BAB I
A.
Latar
Belakang
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal
ini menyebabkanadanya tuntutan kepada setiap guru untukdapat menjawab
pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar. Dengan kata lain, setiap
guru dituntut untukmemiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki
kompetensi mengajar jika, guru paling tidak memiliki pemahaman dan
penerapan secara taktis berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya
dengan belajar disampingkemampuan - kemampuan lain yang menunjang. Bertolak
dan bermuara pada kebutuhan sebagai guru, maka makalah ini di sajikan
tentangberbagai metode belajar mengajar agar mampu melaksanakan tugas utama
guru yaitu mengajar. Apabila telah memilikikemampuan dalam penguasaan
penggunaan metode pembelajaran IPS secara mendalam. Pengajaran IPS
padapendidikan dasar menengah dengan cara mengenalkan masalah.
Masalah social melalui pengetahuan,
ketrampilan,sikap, dan kepekaan untuk menghadapi dan memecahkan masalah
social tersebut. Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, metode
ceramah akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan tentunya menjadi
pelajaran hafalanyang membosankan. Oleh karena itu, guru di harapkan mampu
menguasai metode metode yang cocok untukpembelajaran IPS agar siswa lebih
tertarik pada peljaran tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah “Metode
Pembelajaran IPS di SD“ dapat di rumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana metode pembelajaran Pendidikan IPS SD ?
2.
Apa
sajakah macam-macam metode
pembelajaran IPS SD ?
C.
Tujuan
dan Manfaat
Adapun tujuan
dan manfaat dari pembuatan makalh ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui apa itu metode pembelajaran Pendidikan IPS di SD
2.
Untuk mengetahui macam-macam
metode pembelajaran Pendidikan IPS di SD
3.
Diharapkan dapat menerapkan metode yang cocok dan baik untuk perserta Didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran
dan pengelolaan kelas (Trianto, 2007). Corey (1986) mengatakan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses tempat lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu,
sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu juga. Menurut sagala (2003) pendekatan pembelajaran merupakan
aktivitas pembelajaran yang dipilih guru dalam rangka mempermudah siswa
mempelajari bahan ajar yang teelah ditetapkan oleh guru dan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
Untuk menetapkan pendekatan pembelajaran yang
dipergunakan, guru perlu mempertimbangkan secara khusus kondisi siswa secara
keseluruhan, karena siswalah yang paling dominan dalam menentukan keberhasilan
pembelajaran.
Menurut Slavin (2010), model pembelajaran adalah suatu
acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya,
lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. Sedangkan menurut Trianto (2009) model
pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya),
dan sifat lingkungan belajarnya.
Model pembelajaran yang baik digunakan sebagai acuan
perencanaan dalam pembelajaran di kelas ataupun tutorial untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai dengan dengan bahan ajar yang
diajarkan (Trianto, 2011).
Menurut Arrend ada empat hal yang sangat berkaitan
dengan model pembelajaran yaitu:
a.
Teori
rasional yang logis yang disusun oleh para penciptanya atau
pengembangnya.
b.
Titik
pandang/landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
c.
Perilaku
guru yang mengajar agar model pembelajarannya dapat berlangsung baik.
d.
Struktur
kelas yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal
(Trianto, 2009).
B.
Prinsip-Prinsip
Pengembangan Model Pembelajaran
Prinsip
dasar pembelajaran PKn mengacu pada sejumlah prisip dasar pembelajaran. Menurut
pendapat Budimansyah (2002:8) prinsip-prinsip pembelajaran tersebut adalah
prinsip belajar siswa aktif (student active learning), kelompok belajar
kooperatif (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik, dan mengajar
yang reaktif (reaktive learning). Selanjutnya keempat prinsip tersebut
dijelaskan sebagai berikut (Budimansyah, 2002 : 8 - 13).
1.
Prinsip
Belajar Siswa Aktif
Model
ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa hampir di seluruh
proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan lapangan,
dan pelaporan. Dalam fase perencanaan aktivitas siswa terlihat pada saat
mengidentifikasi masalah dengan menggunakan teknik bursa ide (brain- storming).
Setiap siswa boleh menyampaikan masalah yang menarik baginya, disamping tentu
saja yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul, siswa
melakukan voting untuk memilih satu masalah untuk kajian kelas.
Dalam fase kegiatan lapangan, aktivitas siswa lebih tampak. Dengan berbagai teknik (misalnya dengan wawancara, pengamatan, kuesioner, dan lain-lain) mereka mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang menjadi kajian kelas mereka. Untuk melengkapi data dan informasi tersebut, mereka mengambil foto, membuat sketsa, membuat kliping, bahkan adakalanya mengabadikan peristiwa penting dalam video.
Dalam fase kegiatan lapangan, aktivitas siswa lebih tampak. Dengan berbagai teknik (misalnya dengan wawancara, pengamatan, kuesioner, dan lain-lain) mereka mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang menjadi kajian kelas mereka. Untuk melengkapi data dan informasi tersebut, mereka mengambil foto, membuat sketsa, membuat kliping, bahkan adakalanya mengabadikan peristiwa penting dalam video.
2.
Kelompok
Belajar Kooperatif
Proses
pembelajaran PKn juga menerapkan prinsip belajar kooperatif, yaitu proses
pembelajaran yang berbasis kerja sama. Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama
antar siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerjasama
sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar siswa
jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian
bersama.
Dengan
komponen-komponen sekolah lainnya juga seringkali harus dilakukan kerjasama.
Misalnya pada saat para siswa hendak mengumpulkan data dan informasi lapangan
sepulang dari sekolah, bersamaan waktunya dengan jadwal latihan olah raga yang
diundur atau kunjungan lapangan yang diubah. Kasus seperti itu memerlukan
kerjasama, walaupun dalam lingkup kecil dan sederhana. Hal serupa juga
seringkali terjadi dengan pihak keluarga. Orang tua perlu juga diberi
pemahaman, manakala anaknya pulang agak terlambat dari sekolah karena melakukan
kunjungan lapangan terlebih dahulu. Sekali lagi, dari peristiwa ini pun tampak
perlunya kerjasama antara sekolah dengan orang tua dalam upaya membangun
kesepahaman. Kerja sama dengan lembaga terkait diperlukan pada saat para siswa
merencanakan mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau suatu kawasan yang
menjadi tanggung jawab lembaga tertentu. Misalnya mengunjungi dinas
perparkiran. Mengunjungi kantor bupati atau wali kota untuk mengetahui
kebijakan mengenai penertiban pedagang kaki lima. Mengamati dampak pembuangan
limbah pabrik pada suatu kawasan tertentu, dan sebagainya. Kegiatan para siswa
tentu saja perlu dibekali surat pengantar dari kepala sekolah selaku penanggungjawab
kegiatan sekolah.
3.
Pembelajaran
Partisipatorik
Selain
prinsip pembelajaran di atas PKn juga menganut prisip dasar pembelajaran
partisipatorik, sebab melaui model ini siswa belajar sambil melakoni (learning
by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup
berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah model ini memiliki makna yang ada
hubungannya dengan praktik hidup berdemokrasi.
Sebagai
contoh pada saat memilih masalah untuk kajian kelas memilih makna bahwa siswa
dapat menghargai dan menerima pendapat yang didukung suara terbanyak. Pada saat
berlangsungnya perdebatan, siswa belajar mengemukakan pendapat, mendengarkan
pendapat orang lain, menyampaikan kritik dan sebaliknya belajar menerima
kritik, dengan tetap berkepala dingin. Proses ini mendukung adagium yang
menyatakan bahwa “democracy is not in heredity but learning” (demokrasi itu
tidak diwariskan, tetapi dipelajari dan dialami). Oleh karena itu, mengajarkan
demokrasi itu harus dalam suasana yang demokratis (teaching democracy in and
for democracy). Tujuan ini hanya dapat dicapai dengan belajar sambil melakoni
atau dengan kata lain harus menggunakan prinsip belajar partisipatorik.
4.
Reactive
Teaching
Dalam
prinsip ini lebih menekankan bagaimana guru menciptakan strategi agar murid mempunyai
motivasi belajar. Oleh karena itu, guru harus situasi sehingga materi
pembelajaran menarik, tidak membosankan. Guru harus mempunyai sensitivitas yang
tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan
siswa jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari cara untuk
menanggulanginya. Inilah tipe guru yang reaktif itu.
Ciri guru yang reaktif itu
diantaranya sebagai berikut:
a.
Menjadikan
siswa sebagai pusat kegiatan belajar.
b.
Pembelajaran
dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa.
c.
Selalu
berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan membuat materi pelajaran
sebagai sesuatu hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa.
d.
Segera
mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat siswa bosan
C.
Langkah-Langkah
Pengembangan Model Pembelajaran
1.
Metode Ceramah
Metode
ini dalam menyajikan bahan ajar melalui penjelasan dan penuturan lisan guru
kepada siswa. Metode ini lebih tepat digunakan apabila bahan ajar banyak
mengandung informasi baru dan memerlukan penjelasan dari guru.
Kekuatan
metode ini apabila digunakan dengan metode lain seperti tanya jawab atau
diskusi yang saat ini lebih dikenal dengan ceramah bervariasi , sehingga murid
bukan hanya mendengarkan akan tetapi berbicara dalam kegiatan pembelajarannya.
2.
Metode Cerita
Metode
ini merupakan suatu cara untuk menanamkan suatu nilai atau moral kepada para
siswa dengan mengungkapkan segala karakter kepribadian tokoh-tokoh
tertentu melalui cerita hikayat, legenda atau dongeng-dongeng sejarah lokal. Metode
ini lebih tepat digunakan dalam membantu penghayatan nilai-nilai dan moral serta sikap para siswa.
3.
Metode Tanya Jawab
Metode
tanya jawab dalam menyajikan bahan ajar melalui berbagai pertayaan dari guru,
terutama apabila dalam proses pembelajaran, guru menggunakan Teknik
Klarifikasi Nilai. Oleh karena itu guru dituntut menguasai
teknik-teknik bertanya (Questioning Skills). Metode ini lebih tepat
digunakan dalam pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa atau aktivitas
siswa.
4.
Metode Diskusi
Metode
diskusi digunakan untuk tujuan agar dalam proses pembelajaran terjadi
komunikasi bayak arah (Multiway Trafict communication). Komunikasi
banyak arah yang terdiri dari guru-murid, murid-guru dan murid-murid sangat
ditutut dalam pembelajaran yang berorientasi pada Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA). Akan tetapi dalam menggunakan metode ini salah asatu hal yag tidak
boleh dilupaka yaitu harus adamasalah yang didiskusikan. Oleh karena itu
metode ini lebih tepat dipakai dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) yang menggunakan Teknik Value Inquiry.
5.
Metode Penugasan
Metode
ini berusaha melatih siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk
langsug yang telah dipersiapkan oleh guru. Tujuan penggunaan metode ini adalah
agar siswa memperoleh pengalama langsung, nyata, bekerja madiri dan jujur.
Sebagai contoh misalnya siswa ditugasi menuliskan pengalamanya dalam menolong
adiknya. Tugasnya yaitu: a) menuliskan dalam peristiwa apa dia menolong
adiknya; b) bagaimana cara menolongnya; dan c) bagaimana perasaannya pada waktu
memberikan pertolongan, dan seterusnya.
6.
Metode Permainan Atau
Kompetisi
Metode
ini sangat menarik siswa dalam membangkitkan motivasi belajar, latihan
mengambil keputusan dan teutama dalam menciptakan suasana senang dalam belajar
(joyful learning). Dengan suasana suasana senang maka materi
pembelajaran akan mudah diserap oleh siswa. Oleh karena itu metode ini berusaha
dalam menyajikan bahan ajar melalui bentuk permainan atau kompetisi. Permainan dimaksud adalah
permainan yang diciptakan sendiri oleh guru dan dapat berupateka-teki;papa bergambar (sejenis
ular bertangga); kotak rahasia;
kartu bergambar dan lain-lain yang diciptakan guru. Isi pesa
yang dimuat dalam permainan ini hendaknya tetap berupa nilai, moral dan norma
sesuai dengan tuntutan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
7.
Metode Simulasi
Metode
ini merupakan cara penyajian bahan ajar dilakukan secra langsung melalui
kegiatan praktek tentang pelaksanaan nilai-nilai dan moral. Melalui metode ini
siswa dibantu memahami dan menghayati nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.
D.
Contoh Model-model Pembelajaran PKn di SD
Model-model pembelajaran PKn di SD menurut
Fathurohhman (2012) adalah sebagai berikut.
1.
Model Pembelajaran Kontekstual
Pengertian model
pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi pembelajaran yang diajarkan kepada siswa dengan
keadaan nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Trianto
(2012) model pembelajaran CTL adalah suatu konsepsi yang membantu guru
mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (US.Departement of Education the National
School-to-work Office yang dikutif oleh blancbard, 2001).
Secara garis besar
langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai
berikut:
a.
Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
b.
Laksanakan
sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c.
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya
d.
Ciptakan
masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e.
Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran
f.
Lakukan
refleksi di akhir pertemuan
g.
Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Dalam Pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran kontekstual ada beberapa komponen yang
dilibatkan dalam pembelajaran. Komponen-komponen CTL (contextual teaching and learning) tersebut adalah
sebagai berikut.
1)
Kontrukstivisme
Dalam CTL, siswa
mampu membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dialami dan diamati.
2)
Bertanya
Dalam CTL, siswa diharapkan mampu menumbuhkan rasa
ingin tahu sehingga akan menjadikan siswa selalu bertanya terhadap hal-hal yang
baru.
3)
Inkuiri
Dalam CTL, siswa
dilatih untuk menemukan konsep yang dipelajari melalui proses belajar yang
sistematis.
4)
Masyarakat
belajar
Dalam CTL, siswa
diharapkan mampu bekerjasama atau bertukar pikiran dengan orang lain yang tidak
terbatas dalam proses pembelajaran.
5)
Pemodelan
(Modelling)
CTL dapat memberikan
pengalaman yang lebih nyata atau konkret kepada siswa. Melalui pemodelan ini
akan menghindarkan siswa dari pengetahuan yang bersifat abstrak dan teoritis.
6)
Refleksi
Dalam CTL, refleksi
yang diperlukan untuk mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh siswa melalui
pengalaman yang ia dapatkan.
7)
Penilaian
sebenarnya (authentic assessment)
Authentic assessment diperlukan untuk mengetahui perkembangan belajar
siswa dan dapat mengetahui apakah pengalaman belajar siswa dapat memberikan
dampak postif atau negatif.
2.
Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu yang dapat diterapkan untuk mewujudkan kelas
sebagai laboratorium demokrasi bagi siswa.
Slavin (Isjoni,
2011:15) “In cooperative learning methods, students
work together in four member teams to master material initially presented by
the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar
dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari
beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling
bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan”.
Menurut Trianto
(2012) secara garis besar terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yanng
menggunakan pembelajaran kooperatif.
a.
Fase
pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar.
b.
Fase
kedua yaitu guru menyajikan informasi pada siswa dengan cara demonstrasi atau membuat
bacaan.
c.
Fase
ketiga adalah mengorganisasikan wa ke dalam kelompok kooperatif.
d.
Fase ke
empat, membimbing kelompok erja dan belajar.
e.
Fase kelima merupakan fase guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.
f.
Fase
terakhir yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
Beberapa keuntungan
pembelajaran kooperatif menurut Sugianto (dalam Fathurohman, 2012) adalah:
a.
Meningkatkan
kepakaan dan kesetiakawanan sosial.
b.
Memungkinkan
siswa untuk saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku
sosial, dan pandangan-pandangan.
c.
Memudahkan
siswa melakukan penyesuaian sosial.
d.
Memungkinkan
terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
e.
Menghilangkan
sifat mementingkan diri sendir atau egois.
f.
Membangun
persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g.
Berbagi
keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.
h.
Meningkatkan
saling percaya kepada sesama manusia.
i.
Meningkatkan
kemampuan memandang masalah dan situasi berbagai perspektif.
j.
Meningkatkan
kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k.
Meningkatkan
kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal
atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
Model pembelajaran
kooperatif yang berkembang dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran cukup
bervariasi diantaranya:
a.
Model
STAD (Student Teams Achievement Division)
Model STAD merupakan
model pembelajaran yang paling sederhana dalam model pembelajaran kooperatif.
Langkah-langkah model STAD adalah sebagai berikut:
1)
Siswa
dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri 4-5 anggota.
2)
Tiap
anggota tim saling membantu dalam menguasai bahan ajar.
3)
Tiap
satu minggu atau dua minggu, guru mengevaluasi penguasaan siswa baik secara
individual maupun kelompok
4)
Setiap
tim diberikan penilaian atas penguasaan bahan ajar kepada siswa baik individu
maupun tim.
b.
Model Jigsaw
Model pembelajaran
kooperatif Jigsaw merupakan metode yang
diembangkan oleh Ellliot Aronson dkk. Langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:
1)
Siswa
dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri 4-5 anggota.
2)
Bahan
ajar disajikan kepada siswa dan siswa bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
3)
Para
anggota bertanggung jawab untuk mempelajari satu bahan ajar yang sama dan
selanjutnya saling berkumpul untuk mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan
tersebut dinamakan “kelompok pakar” (expert group)
4)
Kelompok
pakar kembali kekelompok semula (home team) dan
menyampaikan materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.
5)
Setelah
diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal (home
team), para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang
teah dipelajari.
c.
Model
GI (Group Investigation)
Model pembelajaran
kooperatif GI menuntut kerjasama siswa didalam pelaksanaan pembelajarannya.
Dalam model pembelajaran GI siswa terlibat secara aktif sejak dari pemilihan
topic, perencanaan kegiatan, implementasi kegiatan, analisis, dan sistesis,
penyajian hasil akhir, dan evaluasi. Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif GI adalah sebagai berikut:
1)
Seleksi
topik ataupun subtopik. Siswa dibagi kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5
orang.
2)
Merencanakan
kerjasama berdasarkan subtopik yang telah dipilih.
3)
Siswa
merencanakan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya dengan mencari sumber
berdasarkan subtopic yang diperoleh.
4)
Analisis
dan sistesis: Siswa menganalisis informasi yang diperoleh dan meringkas topik
yang telah diperoleh.
5)
Penyajian
hasil akhir
6)
Evaluasi
secara kelompok maupun individual
3.
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Istilah portofolio
berasal dari bahasa “portfolio” yang
berarti dokumen arau surat-surat. Portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan
siswa yang dimaksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan
yang ditentukan Winataputra (dalam Fathurrohman, 2012).
Portofolio dapat
diartikan pula sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial
pedagogis, maupun sebagai adjective. Winataputra
(dalam Fathurrohman, 2012) mengemukakan bahwa portofolio merupakan suatu
kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu dan disleksi
menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan yang dipakai berdasarkan pada
mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Dalam pembelajaran PKn
portofolio merupakan kumpulan informasi yang disusun dengan baik, dan
menggambarkan rencana kelas berkenaan dengan suatu isu kebijakan public yang
telah diputuskan untuk dikaji, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara
keseluruhan.
Portofolio adalah
tampilan visual yang disusun secara sistimatis, cerminan proses berfikir
berdasarkan data-data yang relevan, dan secara utuh melukiskan pengalaman
belajar terpadu yang dialami siswa sebagai suatu kesatuan dalam kelas (integrated learning experiences).
Portofolio terbagi
dalam dua bagian, yakni Portofolio Tampilan dan Portofolio. Dokumentasi.
Portofolio Tampilan berbentuk papan empat muka berlipat yang secara berurutan
menyajikan:
1)
Rangkuman
permasalahan yang dikaji
2)
Berbagai
alternatif kebijakan pemecahan masalah
3)
Usulan
kebijakan untuk memecahkan masalah
4)
Pengembangan
rencana kerja/tindakan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan
oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-luasnya dalam rangka pencapaian
tujuan pengajaran secara efektif. Secara garisbesarnya metode pembelajaran
IPS itu dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu:
1.
Metode Interaksi Edukatif didalam kelas
a.
Metode ceramah
b.
Metode tanya jawab
c.
Metode diskusi
d.
Metode kerja kelompok
e.
Metode demonstrasi
f.
Metode karyawisata
g.
Metode simulasi
h.
Metode Inquiry dan Discovery
i.
Metode bermain peran ( Role Playing )
j.
Metode
sosial drama
2.
Pendekatan pembelajaran IPS:
a.
Pembelajaran tradisional
b.
Inquiry
B.
Saran
Yang perlu diingat bahwa tidak ada suatu model
pengajaran yang paling baik dansempurna. Setiap metode memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Jadi metode yangpaling baik adalah metode yang
cocok dan relevan dengan materi dan sesuai dengan tujuanpembelajaran. Sehingga
guru disarankan untuk memahami dan dapat menginovasikan metode-metode
dalam penerapan belajar mengeja.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Purwana, Agung, dkk. 2009. Pembelajaran
IPS MI. Surabaya: LAPIS-PGMI.
Hasjmy Maridjo, Abdul. 2009. Pendidikan
Kewarganegaraan. Pontianak: TP.
Murtadho, Moh. dkk. 2009. Pembelajaran
PKn MI, Surabaya: LAPIS-PGMI.
Senjaya, Wina. 2008. Strategi
Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Solihatin, Etin. 2013. Strategi
Pembelajaran PPKN. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suryani, Nunuk. 2012. Starategi
Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak.
S. Sadiman, Arief. 2012. Media
Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
1 komentar:
materi ini sangat membantu, mudah di fahami ketika di pelajari, jika di presentasikan insya Allah bermanfaat.
Posting Komentar