman, manakala anaknya pulang agak terlambat dari sekolah karena melakukan kunjungan lapangan terlebih dahulu. Sekali lagi, dari peristiwa ini pun tampak perlunya kerjasama antara sekolah dengan orang tua dalam upaya membangun kesepahaman. Kerja sama dengan lembaga terkait diperlukan pada saat para siswa merencanakan mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau suatu kawasan yang menjadi tanggung jawab lembaga tertentu. Misalnya mengunjungi dinas perparkiran. Mengunjungi kantor bupati atau wali kota untuk mengetahui kebijakan mengenai penertiban pedagang kaki lima. Mengamati dampak pembuangan limbah pabrik pada suatu kawasan tertentu, dan sebagainya. Kegiatan para siswa tentu saja perlu dibekali surat pengantar dari kepala sekolah selaku penanggungjawab kegiatan sekolah.
3.             Pembelajaran Partisipatorik
Selain prinsip pembelajaran di atas PKn juga menganut prisip dasar pembelajaran partisipatorik, sebab melaui model ini siswa belajar sambil melakoni (learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah model ini memiliki makna yang ada hubungannya dengan praktik hidup berdemokrasi.
Sebagai contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memilih makna bahwa siswa dapat menghargai dan menerima pendapat yang didukung suara terbanyak. Pada saat berlangsungnya perdebatan, siswa belajar mengemukakan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menyampaikan kritik dan sebaliknya belajar menerima kritik, dengan tetap berkepala dingin. Proses ini mendukung adagium yang menyatakan bahwa “democracy is not in heredity but learning” (demokrasi itu tidak diwariskan, tetapi dipelajari dan dialami). Oleh karena itu, mengajarkan demokrasi itu harus dalam suasana yang demokratis (teaching democracy in and for democracy). Tujuan ini hanya dapat dicapai dengan belajar sambil melakoni atau dengan kata lain harus menggunakan prinsip belajar partisipatorik.
4.             Reactive Teaching
Dalam prinsip ini lebih menekankan bagaimana guru menciptakan strategi agar murid mempunyai motivasi belajar. Oleh karena itu, guru harus situasi sehingga materi pembelajaran menarik, tidak membosankan. Guru harus mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari cara untuk menanggulanginya. Inilah tipe guru yang reaktif itu.
Ciri guru yang reaktif itu diantaranya sebagai berikut:
a.             Menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar.
b.             Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa.
c.             Selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan membuat materi pelajaran sebagai sesuatu hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa.
d.            Segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat siswa bosan

C.           Langkah-Langkah  Pengembangan Model Pembelajaran
1.             Metode Ceramah
Metode ini dalam menyajikan bahan ajar melalui penjelasan dan penuturan lisan guru kepada siswa. Metode ini lebih tepat digunakan apabila bahan ajar banyak mengandung informasi baru dan memerlukan penjelasan dari guru.
Kekuatan metode ini apabila digunakan dengan metode lain seperti tanya jawab atau diskusi yang saat ini lebih dikenal dengan ceramah bervariasi , sehingga murid bukan hanya mendengarkan akan tetapi berbicara dalam kegiatan pembelajarannya.
2.             Metode Cerita
Metode ini merupakan suatu cara untuk menanamkan suatu nilai atau moral kepada para siswa dengan mengungkapkan segala karakter kepribadian tokoh-tokoh  tertentu melalui cerita hikayat, legenda atau dongeng-dongeng sejarah lokal. Metode ini lebih tepat digunakan dalam membantu penghayatan nilai-nilai dan moral serta sikap para siswa.
3.             Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dalam menyajikan bahan ajar melalui berbagai pertayaan dari guru, terutama apabila dalam proses pembelajaran, guru menggunakan Teknik Klarifikasi Nilai. Oleh karena itu guru dituntut menguasai teknik-teknik bertanya (Questioning Skills). Metode ini lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa atau aktivitas siswa.
4.             Metode Diskusi
Metode diskusi digunakan untuk tujuan agar dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi bayak arah (Multiway Trafict communication). Komunikasi banyak arah yang terdiri dari guru-murid, murid-guru dan murid-murid sangat ditutut dalam pembelajaran yang berorientasi pada Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Akan tetapi dalam menggunakan metode ini salah asatu hal yag tidak boleh dilupaka yaitu harus adamasalah yang didiskusikan. Oleh karena itu metode ini lebih tepat dipakai dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang menggunakan Teknik Value Inquiry.
5.             Metode Penugasan
Metode ini berusaha melatih siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsug yang telah dipersiapkan oleh guru. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar siswa memperoleh pengalama langsung, nyata, bekerja madiri dan jujur. Sebagai contoh misalnya siswa ditugasi menuliskan pengalamanya dalam menolong adiknya. Tugasnya yaitu: a) menuliskan dalam peristiwa apa dia menolong adiknya; b) bagaimana cara menolongnya; dan c) bagaimana perasaannya pada waktu memberikan pertolongan, dan seterusnya.
6.             Metode Permainan Atau Kompetisi
Metode ini sangat menarik siswa dalam membangkitkan motivasi belajar, latihan mengambil keputusan dan teutama dalam menciptakan suasana senang dalam belajar (joyful learning). Dengan suasana suasana senang maka materi pembelajaran akan mudah diserap oleh siswa. Oleh karena itu metode ini berusaha dalam menyajikan  bahan ajar melalui  bentuk permainan atau kompetisi. Permainan dimaksud adalah permainan yang diciptakan sendiri oleh guru dan dapat berupateka-teki;papa bergambar (sejenis ular bertangga); kotak rahasia; kartu bergambar dan lain-lain  yang diciptakan guru. Isi pesa yang dimuat dalam permainan ini hendaknya tetap berupa nilai, moral dan norma sesuai dengan tuntutan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
7.             Metode Simulasi
Metode ini merupakan cara penyajian bahan ajar dilakukan secra langsung melalui kegiatan praktek tentang pelaksanaan nilai-nilai dan moral. Melalui metode ini siswa dibantu memahami dan menghayati nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

D.           Contoh Model-model Pembelajaran PKn di SD
Model-model pembelajaran PKn di SD menurut Fathurohhman (2012) adalah sebagai berikut.
1.             Model Pembelajaran Kontekstual
Pengertian model pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi pembelajaran yang diajarkan kepada siswa dengan keadaan nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Trianto (2012) model pembelajaran CTL adalah suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (US.Departement of Education the National School-to-work Office yang dikutif oleh blancbard, 2001).
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut:    
a.             Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b.             Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c.               Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d.             Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e.             Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f.              Lakukan refleksi di akhir pertemuan
g.             Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

Dalam Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual ada beberapa komponen yang dilibatkan dalam pembelajaran. Komponen-komponen CTL (contextual teaching and learning) tersebut adalah sebagai berikut.
1)            Kontrukstivisme
Dalam CTL, siswa mampu membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dialami dan diamati.
2)            Bertanya
Dalam CTL, siswa diharapkan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga akan menjadikan siswa selalu bertanya terhadap hal-hal yang baru.
3)            Inkuiri
Dalam CTL, siswa dilatih untuk menemukan konsep yang dipelajari melalui proses belajar yang sistematis.
4)            Masyarakat belajar
Dalam CTL, siswa diharapkan mampu bekerjasama atau bertukar pikiran dengan orang lain yang tidak terbatas dalam proses pembelajaran.
5)            Pemodelan (Modelling)
CTL dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata atau konkret kepada siswa. Melalui pemodelan ini akan menghindarkan siswa dari pengetahuan yang bersifat abstrak dan teoritis.
6)            Refleksi
Dalam CTL, refleksi yang diperlukan untuk mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pengalaman yang ia dapatkan.
7)            Penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Authentic assessment diperlukan untuk mengetahui perkembangan belajar siswa dan dapat mengetahui apakah pengalaman belajar siswa dapat memberikan dampak postif atau negatif.
2.             Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu yang dapat diterapkan untuk mewujudkan kelas sebagai laboratorium demokrasi bagi siswa.
Slavin (Isjoni, 2011:15)  “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”. 
Menurut Trianto (2012) secara garis besar terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yanng menggunakan pembelajaran kooperatif.
a.             Fase pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar.
b.             Fase kedua yaitu guru menyajikan informasi pada siswa dengan cara demonstrasi atau membuat bacaan.
c.             Fase ketiga adalah mengorganisasikan wa ke dalam kelompok kooperatif.
d.            Fase ke empat, membimbing kelompok erja dan belajar.
e.             Fase kelima merupakan fase guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.
f.              Fase terakhir yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Beberapa keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Sugianto (dalam Fathurohman, 2012) adalah:
a.             Meningkatkan kepakaan dan kesetiakawanan sosial.
b.             Memungkinkan siswa untuk saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c.             Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d.            Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
e.             Menghilangkan sifat mementingkan diri sendir atau egois.
f.              Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g.             Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.
h.             Meningkatkan saling percaya kepada sesama manusia.
i.               Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi berbagai perspektif.
j.               Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k.             Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

Model pembelajaran kooperatif yang berkembang dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran cukup bervariasi diantaranya:
a.             Model STAD (Student Teams Achievement Division)
Model STAD merupakan model pembelajaran yang paling sederhana dalam model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah model STAD  adalah sebagai berikut:
1)             Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri 4-5 anggota.
2)             Tiap anggota tim saling membantu dalam menguasai bahan ajar.
3)             Tiap satu minggu atau dua minggu, guru mengevaluasi penguasaan siswa baik secara individual maupun kelompok
4)             Setiap tim diberikan penilaian atas penguasaan bahan ajar kepada siswa baik individu maupun tim.
b.             Model Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan metode yang diembangkan oleh Ellliot Aronson dkk. Langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:
1)             Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri 4-5 anggota.
2)             Bahan ajar disajikan kepada siswa dan siswa bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
3)             Para anggota bertanggung jawab untuk mempelajari satu bahan ajar yang sama dan selanjutnya saling berkumpul untuk mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan tersebut dinamakan “kelompok pakar” (expert group)
4)             Kelompok pakar kembali kekelompok semula (home team) dan menyampaikan materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.
5)             Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal (home team), para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang teah dipelajari.
c.             Model GI (Group Investigation)
Model pembelajaran kooperatif GI menuntut kerjasama siswa didalam pelaksanaan pembelajarannya. Dalam model pembelajaran GI siswa terlibat secara aktif sejak dari pemilihan topic, perencanaan kegiatan, implementasi kegiatan, analisis, dan sistesis, penyajian hasil akhir, dan evaluasi. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
1)             Seleksi topik ataupun subtopik. Siswa dibagi kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang.
2)             Merencanakan kerjasama berdasarkan subtopik yang telah dipilih.
3)             Siswa merencanakan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya dengan mencari sumber berdasarkan subtopic yang diperoleh.
4)             Analisis dan sistesis: Siswa menganalisis informasi yang diperoleh dan meringkas topik yang telah diperoleh.
5)             Penyajian hasil akhir
6)             Evaluasi secara kelompok maupun individual


3.             Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Istilah portofolio berasal dari bahasa “portfolio” yang berarti dokumen arau surat-surat. Portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan siswa yang dimaksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan Winataputra (dalam Fathurrohman, 2012).
Portofolio dapat diartikan pula sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Winataputra (dalam Fathurrohman, 2012) mengemukakan bahwa portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu dan disleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan yang dipakai berdasarkan pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Dalam pembelajaran PKn portofolio merupakan kumpulan informasi yang disusun dengan baik, dan menggambarkan rencana kelas berkenaan dengan suatu isu kebijakan public yang telah diputuskan untuk dikaji, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan.
Portofolio adalah tampilan visual yang disusun secara sistimatis, cerminan proses berfikir berdasarkan data-data yang relevan, dan secara utuh melukiskan pengalaman belajar terpadu yang dialami siswa sebagai suatu kesatuan dalam kelas (integrated learning experiences).
Portofolio terbagi dalam dua bagian, yakni Portofolio Tampilan dan Portofolio. Dokumentasi. Portofolio Tampilan berbentuk papan empat muka berlipat yang secara berurutan menyajikan:
1)            Rangkuman permasalahan yang dikaji
2)            Berbagai alternatif kebijakan pemecahan masalah
3)            Usulan kebijakan untuk memecahkan masalah
4)            Pengembangan rencana kerja/tindakan

BAB III
PENUTUP


A.           Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran secara efektif. Secara garisbesarnya metode pembelajaran IPS itu dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu:
1.             Metode Interaksi Edukatif didalam kelas
a.             Metode ceramah
b.             Metode tanya jawab
c.             Metode diskusi
d.            Metode kerja kelompok
e.             Metode demonstrasi
f.              Metode karyawisata
g.             Metode simulasi
h.             Metode Inquiry dan Discovery
i.               Metode bermain peran ( Role Playing )
j.               Metode sosial drama
2.             Pendekatan pembelajaran IPS:
a.             Pembelajaran tradisional
b.             Inquiry

B.            Saran
Yang perlu diingat bahwa tidak ada suatu model pengajaran yang paling baik dansempurna. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi metode yangpaling baik adalah metode yang cocok dan relevan dengan materi dan sesuai dengan tujuanpembelajaran. Sehingga guru disarankan untuk memahami dan dapat menginovasikan metode-metode dalam penerapan belajar mengeja.
DAFTAR PUSTAKA


Eko Purwana, Agung, dkk. 2009. Pembelajaran IPS MI. Surabaya: LAPIS-PGMI.

Hasjmy Maridjo, Abdul. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Pontianak: TP.

Murtadho, Moh. dkk. 2009. Pembelajaran PKn MI, Surabaya: LAPIS-PGMI.

Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Solihatin, Etin. 2013. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Suryani, Nunuk. 2012. Starategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak.

S. Sadiman, Arief. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo.





1 komentar:

Sasak Lombok on 14 April 2021 pukul 20.02 mengatakan...

materi ini sangat membantu, mudah di fahami ketika di pelajari, jika di presentasikan insya Allah bermanfaat.

Posting Komentar

Pages

 

MBAK EKA IDRIS 1922 Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos